All Chapters of Sang Tuan Muda Sejati: Chapter 11 - Chapter 20

135 Chapters

Bab 11. Babak Pertama Dimulai

Helios merasa detak jantungnya terus berpacu. Dia sudah di dalam mobil mewah berwarna putih dan mentereng. Halim mengatakan mobil itu hampir tidak pernah dipakai sejak dibeli oleh Herman. Waktu dia mulai mencari anaknya, mobil itu dipastikan akan menjadi milik Helios. “Kamu bisa menyetir, kan?” Halim memandang Helios yang duduk tidak tenang di sampingnya. “Ya, aku pernah belajar menyetir. Tapi sudah cukup lama aku tidak menyetir mobil.” Helios bicara dengan menahan debaran yang terus menguat di dadanya. “Kalau masih perlu sopir, tinggal pilih siapa yang Tuan Muda mau. Di rumah ada beberapa pelayan yang siap.” Halim mulai menyalakan mobil dan menjalankan perlahan kendaraan itu meninggalkan area mansion. Helios memandang ke depan. Ini pertama kali dia akan keluar dari rumah besar dan menuju ke kantor Belum sampai gerbang depan kendaraan berpapasan dengan gadis cantik berambut coklat kemerahan yang menarik perhatian Helios.Mata Helios tak berkedip. Dengan legging hitam dan kaos keta
Read more

Bab 12. Mentor Dingin di Akademi

Helios menghentikan langkah tepat dua tapak dari pintu. Di ruang besar itu ada lebih dari seratus karyawan duduk di dalam, menunggu kehadiran Herman dan Helios. Halim terus mendorong kursi roda Herman dan naik ke panggung yang ada di sisi kiri dari pintu masuk. Helios masih terdiam di tempatnya. Semua mata tertuju pada Herman dan Halim. Begitu Herman berada di hadapan semua karyawannya, dia melihat ke samping dan tidak mendapati Helios di dekatnya. Dengan cepat, dia mencari di mana Helios. Dengan tatapan matanya, Herman meminta Helios mendekat. Masih dengan jantung berdetak tidak menentu, Helios melangkah lagi, mendekati Herman dan Halim. Helios berdiri di samping kanan Herman, sedangkan Halim dia mundur, lalu turun dari panggung dan duduk di kursi paling depan di sebelah Victor. “Hari ini adalah hari sangat istimewa buatku. Cukup lama aku tidak datang ke kantor karena fokus dengan kesehatanku.” Herman memulai pertemuan itu. Semua orang yang ada di ru
Read more

Bab 13. Victor, Donita, dan Cafe

Donita sudah maju beberapa langkah dan hampir mencapai pintu. Mendengar pertanyaan Victor, Donita berbalik, menatap pria berambut cepak itu. “Tunggu kabar dariku. Sampai jumpa.” Donita menjawab, seperti biasa, dingin dan datar. Lalu wanita itu masuk ke dalam kelas dan menutup pintu. Victor mengangkat kedua bahunya kemudian berlalu dari sana. Dia kembali meneruskan pekerjaannya sambil menunggu kabar dari Helios jika kelas hari itu usai. Di kantor, Victor memastikan semua deretan rencana perjalanan misi Helios akan berjalan lancar. Sementara dia membaca lagi semua catatan dari awal sekali muncul ide menemukan seseorang yang mirip dengan Herman Hartawan, Victor berhenti pada satu hasil pembicaraan dengan Halim dan Herman. “Kurasa bagian ini Tuan Besar dan Pak Halim lupa. Seharusnya Helios diberi ketegasan dari awal soal ini. Aku tidak bisa menundanya. Jika tidak kuingatkan segera, bisa-bisa terjadi sesuatu dan Helios tid
Read more

