All Chapters of Balas Dendam Lady Neenash: Chapter 11 - Chapter 20
146 Chapters
Bagian 10
Pangeran Sallac berhasil melakukan teleportasi dengan jarak yang cukup jauh dari menara sihir. Kini, mereka tengah berada di tengah-tengah hutan tropis. Pangeran Sallac tersenyum bangga akan kemampuannya. Namun, Lady Neenash mendelik tajam dengan rambut berantakan. "Sallac! Sial*n! Beritahu dulu kalau ingin melakukan teleportasi!" umpatnya.Dia memegangi dada yang masih berdebar kencang. Teleportasi secara mendadak sangat tidak baik untung kesehatan jantungnya. Bukannya merasa bersalah, Pangeran Sallac malah menyeringai nakal."Berhentilah tersenyum menyebalkan seperti itu atau kurobek mulutmu!" ancam Lady Neenash."Lady Esbuach yang penuh tata krama kenapa jadi bar-bar seperti ini," goda Pangeran Sallac."Tata Krama sial*n itu pada akhirnya tidak berguna untuk menyelamatkan ayah dan kakakku," lirih Lady Neenash dengan tatapan sendu.Suasana mendadak suram. Lady Neenash mengepalkan tangan dan menggigit bibir. Pangeran Sallac merasa menyesal sudah bertingkah keterlaluan. Dia menepuk b
Read more
Bagian 11
Pangeran Sallac menggeram. Dia melepaskan panah-panah api pada akar tanaman merambat. Sekali dua kali usahanya tak membuahkan hasil."Sial!"Tak peduli akan terlacak alat sihir, Pangeran Sallac menggunakan sihir api yang lebih kuat. Suara erangan yang mengerikan memekakkan telinga. Tanaman merambat itu benar-benar seperti makhluk hidup.Tanaman merambat terlihat gusar. Sulur-sulur berdurinya mencoba menghantam Pangeran Sallac. Namun, sang pangeran bukanlah tandingannya. Hanya satu serangan kuat, akar tanaman merambat hangus tak bersisa.Perlahan, sulur yang membelit tubuh Lady Neenash terlepas. Gadis itu hampir mengempas tanah. Beruntung, Pangeran Sallac cepat menangkapnya."Bertahanlah, Neenash," bisik Pangeran Sallac.Dia cepat mengeluarkan ramuan penyembuh luka dan meminumkannya ke mulut Lady Neenash. Ramuan tak bisa masuk karena Lady Neenash tengah pingsan. Pangeran Sallac terpaksa menggunakan sihir lagi agar cairan cokelat beraroma kuat itu bisa terdorong masuk ke kerongkongan."
Read more
Bagian 12
Dua pendeta senior kini sudah berdiri di hadapan Pangeran Sallac. Mereka menatap lekat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sorot mata penuh kecurigaan dan meremehkan menodong.Pangeran Sallac masih menunduk takzim. Dia mendadak menjadi taat dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar tak dikenali sebagai penyusup. Meskipun dua pendeta senior itu masih bisa dihadapi, Pangeran Sallac tak ingin membuat keributan dan membuang waktu.Pendeta senior bertubuh gempal mengelus dagu dan bergumam, "Kamu bukan pendeta di kuil ini. Jangan-jangan kamu ....""Saya pendeta yang baru dipindahkan ke sini," sahut Pangeran Sallac cepat."Ada pendeta pindahan?" Pendeta senior kurus tinggi mengerutkan kening beberapa saat, lalu berseru, "ah! Apa kamu Louvi Galathea?""Iya, Senior. Saya Louvi Galathea. Salam kepada senior sekalian. Semoga karunia Dewi Asteriella memberkati kita semua," sapa Pangeran Sallac sesopan mungkin."Salam. Semoga karunia Dewi Asteriella memberkati kita semua," balas dua pendeta senior i
Read more
Bagian 13
