Semua Bab Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia: Bab 21 - Bab 30
118 Bab
21. Lolos Dari Bahaya.
"Siapa yang bernama Erick?" tanya Raline siaga. Ia bertahan tidak membuka pintu mobil sebelum mengetahui siapa orang yang mendekatinya."Gue! Cepat lo buka pintunya. Nanti si boss bisa kolaps karena kekurangan darah!""Tadi lo bilang temen. Sekarang boss. Yang mana yang bener? Jangan-jangan lo ini musuh!" "Dia Erick. Cepat bu--buka pintunya, ce--cerewet." Raline merasa tubuh di pelukannya bergerak. Axel sudah sadar rupanya."Lo ini udah ditolongin malah ngatain gue cerewet." Raline membuka pintu sambil menggerutu. Tugasnya sudah selesai. Ada para anak buah Axel yang akan mengambil alih tugasnya."Tung--tunggu!" Raline urung turun dari mobil saat Axel mencengkram pergelangan tangannya."Apalagi? Itu si Erick sudah datang. Noh, lihat! Gue mau pulang. Udah malem." Raline berdecak. "Rick," Axel mengedikkan kepalanya pada Erick, sebelum tubuhnya diangkat oleh empat orang pria kekar tatooan. Raline melongo saat pintu mobil besar berwarna hitam itu dibuka. Karena mobil tersebut di desain s
Baca selengkapnya
22. Hajatan Baru.
Raline tengah mencoba-coba kostum kepala Mini Mouse yang dibawa oleh Randy, tatkala Randy mengomelinya sekali lagi. "Kostum ini harga sewanya lebih mahal lima belas ribu dari kepunyaan Bang Ali kemarin, Kak. Belum lagi kalau rusak atau kotor, kita wajib membayar denda. Jadi ingat, Kakak harus menjaganya baik-baik." Randy memperingati Raline keras. Raline memang cenderung lelet dan menggampangkan masalah. Jikalau nanti ketemu batunya, baru dirinyalah yang ketiban pulung."Iya, Bocah. Kakak paham. Tidak usah diulang-ulang. Pengeng kuping Kakak mendengar ancamanmu." Raline menghela napas kasar. Menggunakan kostum kepala Mini Mouse segede gaban begini sudah membuat kepalanya keliyengan. Ditambah dengan ancaman yang ditekankan berulang-ulang oleh Randy membuat kepalanya makin pusing."Jangan iya-iya aja. Saya sudah memperingati Kakak pahit-pahit ini ya? Jangan nanti bilang ; Ya gimana dong, Kakak nggak sengaja. Nggak ada alasan kayak begitu-begitu ya, Kak?" Randy kali ini tidak memberi Ra
Baca selengkapnya
23. Keanehan Randy.
"Heh, mau ke mana lo, Bocah? Mana bisa lo membatalkan pekerjaan sepihak begini saja!" Bang Ali menghardik Randy. Randy menghentikan langkah. Namun ia tidak berbalik. Ia hanya terdiam membelakangi pagar dengan air muka tidak bersahabat."Tenang, Bang. Ntar gue yang bakal nenangin hati itu bocah. Namanya juga anak abege, Bang. Masih labil." Raline membujuk Bang Ali yang kesal. "Ya udah, ambil itu kostum dan segera ganti pakaian. Temui Pak Asep. Dia yang mengundang kalian. Bilang aja kalo lo bedua anak buah gue. Oh ya, ntar pulangnya kalian gue jemput, sekalian gue anterin lo pulang. Anak gadis bahaya kalau pulang malam-malam.""Iya, Bang. Ntar kalo udah selesai gue akan nelpon Abang." Raline mengiyakan sambil menarik dengan susah payah kostum dari bak belakang pick up. Randy tetap diam seribu bahasa. Melihat sikap Randy yang cuek Bang Ali mendecakkan lidah. Anak abege zaman sekarang memang moodyan. Tidak bisa ditebak suasana hatinya. Bang Ali turun dari mobil. Ia membantu Raline menur
