Semua Bab Adik Angkatku, Istriku: Bab 21 - Bab 30
115 Bab
Bab 21 Suka dan Duka
Saat tersadar aku sudah berada di rumah sakit. Mencoba mengingat peristiwa sebelumnya. “Pak Angga sudah sadar?” Sopir sudah berada di samping ranjang. Luka benturan di dahinya sudah diobati. Menanyakan bagaimana kondisiku saat ini. Dia juga mengatakan belum menghubungi bunda atau yang lain. Karena hari ini Alisha sedang diwisuda, khawatir mengganggunya. “Hubungi Hendra, Pak. Segera minta ke sini.” “Baik.” Sambil menunggu Hendra, pikirannya melayang. Sebenarnya tujuan ke Bandung bukan urusan pekerjaan semata. Utamanya dia tak ingin melihat kedekatan Alisha dan Tyo saat wisuda. Perasaanku kacau semenjak mengetahui Alisha bukan adikku dan keluarga Tyo sudah terang-terangan akan melamarnya. Setelah makan siang Hendra sampai. Kutanyakan acara wisuda Alisha apakah berjalan lancar. “Lancar, Pak. Rektor dan beberapa Dekan menanyakan mengapa bapak tidak bisa hadir. Mereka menitip salam.” “Tyo datang?” “Datang sebelum acara prosesi, sekarang mereka mungkin sedang makan siang. Pak Rahard
Baca selengkapnya
Bab 22 Mencoba Memahami
Tante Lisa tersenyum menatapnya, kehangatan menjalar pada tangan Alisha yang tiba-tiba dingin. “Tyo, jika memang sudah siap. Bunda akan mendukung keputusan kalian. Bunda akan bicarakan dahulu dengan Angga dan Pak Yudha. Bagaimanapun ini harus melalui persetujuannya.” Mendengar nama ayahnya disebut ada rasa sakit di hati Alisha. Seorang ayah tega membiarkannya selama dua puluh dua tahun dan tak mengenalnya. Tak terasa sudut matanya meneteskan bulir bening. Kebahagiaan karena lamaran Mas Tyo beriringan dengan kesedihannya memendam kekecewaan. Walaupun dicoba untuk memahaminya, namun hingga saat ini Alisha belum bisa menerimanya. “Alisha... mama senang sekali mendengarnya sayang.” Tante Lisa memeluknya erat. Alisha membalas pelukannya, mencoba menekan isak tangisnya agar tak terdengar. Tante Lisa merasakan bahu Alisha berguncang sehingga memeluknya lebih erat dan berbisik. “Sayang, apa pun beban yang ada di hatimu, berbagilah dengan kami. Kami semua sayang padamu.” Alisha menganggu
Baca selengkapnya
Bab 23 Perjuangan Bramantyo
Suara ketukan di pintu menghentikanku. Suara pintu dibuka dan bunda melangkah masuk ke dalam kamar. Aku tersenyum melihatnya. “Loh, sudah siap mau pulang, toh?” “Iya bunda, sudah bosan di sini.” Bunda tersenyum, memberikan sarapan yang sudah disiapkannya dalam kotak makan. Aku menerimanya dan membuka. Harum nasi goreng buatan bunda merasuk dalam hidungku, membuat rasa lapar tiba-tiba datang. Aku langsung menikmati sarapan yang dibawa bunda. Bunda duduk di samping ranjangku. Memperhatikanku menyantap nasi goreng. Bunda menanyakan apakah aku sudah menghubungi Pak Yudha. Aku berjanji akan menghubunginya secepatnya. Selesai sarapan dokter melakukan pemeriksaan dan memberikan resep obat. Menyarankan untuk melakukan terapi hingga amnesia yang dialaminya sembuh. Hendra datang sesaat sebelum dokter mereka meninggalkan kamar. Mengucapkan salam pada bunda dan dokter yang meninggalkan kamar. Dimatikan laptop yang masih terbuka dan menyala, dirapikan, dan dimasukkan dalam tasnya. “Hendra, c
Baca selengkapnya
Bab 24 Memahami Hati Ayah