Srat! Trang!Pisau Pangeran Sallac menhantam piring perak. Tepat sebelum belati menusuk kulitnya, si pemuda berjubah cokelat meraih benda terdekat dan menangkis serangan. Kebetulan, piring perak itu terjatuh di sebelah kakinya."Tenanglah dulu, Pangeran! Saya tidak bermaksud jahat! Saya hanya ingin menolong!" seru si pemuda cepat.Pangeran Sallac jelas tidak mempercayainya. Dia sudah terlalu sering dikhianati. Dulu, ketika Istana Rubi masih memiliki pelayan dan kesatria penjaga, Ratu Olive sering kali memasukkan mata-mata dan pembunuh bayaran."Lady Esbuach terkena sihir hitam. Kekuatan suci saya bisa memurnikannya," bujuk si pemuda lagi."Aku tak perlu bantuanmu! Aku sudah memiliki air suci," sergah Pangeran Sallac sembari memamerkan air suci hasil curiannya.Si pemuda menunjukkan raut wajah iba. "Anda mendapatkannya dari kuil suci pinggir kota? Air suci itu tak akan berguna," tuturnya dengan nada prihatin.Pangeran Sallac masih tak percaya. Namun, dia mulai sedikit terpengaruh. Air
Read more
Bagian 14
Pangeran Sallac refleks menangkis botol dengan belati di tangannya. Botol kaca pun terempas ke lantai dan pecah berkeping-keping. Dia mendelik tajam ke arah Louvi. Si pendeta muda mengangkat bahu menandakan dirinya tak ada sangkut paut dengan botol melayang itu."Siapa yang melemparku sial*n!" umpat Pangeran Sallac. "Aku yang melemparmu!" sahut Lady Neenash yang baru saja terbangun karena mendengar keributan. Pangeran Sallac tersentak. Dia mengalihkan pandangan. Lady Neenash tengah melirik sinis ke arah tangan Pangeran Sallac, memberi isyarat untuk melepaskan cengkeraman dari kerah jubah Louvi."Ne-Neenash? Kau sudah bangun? Apakah ada yang sakit?" cecar Pangeran Sallac dengan suara bergetar dan tatapan penuh haru.Cengkeramannya pada kerah jubah Louvi tanpa sadar terlepas. Dia tak lagi menghiraukan Louvi dan melesat cepat ke hadapan Lady Neenash. Matanya menelisik Lady Neenash dari ujung rambut hingga ke ujung kaki."Aku benar-benar sudah pulih, Sallac. Tapi, sangat terganggu denga
Read more
Bagian 15
Belum selesai Louvi bicara, Pangeran Sallac malah memperkuat cengkeramannya. Pendeta muda itu menjadi kesulitan bernapas. Lady Neenash menghela napas berat. "Tenanglah, Sallac. Lepaskan Tuan Galathea," bujuk Lady Neenash. Dia juga memaksa Pangeran Sallac melepaskan Louvi. Meskipun tak suka, Pangeran Sallac tetap menurut."Aku yakin Tuan Galathea tidak bermaksud buruk. Jika Tuan Galathea memang merencanakan hal jahat, dia justru akan berpura-pura tidak tahu, lalu menusuk dari belakang," tambah Lady Neenash."Itu benar, Lady," timpal Louvi, "dan saya bisa tahu identitas Anda berdua karena kekuatan suci saya juga bisa membedakan orang-orang dari aura." Lady Neenash tampak resah. Jika seorang pendeta muda saja bisa mendeteksi identitas mereka, bagaimana dengan pendeta senior. Berarti, hanya masalah waktu mereka akan ketahuan."Tenang saja, Lady. Kemampuan seperti ini hanya sedikit orang yang memilikinya. Jadi, saya rasa Anda berdua akan aman," hibur Louvi.Lady Neenash tampak masih rag
Read more
Bagian 16
Pangeran Sallac kembali memberi isyarat kepada Lady Neenash dan Louvi untuk membentuk formasi. Keduanya mengangguk dan langsung merapatkan badan ke punggung Pangeran Sallac. Para bandit salah mengira mereka tengah pasrah menjadi semakin bersemangat dan mulai mengatakan omong kosong."Sepertinya, mangsa kita akan kencing di celana ha ha ha.""Aku tak sabar melihat hal itu.""Sudahlah, cepat kita selesaikan dua pria itu. Yang wanita kita biarkan hidup. Pasti menyenangkan tidur dengannya."Pangeran Sallac seketika mendelik tajam. Manna dalam jumlah besar mulai mengumpul di tangannya. Lady Neenash langsung menggenggam tangan sang pangeran. Dia tentu tak mau masalah mereka bertambah dengan kedatangan pasukan istana.Sentuhan Lady Neenash mendinginkan kepala Pangeran Sallac. Manna yang tadi menguar disimpan kembali dengan rapi. "Jangan gegabah, Sallac. Cecunguk-cecunguk lemah seperti mereka bisa kita hadapi dengan ilmu beladiri biasa," bisik Lady Neenash."Maaf, tadi aku terbawa suasana ka