Bab 14. Di Pihak yang Sama

Victor tidak langsung menjawab pertanyaan Donita. Dia tidak boleh asal memberikan jawaban karena bagaimana Victor dan Halim menemukan Sang Tuan Muda, ini sangat rahasia. Kisah sebenarnya harus rapat tersimpan dari semua orang."Itulah misteri hidup, Doni. Tuan Besar mulai sering sakit, cemas karena tidak ada penerus di keluarga Hartawan. Di saat itu, kisah masa lalu yang hampir dia lupakan muncul ke permukaan." Jawaban Victor membuat Donita menaikkan kedua alisnya."Really? It is sound unusual," ujar Donita."Indeed. Tapi apa mau dikata. Begitulah yang terjadi. Tuan Muda Helios itu anak Tuan Herman dengan kekasihnya kala muda. Aku juga tidak tahu jelas seperti apa. Tuan Besar meminta aku dan Pak Halim membawa Tuan Muda pulang, saat dia siap." Tetap hati-hati jawaban Victor. Donita tidak bereaksi apa-apa. Tapi tatapannya lebih tajam seolah-olah ingin menerjang ke dasar hati Victor. Victor merasa detak jantungnya mulai melaju cepat. Ini kelebihan Donita. Dia akan tahu orang yang dia h
Read more

Bab 15. Perjanjian Hitam di Atas Putih

Ruang kerja Herman.Pria dengan rambut putih dan tipis itu duduk di kursi kerjanya. Dia menghadapi lembaran penting di depannya. Sedang Helios duduk tepat di seberang meja Herman. Halim dan Victor duduk di sisi kiri dan kanan Helios, agak di belakang."Satu minggu awal, kurasa misi berjalan baik dan masih di dalam rencana." Herman memberi kesimpulan dari semua yang mereka telah bicarakan.Helios menatap lurus pada Herman. Rasa kagum mulai tumbuh di hati Helios pada pria itu. Dia pekerja keras, penuh semangat, dan menghargai semua orang yang berjuang bersamanya.Namun, rasa iba juga muncul di hati Helios. Di tengah segala kesuksesan yang Herman raih, dia kesepian. Tidak ada istri dan anak bersamanya. Keluarga yang dia kenal hanya memanfaatkan dirinya saja."Aku senang kamu serius dengan misi ini, Helios." Senyum khas Herman muncul."Terima kasih, Pa." Helios berucap, tapi tidak ada senyum di bibirnya."Meski begitu, misi ini harus ditandai dengan sesuatu yang menjadi bukti tanggung jawa
Read more

Bab 16. Pagi Tak Terduga

Langit cerah, matahari mulai menyorotkan sinarnya pertanda hari baru telah bergerak..Hari itu Helios tidak ke kantor tetapi akan ke akademi. Karena kelas dimulai setengah sepuluh Helios punya waktu agak longgar di pagi hari.Ide muncul tiba-tiba di kepala Helios. Kenapa dia tidak berolahraga saja? Sudah lama juga dia tidak menggerakkan fisik untuk menjaga kebugaran. Helios membuka lemari mengambil pakaian olahraga afa tergantung di sana. Celana olahraga selutut dan kaos ketat yang Helios pilih. Lalu dia turun dari lantai atas dan keluar rumah.Sampai di teras, mata Helios memandang ke rumah seberang. Tidak terlihat siapapun di sana. Apakah Violetta tidak jogging pagi itu? Beberapa hari Helios memang tidak melihatnya."Sudahlah. Mulai saja, sebelum hari semakin panas." Pelan Helios bicara pada diri sendiri.Langkah kaki terayun. Helios berlari kecil menuju taman yang cukup luas di area depan kompleks mansion Hartawan. Beberapa jenis bunga mekar cantik di taman, menambah manis pagi itu.
Read more

Bab 17. Kebencian Siska

"Apa yang terjadi sama kamu, Vio?!" Dengan rasa terkejut, buru-buru Siska turun dari lantai atas dan mendekati Violetta dan Helios.Tatapan terkejut tak bisa dia sembunyikan saat melihat Helios ada di dalam rumahnya."Apa yang kamu lakukan di sini?!" tanya Siska masih terkejut dan heran."Aku mengantar Violetta pulang. Kami tadi olahraga sama-sama lalu Violetta keseleo-""Ahh! Jadi ini ulah kamu?!" Makin naik nada suara Siska.Helios menarik napas dalam. Bagus sekali. Ibu dan anak ini sama saja. Mereka sama-sama tidak suka dengan Herman, terganggu dengan kedatangan Helios, dan tentu saja tidak akan menyukainya juga."Ini kecelakaan, Bu. Aku ga buat apa-apa sama Violetta," kilah Helios. Belum juga tahu duduk perkaranya, kenapa Siska langsung menuduh begitu? "Ga usah alasan," tukas Siska dengan mata menyala. Dia lalu menoleh pada pelayannya yang berdiri tidak jauh dari pintu ke arah dapur. Di belakang pria itu seorang pelayan wanita berdiri dengan wajah bingung. "Dadang, panggil dokt
Read more

