All Chapters of Gadis Belia yang Pulang Bersama Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50
69 Chapters
Kenyataan
POV MIRAAku tak tahu harus berkata apa. Aku memang menangis semalaman. Perkataan Mas Angga begitu menusuk hati. Aku memang wanita kotor dan tak berharga. Apa yang terjadi kala itu hanya ketakberdayaan. Iming-iming cinta membuatku tergoda. “Masak sih, Ma?” Aku memegang wajah, coba menerangkan pada Mama Sandra kalau aku dalam keadaan baik-baik saja. Aku juga membohongi wanita yang telah melahirkanku itu, kalau tak menangis semalam. Usia menyiapkan makanan, aku duduk dan sarapan bersama mereka. “Mir, wajahmu pucat, apa kamu sakit?” Mas Angga memegang dahiku. Aku tahu itu hanya kepura-puraan agar dia terlihat baik di mata Mama Sandra. “Aku baik-baik saja.” “Apa perlu mama antar ke dokter?” tanya Mama Sandra. Lekas aku menggeleng. “Mira hanya perlu istirahat saja.” Kami lantas melanjutkan makan dalam diam. Seperti biasa, aku mengantarkan Mas Angga hingga teras rumah untuk membawakan tas kerjanya. Terkadang, aku merasa, diri ini hanya seorang pembantu untuknya. Bedanya, kalau pem
Read more
Permintaan yang Tak Bisa Diwujudkan
Badan terasa sangat lelah. Hari ini, hari yang sibuk untukku. Usai pulang bekerja, aku berkeliling mencari rumah kontrakan untuk Naura. Andai rumah lama milik keluarganya tak dijual, pasti dia bisa datang kapan saja.Pukul sebelas malam, aku baru tiba. Seharusnya, aku pulang pukul sembilan tadi. Aldo menelepon, dia mengajakku nongkrong di kafe.Selepas mandi, aku merebahkan diri. Badan terasa pegal semua. Sejenak aku melirik ponsel yang ada di dekat bantal. Menyala. Ada beberapa pesan masuk. Naura. Wanita itu sejak kemarin tak henti-hentinya menelepon dan mengirimkan pesan. Suasana hatinya sedang buruk karena pertikaian kedua orang tuanya.Sore tadi, Naura dan ibunya memilih keluar dari rumah. Ayahnya sudah di luar kendali. Tak hanya melukai ibunya secara batin, pria itu juga memukulinya. Sementara mereka tinggal di rumah teman ibunya. Rencana, besok pagi mereka akan kemari. “Ngga, aku tak bisa tidur.” Hampir tiap malam, Naura berkata seperti itu. Hampir tiap malam juga aku menemani
Read more
Ingin Bersamanya Setiap Waktu
Jalan macet sore itu. Suara klakson kendaraan beberapa kali terdengar. Mereka, para pengemudi tidak sabar untuk bisa tiba ke tempat tujuan. Begitu juga denganku. Ya, aku harus menjemput Naura dan ibunya di bandara. Tak ingin di a risau menunggu, akhirnya aku mengirimkan pesan kalau sedang terjebak macet. Satu jam berlalu, akhirnya aku tiba di tempat tujuan.Dari jauh, aku memandang di depan terminal kedatangan. Naura mengirimkan pesan kalau dirinya sudah berada di depan. Dari jauh, aku memandang, seorang wanita dengan mengenakan atasan tunik berwarna jingga dan bawahan leging berdiri dengan kedua tangan dilipat di depan dada.Wanita itu masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya. Hanya saja, penampilannya kini lebih dewasa. “Naura.” Dadaku berdebar hebat ketika mendekati wanita itu. Sama seperti ketika pertama kali aku menyatakan cinta padanya.“Angga.” Pandanganku berpindah pada wanita yang ada di samping Naura. Segera kuraih tangan wanita itu dan menciumnya takzim.Tanpa basa
Read more
Lebih Baik jadi Pembantu