Hari ini perasaan Alisha tak tenang. Besok sore papa dan mama Mas Tyo akan melamarnya pada bunda. Seharusnya Pak Yudha yang menerima lamarannya. Tapi Alisha masih merasa asing untuk mengakuinya. Siang nanti Mas Tyo akan mengajak Alisha ke luar. Alisha mencoba menyelesaikan pemeriksaan berkas-berkas yang ada di meja. Beberapa yang memerlukan tanda tangannya sudah lebih dahulu diselesaikan. Pak Hendra sudah datang untuk mengambil berkas yang sudah selesai. “Saya bawa berkas yang sudah selesai, Bu Alisha.” “Silakan Pak. Ada laporan lain yang harus saya cek?” “Bukan Bu, ini berkas pribadi Pak Angga. Minta diantarkan sekarang.” Alisha menanyakan apakah bisa dititipkan padanya saja. Nanti sepulang kantor baru disampaikan. Hendra menggelengkan kepalanya. Dia akan mengantarkan sendiri, karena minta secepatnya dibawakan. Alisha mengangguk. Pak Hendra tolong sampaikan pada Anita saya akan ke luar dengan Mas Tyo, jika ada yang ingin menemuinya minta ditunda besok. “Baik, Bu.” Beberapa pes
Baca selengkapnya
Bab 25 Lamaran
Pagi ini aku akan menghubungi Pak Yudha, menurut laporan Hendra sejak kemarin sudah di Jakarta. Kebetulan sekali, hingga aku tak perlu menyiapkan kedatangannya dari Singapura. Kucari nomor ponselnya dan melakukan panggilan. Tak lama suara di seberang terdengar mengucapkan salam. Aku membalas salamnya dan melanjutkan dengan menyampaikan permohonan bunda. “Pak Yudha sore ini apakah ada agenda penting? Bunda mengundang bapak ke rumah.” “Wah, kemarin saya baru membuat agenda untuk sore ini. Ada acara apa? Aku terdiam. Memang salahnya tidak memberitahukannya lebih dulu. Pak Yudha ke Jakarta pasti ada urusan bisnis yang mendesak. Bagaimana ini? Di seberang sana, Pak Yudha menahan senyumnya. Karena acara yang dimaksud Angga pastilah acara yang sama yang akan didatanginya. “Maaf pak, apakah bisa acara sore nanti dijadwalkan kembali dan bapak datang ke rumah?” “Saya tidak bisa mengingkari janji. Seandainya lebih dahulu menghubungi, mungkin saya masih bisa melakukan jadwal ulang.” Aku be
Baca selengkapnya
Bab 26 Menyelami Hati
Waktu seakan cepat berlalu, tiga hari ini persiapan pernikahannya diurus. Mulai dari melakukan pertemuan dengan Event Organizer yang akan mewujudkan konsep pernikahan kami, sampai mengurus administrasi di Kantor Urusan Agama. Ayah menepati janjinya untuk membantu persiapan pernikahan. Bahkan urusan Persada mau tak mauTyo meminta bantuan ayah. Saat ini Shabra Desain juga sedang menangani kontrak dengan sebuah kantor baru. Waktunya sebagian besar tercurah untuk menyelesaikan kontrak tersebut dengan membuat sesuai permintaan. “Pak Bram, ada surat dari Pak Candra.” Sari menyerahkan surat yang ditujukan pada CEO Shabra Desain, kemudian kembali ke mejanya. Tyo membukanya dan membacanya. Pak Candra ingin mempercepat kerja sama ini. Waktu yang awalnya lima bulan, kini minta diselesaikan dalam waktu tiga bulan saja. Jika tidak menyanggupi maka mereka akan memutuskan kontrak dan akan membayar penalti pembatalan kontrak. Dia heran, mengapa pemberitahuannya terkesan mendadak. Sesuai kesepakata
Baca selengkapnya
Bab 27 Melepas Mas Angga
Selepas salat subuh, Tyo memeriksa pesan pada ponselnya. Ayah memintanya menunggu kabar sebelum rapat nanti. Pagi ini rapat akan diadakan pukul sepuluh semoga ada kabar baik. -Ayah sudah bicara dengan Radinka, dia tidak mengenal Candra.- -Tapi ayah mendapat ide untuk proyek ini.- -Ayah akan ke kantormu nanti sebelum rapat.- Tyo tersenyum membaca pesan ayah. Puluhan tahun berkecimpung dalam bisnis tak salah jika dia harus belajar pada ayah. Dia akan berusaha maksimal dalam proyek ini. Tyo membalas pesan ayah jika dia akan menunggunya di kantor. Dipesannya sarapan melalui aplikasi di ponsel, sambil menunggu pesanan datang dipersiapkan semua keperluan rapat. *** “Bagaimana Tyo? Ayah rasa ini saling menguntungkan.” “Benar ayah, tapi sebelumnya aku harus tahu progres yang sudah kami lakukan. Aku tidak mau gegabah mengambil keputusan.” “Oke, ayah tunggu kabar ya. Oh ya siang ini jadi menemui EO? Ayah saja yang jemput Alisha dan bundanya,” ujar ayah meminta persetujuanku. Tyo menga