Bab 18. Mentor Dingin yang Cantik

"Oya? Bagaimana dia?" Benar, pertanyaan Herman berlanjut."Baik, ramah." Helios menjawab seraya mengambil sepotong roti tawar yang sudah lengkap dengan topingan untuk disantap."Benarkah?" Herman seperti tidak percaya dengan yang Helios katakan."Ya, kami berkeliling beberapa kali. Menyenangkan," kata Helios."Vio ... Gadis itu sudah dewasa." Kalimat Herman itu menyiratkan sesuatu. Tatapan matanya berubah. dia seolah-olah menerawang ke tempat lain atau ke masa lain."Berapa usia Violetta?" tanya Helios."Kalau aku ga salah ingat, tahun ini dua puluh dua. Tapi ya begitulah, masih manja. Hanya suka bersenang-senang. Tidak tahu apa yang dia ingin lakukan dalam hidupnya," jawab Herman dengan lengkap.Jika yang Herman katakan benar, sayang sekali. Kalau ada istilah 'sayang seribu sayang' mungkin lebih tepat lagi mengungkapnnya.Dengan hidup sebagai keluarga Hartawan yang bisa mendapatkan segala fasilitas, sangat mudah bagi Violetta meraih cita-cita. Lalu, dia hanya menghabiskan waktu begit
Read more

Bab 19. Ikut Aku, Tuan Muda

Helios masih berpikir bagaimana dia menjawab Donita. Wanita itu adalah mentornya dalam pendidikan yang dia tempuh. Apakah wajar jika dia punya kedekatan di luar kelas? Apalagi, kisah hidup Helios tidak wajar. Apakah bisa begitu saja Helios urai pada orang lain? Apa untungnya dan apa pula baiknya? Kalau justru jadi bahan cemooh?"Kamu tahu bukan, di sekolah-sekolah ada ruang BK? Kamu tahu itu fungsinya apa?" Donita bertanya lagi."Tentu aku tahu. Apa salah satu tugas Miss Doni menjadi guru BK buat peserta kelas?" Helios balik bertanya "Tugasku adalah memastikan menti yang aku tangani bisa belajar maksimal. Halangan apapun tidak boleh membuat dia mundur atau gagal. Memang, aku tidak menjamin semua akan berhasil. Tapi, tentu aku harus memperjuangkannya," jelas Donita.Helios paham bagian itu."Terserah kamu jika tidak bersedia terbuka. Yang pasti, aku tidak mau gangguan apapun terjadi dalam proses belajar. Kamu harus ingat itu, Helios." Donita menambahkan, terlihat gamblang dan dia sang
Read more

Bab 20. Tawa Lepas Helios

"Bagaimana, Helios? Kamu tidak tertarik melepas lelah?" Donita yang ada di samping Helios bicara sambil ikut memperhatikan area bermain yang ramai dan riuh."Oke. I am ready." Helios tersenyum lebar.Donita mengangkat kakinya dan berjalan masuk ke area bermain itu. Helios menguntit di belakangnya. Dia tidak sabar ingin mencoba permainan apa saja yang ada di sana. Setelah sekian lama, apakah dia masih cukup jago?Tidak sampai sepuluh menit, tampak Helios memulai petualangannya menjelajah area bermain yang lengkap dengan segala macam jenis permainan. Sebagian besar Helios pernah bermain waktu masih di Semarang. Donita mengikuti saja ke sisi mana Helios bergerak. Donita lumayan paham dengan permainan yang ada. Dia cukup mengimbangi semua model permainan yang Helios pilih."Hahaha!!! Aku menang lagi! Ini seru sekali!" Tawa lepas Helios menghiasi wajahnya.Kelesuan lenyap begitu saja dari pemuda itu. Galau yang tersembunyi dan muncul di sorot matanya hilang. Donita bisa melihat sisi lain
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status