POV MIRAPagi itu, usai Mas Angga berangkat kerja, kembali bergelut dengan kegiatan monotonku. Segala kegiatan yang berurusan dengan rumah. Hari ini, jadwal aku belanja. Bahan makanan yang ada di kulkas sudah mulai menipis. Aku keluar dengan membawa serta Zahir. Biasanya kami ke pasar mengendarai motor metik. Zahir duduk di depan. “Mbak Mira, sibuk terus, ya? Tiap minggu selalu ke pasar sendiri?” tanya Bu Sari tetangga sebelah ketika kami hendak menyeberang jalan. Wanita itu juga sedang hendak menyeberang. Tak menghiraukannya, aku memilih untuk melajukan motor. Menanggapi wanita itu justru akan menimbulkan pertanyaan baru darinya. “Zahir, kamu senang.” Sejenak aku melirik bocah kecil yang mengenakan helm berwarna biru dengan gambar kartun. Zahir sangat senang, bila aku mengajaknya naik motor. Bocah itu akan berceloteh riang di sepanjang jalan. Tak butuh lama, kami tiba di pasar. Kebetulan letak pasar tak jauh dari rumah kami. Hanya butuh waktu tidak lebih dari tiga puluh menit
Read more
Dalam Sehari Dia Pasti Kembali
POV Angga“Ok. Pergi sana. Aku juga tak membutuhkanmu!”Wanita itu benar-benar menguji kesabaranku. Paling juga dia hanya menggertakku. Kalaupun pergi, dalam sehari dia pasti akan balik lagi.“Baik, Mas. Aku akan pergi dari sini.”Wanita itu berjalan masuk kamarnya. Tak peduli aku ke kamar untuk membersihkan diri dan beristirahat. Rasanya sangat lelah setelah seharian bekerja. Namun, rasa lelah itu sedikit terbayarkan ketika aku bersama Naura.Kunyalakan shower dan membasahi diri dari ujung rambut hingga ujung kaki. Seketika aku merasakan tubuh kembali segar.Setelah badan kembali segar, aku duduk bersandar ranjang. Kuambil ponsel yang tadi kuletakan di atas nakas. Ada sebuah pesan dari Naura.“Terima kasih untuk hari ini.”Di akhir pesan dia menyelipkan emotikon hati.Segera aku mengetikan pesan balasan untuk Naura. “Untukmu apa yang tidak mungkin, bila kamu memintaku untuk menyeberangi lautan pun akan aku lakukan.”Tanpa menunggu lama, terlihat tanda centang biru. Tampak juga aktiv
Read more
Andai
POV MiraLangkah kakiku lambat kala itu. Bukan hanya karena takut karena gelapnya malam, tapi juga karena sedikit kepayahan. Bagaimana tidak? Satu tangan kugunakan untuk menopang tubuh Zahir yang tertidur lelap, sedang satunya membawa koper berisi pakaian dan barang-barang kami. Malam itu jalanan sudah sepi. Tak ada angkutan atau ojek. Bingung hendak menuju rumah Mama Santi mengendarai apa, akhirnya aku putuskan paling penting jauh dari Mas Angga terlebih dahulu. Beruntung, aku memiliki sejumlah uang. Sisa belanja selama ini dan beberapa pemberian Mama Sandra untuk Zahir. Aku tak pernah menggunakan uang pemberian Mama itu dan menyimpannya jika suatu saat dibutuhkan. Merasa lelah, aku duduk di depan pagar sebuah rumah. Aku membuka ponsel dan membuka aplikasi berwarna hijau untuk mencari ojek atau taksi daring. Beruntung masih ada taksi daring yang lokasinya tak jauh dariku. Tak butuh waktu lama, taksi yang aku pesan tiba. Pengemudi membantuku membawakan koper ke mobil. Setelahnya m
Read more
Hidup Bagai Sebuah Boneka
“Tante.” Naura menghampiri Mama. Wanita itu mengulurkan tangan pada Mama. Namun, tak mendapat balasan. Suasana seketika berubah canggung. Apalagi pelanggan yang berada tak jauh dari kami memandang dengan tatapan tak suka.Merasa tak enak, aku meraih tangan Naura. Mengajaknya menjauhi Mama sebentar. Ketika melakukannya, aku bisa melihat Mama menatap kami tak suka.“Mas ada apa?” Naura memandangku penuh tanya.“Naura, maaf atas sikap Mama. Sebenarnya Mama sedang marah padaku.”Aku coba menjelaskan pada Naura. Pada akhirnya aku meminta Naura untuk pulang sendiri naik taksi daring. Awalnya dia menolak dan bersikukuh ingin membantu menyelesaikan masalahku dengan Mama. Aku menolaknya, karena tak mungkin dia bisa melakukan hal itu. Karena masalahku dengan Mama adalah dia.“Baiklah. Aku akan pulang sendiri. Lekas baikkan dengan Tante Sandra. Jadilah putra penurut.” Beruntung Naura tak curiga dengan sikap Mama.“Aku akan melakukan apa pun yang kamu minta.” Sebisa mungkin aku tetap tersenyum di