Baca selengkapnya
24. Hidup (Terkadang) Memang Tidak Adil.
Raline terus menari heboh bersama Randy. Dugaan Randy benar. Mereka diundang untuk memeriahkan ulang tahun Ismi, adik bungsu seayah Randy yang kelima. Ismi sangat menyukai tokoh kartun Mickey dan Mini Mouse. Makanya kedua orang tuanya membuat tema Disney diulang tahunnya. Ketika masuk ke dalam rumah. Dalam kurun waktu kurang dari lima belas menit, Raline sudah mengetahui alasan Randy kabur dari rumah ini. Rumah ini menguarkan aroma kemunafikan. Wita, ibu tiri Randy adalah type perempuan manipulatif yang bisanya hanya memerintah-merintah dan merayu Pak Fandy, ayah kandung Randy. Sedari ia baru tiba hingga sekarang satu jam telah berlalu, Bu Wita bersikap seperti seorang nyonya besar yang mengatur ini itu. Namun dirinya tidak bergerak sama sekali. Bu Wita hanya duduk dan meneriakkan perintah. Semua hal yang menyangkut kenyamanan dirinya harus dibantu. Mengambilkan makanan, minuman hingga mengambilkan tas tangannya. Seolah-olah tas tangannya itu beratnya puluhan kilogram. Belum lagi re
Baca selengkapnya
25. Permufakatan Jahat.
"Baik, Pak. Nanti kami menyusul ke belakang. Kami berganti pakaian dulu ya, Pak?" Raline girang bukan kepalang. Soalnya ia melihat ayah Randy dan anak buahnya berjalan ke arah tempatnya berganti pakaian tadi. Sepertinya selain ruangan kantor, ayah Randy ini suka bersiasat di ruangan lain. Yaitu ruangan di dekatnya berganti pakaian."Ayo Randy, kita ganti baju terus makan." Raline menarik tangan Randy yang ogah-ogahan mengikuti.Dugaan Raline benar. Belum juga mencapai kamar ganti pakaian, suara-suara percakapan dari ruangan sebelah cukup jelas terdengar. Raline segera masuk dan melebarkan daun pintu sekian sentimeter. Ia ingin mendengarkan pembicaraan dengan lebih jelas. Nasib baiknya, Randy tidak curiga dengan aksinya. Randy masih terlihat galau. Ia hanya diam dan termenung di sudut ruangan."Kalian semua memang cuma menang sangar saja. Tapi sama sekali tidak berguna! Saya baru menerima kabar kalau sesungguhnya Axel itu baik-baik saja. Tembakan kalian cuma menyerempet kulit dadanya.
Baca selengkapnya
26. Strategi Penyelamatan.
Setelah hampir dua puluh menit berjibaku menunggu angkutan umum, Raline berhasil juga mendapatkan angkutan umum yang menyisakan kursi. Walau bokongnya sakit karena himpitan penumpang kanan dan kirinya, Raline tidak peduli. Yang ia pikirkan hanyalah, ia harus secepat mungkin sampai di rumah Bang Ali dan berganti kostum. Setelahnya barulah ia akan menyusun rencana untuk menyelamatkan Axel."Berhenti, Bang. Stop... stop..." Raline meneriaki supir angkutan. Gang Rumah Bang Ali telah terlihat. "Astaghfirullahaladzim, Neng. Hati-hati atuh. Pelan-pelan aja." Raline nyaris terjungkal dari angkutan umum akibat tersandung kaki seorang penumpang. Ia memang sedang terburu-buru."Maaf ya, Bu? Saya tidak sengaja. Saya buru-buru soalnya." Raline meminta maaf, sebelum kembali berlari."Mampus, tinggal satu jam lagi. Mudah-mudahan gue keburu nolongin lo, calon laki." Sambil berlari Raline memindai jam di pergelangan tangannya. Jarak dari rumah Bang Ali ke panti asuhan Kasih Bunda itu memakan waktu s
Baca selengkapnya
27. Ajudan sang Mafia.
"Ayo jawab? Kenapa lo diem?" Erick terus menginterogasi badut gimbal yang kini tampak kelabakan. Sudah beberapa hari ini ia mengamati tingkah sang badut yang acapkali bersinggungan dengan Axel. Dirinya adalah bodyguard utama Axel. Segala hal yang berhubungan dengan boss besarnya tidak akan luput dari perhatiannya. "Gue diem karena seharusnya gue emang diem selama gue jadi badut. Boss lo kan taunya gue ini badut bisu. Padahal nggak sama sekali." Raline terkekeh. Ia bangga sekali bisa mengelabuhi seorang mafia."Oh begitu. Kalo sedang sedang jadi badut, lo bisu. Kalo nggak pake kostum, lo bisa ngomong. Begitu?""Betul." Raline mengangguk. "Terus waktu lo nolongin Boss gue yang tertembak beberapa waktu lalu, 'kan lo ngomong tuh. Boss gue jadi tahu dong kalo lo itu sebenarnya nggak bisu?"Setelah menyadari kalau badut di depannya ini sedikit rada-rada, Erick mengubah cara interogasinya. Pendekatan persuasif adalah koentji."Ya, nggak tahu juga lah. Soalnya boss lo itu nggak tahu kalo