Baca selengkapnya
Bab 28 Menuju Pernikahan
Aku mencoba menepis semua perasaanku padanya. Langkahku berhenti tepat di hadapannya. Alisha langsung menubrukku dan memeluk dengan erat. Kudengar isak tangis yang ditahannya. Kupererat pelukanku. Mungkin ini adalah pelukan pertama dan terakhir semenjak rasa itu membayangi. Kucoba mengatur deru napasku agar degupan dadaku berkurang. Beberapa saat berpelukan, Alisha mulai mengendurkan pelukannya. Aku pun melepaskan pelukanku. Mundur selangkah agar memberi jarak di antara kami. “Sha, lebih baik kamu lanjutkan tidur. Biar cukup istirahatnya. Tidak ada agenda keperluan kantor kan?” “Tidak mas, paling antar mas saja ke bandara.” Alisha mencoba tersenyum. Walau aku tahu senyum itu dipaksakan. Kini Alisha sudah tak secengeng dulu. Tyo berhasil membuatnya dewasa. “Alisha kembali ke kamar ya mas. Mas juga istirahat.” Aku mengangguk. Setelah punggung Alisha menghilang masuk dalam kamarnya, aku beranjak menuju kamar. Saat kakiku hampir sampai di lantai atas, sepasang mata menatapku dengan l
Baca selengkapnya
Bab 29 Dibalik Peristiwa Sabotase
Saat ini aku hanya bisa berdiskusi dengan Hendra, Angga sudah menentukan jalannya. Laporan dari David harus ditindak lanjuti. Apakah Sari memang pelakunya? Pada rekaman CCTV tak terlihat jelas pelakunya. Sepertinya mereka mengetahui letak CCTV, sehingga tidak banyak membantu penyelidikan. Kukirim pesan pada Hendra terkait keberangkatan ke Bandung. -Hendra coba samakan jadwal Alisha dengan jadwal saya pada Pak Adit, saya ikut ke Bandung.- Pesan yang kuketik sudah centang biru dan Hendra masih online. Aku menunggu balasnya untuk memastikanya. -Baik, Pak. Saya sedang mengatur pengamanan di Bandung. Pak Angga menghubungi saya terkait laporan Pak David.- -Pak apakah saya harus menyelidiki Sari.- Ternyata Angga juga sudah mengetahuinya. Ayah pasti tak ingin putri kesayangannya menjadi sasaran balas dendam dari masa lalunya. Sari, kenapa harus dia. Apakah aku harus memecatnya setelah mengetahui ini? Semua kegiatanku diatur olehnya selama ini. Tindakannya juga tak ada yang mencurigakan.
Baca selengkapnya
Bab 30 Kisah dari Singapura
Perjalanan ke Bandung kali ini sangat singkat, dua hari dengan agenda yang padat. Sesampainya di sana, aku langsung menyelesaikan kontrak dengan Persada untuk kerja sama dengan Pusat Perbelanjaan. Mas Tyo sebagai komisaris mengambil kesempatan untuk mengadakan rapat dengan Dewan Direksi. David sudah mengurusnya agar semua anggota dewan dapat hadir. Mereka membahas kemungkinan untuk memberikan jabatan padaku karena sesuai dokumen, kepemilikan Persada adalah atas namaku. Jika nantinya akan tetap ada Mas Tyo, maka akan dikukuhkan setelah pernikahan. Alisha sendiri belum memutuskan apa pun. Persiapan pernikahan cukup membuatnya tak memiliki kesempatan beristirahat. Jabatan CEO di Anugerah sudah membuat jadwalnya cukup padat. “Bagaimana Bu Alisha?” Alisha memandangi Mas Tyo meminta bantuan untuk menjawabnya. David yang memahami kesulitanku, akhirnya memberikan jawaban. “Saat ini Bu Alisha sedang mempersiapkan pernikahannya, sekarang bukan waktu yang tepat. Kita akan agendakan pembahas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status