Semua Bab Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia: Bab 11 - Bab 20
118 Bab
11. Petualangan di Jalan.
"Kak, dengar. Zaman sekarang ini cari uang yang haram aja susah, apalagi yang halal. Saya ingatkan ya, Kak. Uang ini akan sangat bermanfaat untuk Kakak. Kakak pikir baju badut ini gratis? Nggak kan, Kak. Kakak harus menyetor uang sewa baju pada Bang Ali setelah kita bekerja. Belum lagi biaya makan dan minum. Lantas dana cadangan untuk ke dokter atau membeli obat kalau Kakak tepar karena kepanasan di jalanan. Kebutuhan Kakak itu masih buanyakkk. Kakak juga harus membawa uang pulang untuk orang tua Kakak bukan?" Randy membeberkan kenyataan hidup di depan mata Raline."Kak, menjadi badut itu tidak selalu untung. Kadang bisa buntung kalau seharian hujan deras. Kalau sudah begitu jangankan uangnya bisa dibawa pulang, bisa membeli makanan dan membayar sewa kostum aja sudah syukur alhamdullilah. Benar tidak, Kak?""Iya juga ya, Ran." Raline mengangguk lesu."Makanya uang tadi saya terima atas nama Kakak. Sekarang simpan uangnya baik-baik. Tuh, di depan banyak anak-anak. Kakak ke sana aja. Si
Baca selengkapnya
12. Usaha Sampai Berhasil.
Raline berdiri di ujung jalan, dengan mata terus memindai lampu lalu lintas. Ketika lampu berubah warna dari kuning ke merah, ia segera menghampiri mobil-mobil yang berhenti. Saatnya beraksi menghibur para pengguna jalan. "Badut lucu, sini!" Seorang gadis cilik melambaikan tangan di depan jendela mobil yang terbuka. Raline bergegas mendekati sang gadis cilik. Rezeki tidak akan ke mana."Hallo, Cantik. Kita menari bersama ya?" Raline tersenyum dan mulai meliuk-liukkan tubuhnya. Sang gadis tertawa dan ikut berjoget ria.Raline sontak menghentikan aksinya menari, kala sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti sisi kanannya. Ia sangat mengenal mobil mewah itu. Dulu dirinya adalah penumpang tetap di sana. Ya, mobil itu adalah milik Heru. Mantan pacarnya yang kini menjadi suami Lily. Dari kaca mobil, Raline memindai Lily duduk di tempatnya dulu. Lily menggelendoti lengan Heru yang tengah memegang kemudi. Heru mengecup mesra pipi Lily, sebelum kembali fokus menatap ke depan. Sepasang suami
Baca selengkapnya
13. Bertemu Rival.
Beberapa jam kemudian, Raline telah berada di cinema bersama Axel. Suasana cinema di malam minggu seperti ini ramai oleh pasangan yang ingin menghabiskan malam panjang berdua. Rata-rata mereka datang dengan saling bergandengan tangan. Beberapa sepertinya masih dalam taraf penjajakan, karena masih malu-malu kucing. Namun bahasa tubuh mereka sangat kentara tengah dimabuk cinta. Hanya dirinya dan Axel saja pasangan yang aneh. Mereka memang berjalan bersisian. Namun ada jarak setidaknya dua orang di antara mereka. Bahasa tubuh mereka mirip dengan dua orang anak SD yang sedang musuhan. "Lo mau nonton film genre apa Al--""Raline. Nama gue Raline. Harus berapa puluh kali gue ngingetin lo?" Raline menekan dada Axel dengan jari telunjuknya kesal. Ini orang bebal amat ya?"Singkirkan tangan lo. Gue memang suka lupa nama orang. Tapi gue akan selalu ingat dengan perbuatan yang mereka lakukan. Kalo begitu, mulai hari ini gue akan manggil lo calon istri. Dengan begitu gue nggak akan pernah salah