Baca selengkapnya
28. Mafia Songong yang Baik Hati.
Erick tersenyum tipis. Ia merasa lega. Setelah sekian puluh tahun bossnya hidup, akhirnya ada seorang perempuan yang bersedia mati untuknya. Jodoh memang tidak bisa ditebak. Siapa yang menyangka bahwa seorang Raline Raharja Soeryo Sumarno lah yang bersedia berkorban tanpa perlu menyetor namanya. Seperti inilah ketulusan yang sebenarnya. Melindungi tanpa tendensi dan diam dalam aksi."Eh ajudan, gue boleh berubah pikiran nggak? Gue sekarang mau ikut lo makan. Soalnya boss lo udah ada yang melindungi." Raline nyengir." Setelah tahu kalau Axel dilindungi oleh banyak orang, rasa laparnya muncul kembali."Udah naik aja. Ayo," Erick menggerakkan kepalanya. Ia juga sudah pasrah dipanggil ajudan dan bukan bodyguard oleh Raline. Memang susah memberi pengertian kepada orang yang sekilo kurang satu ons ini."Oke, gue naik." Raline membuka pintu mobil dan duduk di dalamnya. Ketika Erick menghidupkan mesin mobil, Raline melayangkan pandangan sekilas ke arah mobil-mobil ajudan Axel lainnya."Rick.
Baca selengkapnya
29. Berakting Bisu.
Erick baru saja menyilangkan sendok saat ponselnya bergetar. Axel menghubunginya. "Yai, di patem sabia. Serangka? Keo. Di gutung." Erick menutup percakapan. "Eh, Rick. Lo ngomong bahasa apaan? Kok gue nggak pernah denger bahasa begituan ya?" Raline penasaran. Dibilang bahasa Inggris bukan, bahasa Mandarin apalagi. "Bahasa khusus keluarga Delacroix. Buruan habisin makanan lo. Gue ada keperluan lain.""Kalo lo mau pergi, ya udah pergi aja. Ngapain lo nungguin gue makan? Yang perlu itu noh, lo bayar dulu makanan yang kita makan." Raline menunjuk ibu penjual nasi dengan dagunya."Bukan begitu. Soalnya boss akan menemui gue di sini. Lo apa nggak masalah ketemu boss gue?"Uhukkk!Raline menyemburkan nasi yang masih separuh ia dikunyah. Bakalan panjang urusannya kalau Axel melihatnya makan bersama Erick di sini."Jorok amat sih lo!" Erick mengibaskan beberapa butir nasi di sebagian dada dan lengannya. Semburan Raline mengotori pakaiannya."Ya, maaf. Namanya juga orang kaget. Kalo gitu gue
Baca selengkapnya
30. Ketahuan.
"Kalo gitu lo nangis karena apaan?"Karena saya teringat pada orang tua saya di rumah.Raline menulis jawaban yang sebenarnya. Ia juga menulis dengan tata bahasa yang baik. Ia harus memberi kesan yang bertolak belakang dengan jati dirinya yang sebenarnya."Oh, karena lo makan enak di sini sementara ortu lo nggak makan di rumah makanya lo sedih?" Axel mendecakkan lidah. Pembicaraan perihal orang tua tidak pernah gagal menggugah hatinya. Wajar, mengingat dirinya yang yatim piatu.Bukan begitu ceritanya, mafia galak, batin Raline. Tapi apa lacur, ia terpaksa mengangguk. Tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya bukan?"Made, tolong minta Mak Ijah membungkus dua nasi lagi untuk badut ini." Axel meneriaki Made."Ti--" Tidak usah!Raline segera menulis kata tidak usah di kertas karton. Ia nyaris kelepasan bersuara. Untung saja sinyal otak dan mulutnya kooperatif kali ini."Udah, ambil aja. Kali ini gue ikhlas." Axel memelototi si badut bisu. Entah apa yang ada dalam pikiran badut ini.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status