Read more
Tak Ada Pilihan Lain
Pov AnggaMama Santi diam. Wanita itu mempersilakanku untuk masuk rumah dan berbicara di dalam. Aku menatap ke sekeliling. Sepi. Tak ada tanda-tanda Mira dan Zahir. Mungkinkah wanita itu dan putranya tak ada di dini. Lalu di mana mereka. “Silakan duduk, Nak Angga. Biar mama buatkan minum dulu,” tawar wanita itu. “Tidak perlu, Ma. Kebetulan Angga baru saja minum. Kedatangan Angga hanya ingin mencari Mira dan membawanya pulang.” Wanita itu tak menimpali dan memilih berjalan meninggalkanku menuju dapur. Aku menatap setiap sudut ruang tamu. Rapi. Sama seperti Mira. Dia selalu menata rapi rumah. Ketika memandang, tanpa sengaja aku melihat sebuah mainan tergeletak di lantai. Mobil mainan milik Zahir. Mereka ada di sini. “Ada masalah apa di antara kalian?” tanya Mama yang membawa nampan berisi minuman. “Hanya ada sedikit kesalahpahaman di antara kami.” Mama Santi meletakan cangkir berisi kopi di atas meja. Beliau lalau duduk di kursi yang ada di sampingku. “Maaf, bukannya mama ingin
Read more
Masa Depanku, Ada Di Tanganku
Argh!Aku meninju kemudi mobil. Hal itu membuat klakson berbunyi. Pikiranku kalut. Semua yang terjadi membuatku gila. Mama Sandra, mertuaku, dan Mira. Entah kenapa bisa jadi begini. Kacau semuanya! Papa pasti akan sangat marah, bila mertuaku itu mengadukan semua yang terjadi. Bodohnya aku yang mengatakan hal itu. Argh! Aku mengacak rambut. Setelahnya, aku melajukan mobil tanpa arah. Ya, aku butuh hiburan malam ini.Mobil yang aku tumpangi akhirnya terhenti di sebuah taman kota. Karena sudah larut, para penjual juga sudah mulai berkemas dan pulang. Apalagi malam tahun baru kali ini tak boleh ada acara apa pun. Tak ada perayaan. Jadi semua sepi. Aku turun dari mobil, karena haus, aku berjalan menghampiri penjual minuman yang juga sedang berkemas. Beruntung pria yang ditaksir berusia 50 tahunan itu masih mau melayani.Satu buah air mineral dengan kemasan botol sedang dan minuman bersoda yang aku ambil. Aku lalu menyodorkan uang pecahan dua puluh ribuan dan meminta pria itu untuk men
Read more
Pria dengan Mobil Lamborgini
POV Angga“Gua malam ini mau menginap di rumah Lo.” Orang yang pertama aku hubungi adalah Heri. Alasannya, karena dia tinggal sendiri. Hanya di tempat dia aku tak sungkan untuk menginap. “Ada apa? Tumben Lo mau nginap di tempat gua? Enggak salah?” Selama ini aku memang belum pernah menginap di rumah teman-temanku. “Bacot, Lo!” “Eh, Lo kalau mau ke sini jangan lupa bawa minuman beserta camilannya.” Mendapat persetujuan darinya, aku membuka aplikasi ojek daring yang beberapa saat lalu baru aku unduh. Sebelum ke rumah Heri, terlebih dahulu aku menuju mesin anjungan tunai untuk mengambil sejumlah uang. Rencana, esok hari aku hendak mencari kontrakan. “Ngga, ternyata Lo beneran mau menginap di rumah gua?” Heri tampak terkejut melihat kedatanganku. Awalnya dia mengira aku hanya main-main dengan ucapanku. “Nih!” Aku menyerahkan minuman ringan dan makanan yang sempat aku beli di jalan. “BTW, Lo enggak bawa mobil?” Heri tampak celingukan mencari keberadaan mobilku di halaman rumahnya.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status