Baca selengkapnya
14. Keseriusan Axel.
"Ya serius lah. Masa mau menikah main-main?" Axel merangkul bahu Raline erat. Memperlihatkan pada Lily kedekatan keduanya. Axel tidak menyangka akan bertemu dengan Lily dan Axel di cinema."Baguslah kalau begitu." Lily menepuk punggung Axel gembira. Sekarang ia tidak khawatir lagi akan nasib kakaknya. Ada seorang istri yang akan menjaga dan mencintai kakaknya. "Jagain kakak gue baik-baik ya, calon ipar? Sayangi dan cintai Kak Axel cukup sepenuh hati. Tidak perlu sepenuh jiwa. So, kalau suatu saat, amit-amit... lo sakit jiwa, hati lo akan tetap sama." Lily sekarang ganti merangkul calon kakak iparnya. Akhirnya kakaknya akan menikah juga. "Kamu bicara apa sih, Sayang? Jangan membicarakan hal-hal buruk. Apalagi yang belum terjadi. Ingat, kamu sedang hamil." Heru memperingati Lily. Istrinya ini memang tidak pernah menyaring ucapannya."Tenang, Mas. Lily tidak membatin. Cuma memberi gambaran saja. Sedia payung, sebelum hujan." Lily berdeklmasi."Lanjutkan peribahasa ini calon kakak ipar.
Baca selengkapnya
15. Janji Seorang Laki-Laki.
"Apa dua hal itu?" Axel bersedekap. Ia kini menyadari. Bahwa meskipun Heru tidak mencintai Raline, tapi Heru peduli."Bunuh diri atau sisi jahatnya muncul lagi.""Bunuh diri udah berhasil gue cegah beberapa waktu lalu. Sisi jahat? Bukannya Raline ini memang jahat dari sononya? Dia pernah menyakiti Lia dan Lily bukan?" pancing Axel. Ia ingin tahu bagaimana cara Heru memandang Raline."Raline bukan jahat, Xel. Raline itu hanya mencoba mempertahankan apa yang menurutnya adalah miliknya. Dia tidak pernah mendapatkan cinta yang tulus. Makanya, begitu ia merasa mungkin akan mendapatkannya, ia akan berjuang mati-matian. Gue dan Aksa pernah menyakitinya, walaupun sebenarnya kami tidak ingin. Jangan lo tambah lagi penderitaannya.""Lo kenal dengan dosen bule Raline dulu?" Axel tiba-tiba mengubah topik pembicaraan."Nggak kenal, tapi gue tahu. Raline jatuh dalam perangkap si dosen, karena dosennya ini melimpahinya dengan kasih sayang. Maklum saja, selama delapan tahun bersama, Aksa tidak perna
Baca selengkapnya
16. Masalah Baru.
"Ada apa lagi sih ini?" Raline menepuk kening tatkala memindai ribut-ribut di rumahnya. Ibunya tampak beradu mulut dengan Tante Angela, sementara ayahnya menarik-narik lengan ibunya. Ya Tuhan, masalah apalagi yang dibuat orang tuanya sekarang?Dirinya baru saja pulang menonton dan Axel mengantarnya pulang. Kini di pagar, ia sudah disambut dengan pemandangan seperti ini. Akhir-akhir ini hidupnya sangat akrab dengan masalah."Ayo kita lihat apa yang terjadi di dalam sana, calon istri." Teguran Axel memupus lamunan Raline. Ia sampai melupakan kehadiran Axel. Tidak boleh! Axel tidak boleh mengetahui kebobrokan keluarganya lagi."Kagak usah. Gue bisa mengatasi masalah keluarga gue sendiri. Lo pulang aja." Raline meraih panel pintu mobil. Ia harus secepatnya melerai pertengkaran Tante Angela dan ibunya sebelum ramai. Tetangga kanan dan kirinya sekarang mempunyai hobby baru. Yaitu memviralkan aib-aib keluarganya. Mereka kompak membalas dendam pada keluarganya, karena pada saat jaya dulu ked
Baca selengkapnya
17. Jangan Buat Aku Jatuh Cinta.
"Tidak peduli kamu bilang? Kamu ibu lahirkan, ibu beri makan, ibu besarkan dan ibu sekolah hingga kamu sedewasa sekarang. Itu yang kamu sebut sebagai ketidakpedulian?" Bu Lidya mengamuk. Kehilangan tas kesayangan dan dianggap tidak peduli pada anak membuat emosinya membeludak. Anak sekarang memang tidak tahu berterima kasih."Setelah pengorbanan kami untukmu, harusnya kamu bisa membalas budi. Tunjukkan kalau kamu itu adalah anak yang baik." Pak Adjie mendukung pernyataan istrinya. Ia sudah stress terus disindir-sindir sebagai pengusaha bangkrut oleh grup golfnya. Karena ia sudah lama tidak pernah bermain golf, rekan-rekannya beramai-ramai menyindirnya. Menjadikannya bahan olokan, seolah-olah dirinya tidak ada di grup tersebut. Ia sampai keluar dari grup karena tidak tahan dibully. Ia sangat berambisi untuk kembali kaya, agar bisa membungkam mulut-mulut nyinyir yang membullynya. Raline termangu. Ia tidak tahu harus menjawab apa atas tuntutan kedua orang tuanya. "Melahirkan, memberi