Read more
Bagian 17
"Neenash! Neenash! Kau di mana?" teriak Pangeran Sallac panik. Mereka telah mendarat dengan selamat di dasar lubang. Beruntung, ada tumpukan daun, sehingga menghindarkan dari benturan langsung dengan tanah. Namun, oleh karena lubang itu sangat dalam, hampir tak ada cahaya yang masuk. Gelap gulita terasa menyesakkan. Terlebih, bagi Pangeran Sallac yang tak bisa menemukan Lady Neenash. Dia mencoba meraba-raba sekitar sambil berteriak-teriak panik. Pangeran Sallac sampai lupa kalau elemen sihir utamanya adalah api. "Neenash jawab aku! Neenash!""Aku di sin- ugh!"Lady Neenash meringis. Kakinya terasa ngilu. Meskipun jatuh di tumpukan daun, rupanya kakinya tetap terkilir. Dia mencoba berpindah posisi sambil meraba dinding lubang. "Ugh!" Lady Neenash kembali terduduk. Nyeri di kakinya semakin menjadi-jadi. Dia bahkan merasa tak kuasa menjawab panggilan panik Pangeran Sallac. Tiba-tiba cahaya hangat berpendar. Wajah manis Louvi terlihat. Akhirnya, mereka bisa saling menemukan. Ternyat
Read more
Bagian 18
Pangeran Sallac melompat lebih dulu ke hadapan Lady Hazel. Gerakannya masih cukup gesit meskipun kelelahan. Belati terhunus siap melukai gadis bermata cokelat almond tersebut. Srat! Trang! Belati Pangeran Sallac menghantam lempengan besi di lengan Lady Hazel. Tak hanya sampai di situ, perisai besi itu juga melepaskan 12 jarum beracun secara otomatis. Beruntung, Pangeran Sallac memiliki gerak refleks yang bagus, sehingga sempat menghindar. "Ck! Sial*n!" umpat Pangeran Sallac. "Itu salah Anda yang menyerang tiba-tiba," gerutu Lady Hazel sembari menekan tombol dan mengembalikan perisai besi ke bentuk gelang. Perisai besi itu memang akan langsung aktif saat mendeteksi bahaya di sekitar. Lady Hazel memasang batu sihir yang dibeli dari menara sihir untuk menimbulkan efek tersebut. Dia juga membuatnya dengan bentuk tidak mencolok dan hanya terlihat seperti aksesoris biasa. "Saya sudah menolong Anda. Kenapa saya malah diserang?" gerutu Lady Hazel lagi. Dia melotot sambil berkacak pingg
Read more
Bagian 19
"Jadi, kau benar-benar ingin menjebak kami? Kau kaki tangan gadis bermuka dua itu, hah?" gertak Pangeran Sallac. Belatinya kembali terhunus. Beruntung, Louvi sempat memegangi Pangeran Sallac sebelum bertindak anarkis. Sementara Lady Neenash berada dalam kebimbangan. Rasa simpati karena penderitaan Lady Hazel bercampur dengan kecurigaan. Sementara itu, wajah Lady Hazel memerah. "Saya tidak seperti itu!" protesnya. "Justru karena Cherrie berubah, makanya saya jadi memberontak dan tidak mau membuatkan Count Searaby alat-alat lagi.""Berubah?" celetuk Lady Neenash dengan kening berkerut. Raut wajah Lady Hazel berubah sendu. Ada rasa kecewa yang sangat besar terpancar dari sorot matanya. Lady Neenash dan Louvi bahkan merasa ikut sakit hati. Hanya Pangeran Sallac yang tetap memasang raut wajah sinis. Tatapan Lady Hazel menerawang. Tangannya mengepal kuat. Dia menggigit bibir beberapa kali sebelum mulai berbicara kembali. "Dulu, dia anak yang manis dan polos. Bahkan ketika Count Searaby
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status