Baca selengkapnya
18. Kerja Keras.
"Ini setorannya, Bang. Maaf uangnya recehan." Raline mengulurkan uang ribuan yang telah ia gulung rapi dan diikat karet gelang pada Bang Ali. Setelahnya ia duduk di lantai. Meluruskan kakinya yang pegal karena menari-nari seharian di jalanan. "Rapi banget duit lo," Bang Ali membuka karet gelang dari gulungan uang yang diberikan Raline."Lihat nih, anak-anak. Duit setoran dari Raline disusun rapi. Jadi gue nggak perlu susah payah menghitung. Nggak kayak duit lo lo pada. Diuwel-uwel semua." "Bisa mendapat recehan saja sudah syukur alhamdulillah, Bang. Boro-boro sempat disusun-susun. Duit tidak seberapa juga. Buang-buang waktu." Randy ikut menyodorkan uang setoran pada Bang Ali."Taroh di meja aja sana. Lo nggak liat gue lagi ngitung uang dari Raline." Bang Ali memelototi Randy."Abang pilih kasih. Kalau cewek cantik saja, uangnya langsung dipegang. Kalau dari kami cuma dikumpulin di meja," sindir Randy."Etdah ini bocah. Lemes amat mulutnya, yak? Udah taroh sana duitnya. Potong utang
Baca selengkapnya
19. Pertarungan Berdarah.
"Bagaimana kalau lukaku ini tidak akan pernah sembuh, Kak?" isak Randy pesimis."Pasti bisa. Karena semua yang ada di dunia ini sebenarnya seimbang. Contohnya ada orang sakit, tapi ada obatnya juga bukan? Obatnya memang pahit, tapi menyembuhkan. Nah lukamu nantinya akan sembuh setelah mengalami kepahitan-kepahitan hidup."Raline berusaha mengingat-ingat kata-kata yang sering dinasehatkan oleh guru-gurunya terdahulu. Seperti inilah nasehat guru-gurunya apabila ia dibully di sekolah sewaktu kecil dulu. Namun khusus untuk Randy ia akan menambahi dengan kalimatnya sendiri."Tapi sebelum si waktu bekerja, Kakak akan mencuri start duluan. Kamu tunjukkan saja di mana alamat rumahmu. Biar kakak yang akan menghadapi ayah beserta ibu dan kakak tirimu." "Jangan!" Randy menggeleng cepat. Ia tidak mau mengemis pada ayahnya. Kalau ayahnya menganggapnya bersalah, biarkan saja. Seperti kata Raline tadi, biarlah waktu yang akan menjawab semuanya. "Saya pulang ke kost-an dulu, Kak, Bang Ali." Randy d
Baca selengkapnya
20. Teman Atau Lawan?
Raline menyetir dengan tangan gemetaran. Suara desingan peluru yang mental terkena badan mobil membuatnya adrenalinnya menggila. Oh Tuhan, begini rupanya rasa deg-degan dikejar-kejar oleh musuh. Raline heran bagaimana jantung Axel bisa tetap normal jikalau ia kerap mengalami kejadian seperti ini. "Gas lagi sekencang mungkin. Kalau kita sudah mendekati jalan besar mereka tidak akan berani lagi ber--beraksi. Di lampu merah persimpangan depan nanti, tolong lo te--telepon Erick. Bilang kalo kita akan segera tiba di ru--rumah. Suruh ia menyiapkan ruang o--operasi." Axel berusaha berbicara dengan napas terengah-engah."Heh, ruang operasi? Ini kita mau ke rumah lo apa ke rumah sakit? Lo kalo ngomong yang bener dong? Jangan bikin gue bingung!" Raline panik. Sepertinya kesadaran Axel makin menurun. Buktinya omongannya sudah tidak sinkron lagi. Katanya mau ke rumah saja. Tapi si Erick disuruh menyiapkan ruang operasi. Perintah mana yang harus ia laksanakan?"Ru--rumah gue ada ruang operasi ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status