All Chapters of Merelakan Suami Bersama Mantan Kekasihnya: Chapter 21 - Chapter 30
98 Chapters
Bab 21
Tak terasa senja pun tiba, matahari perlahan meninggalkan peraduannya membenamkan diri dalam pekatnya malam. Mira yang merasa cukup lama berada di rumah Carolina pun berpamitan. "Maaf sudah menganggu Ibu terlalu lama, keasyikan mengobrol sampai lupa diri. Begitu sadar sudah senja," Mira tersenyum canggung merasa tak enak hati. "Tak apa. Ibu senang ada teman ngobrol, kalau tidak sibuk sering-seringlah mampir untuk main ke mari," pinta Carolina pada Mira. "Kalau Ibu tak keberatan dengan senang hati," Mira tersenyum bahagia, kali ini ia punya teman curhat selain Dara. "Kalau begitu, aku pamit ya Bu," Mira menyodorkan tangannya untuk bersalaman, lalu mencium tangan Carolina takzim. Carolina senang dengan prilaku Mira yang sopan dan santun, ia bergumam dalam hatinya, "seandainya kamu tak berjodoh dengan Alan ..., ish. Apaan sih kok malah mendoakan yang tidak baik sih." Mira pulang ke rumahnya, ia lihat sudah sepi. Rupanya acara pernikahan kedua Alan sudah usai. Mira mengucap salam lir
Read more
Bab 22
Mira merasa lelah dengan semua ini, ia membersihkan tubuhnya dengan berendam di bath tub dengan menambahkan aroma esensial yang menenangkan. Ia menenangkan diri, matanya terpejam. Satu jam sudah ia berendam, akhirnya Mira menyudahinya. Mira mengenakan baju tidur panjangnya. Mira memutuskan untuk tidur dan tidak makan malam bersama mereka, terlalu malas baginya berkumpul satu meja dengan orang-orang yang telah menyakiti hatinya. Ia putuskan besok akan menemui pengacara yang telah ia tunjuk dan bersiap untuk melayangkan gugatan cerainya. Mira memejamkan matanya menyambut mimpi yang semoga indah tak seperti kenyataan hidupnya yang harus di madu dan satu atap dengan madunya itu. Pagi pun datang, Mira yang terlalu malas untuk beranjak dari tempat tidurnya, ia kembali menarik selimut bulunya hingga sebatas dada. dan kembali bergelung selimut memeluk bantal gulingnya dan memejamkan matanya. Gedoran di pintu membuyarkan mimpinya, Mira mendengus kesal. 'siapa juga yang pagi-pagi begini me
Read more
Bab 23
Alan meninju tepat di pelipis Mira, hingga ia terhuyung kesamping dan ambruk akibat kepalanya terlalu pusing akibat mendapatkan tinju dari Alan. Mira bersimpuh di lantai kamarnya dengan memegangi kepalanya yang terasa menggenyer akibat pukulan Alan, Mira tersenyum sinis ke arah Alan. "Inikah kamu yang sesusungguhnya Mas?" tanya Mira sembari tersenyum sinis. "Mira, maafkam aku," sesal Alan. Alan berjongkok di hadapan Mira, ia mengulurkan tangannya hendak menyentuk kepala Mira, tapi, Mira tepis. "Jangan sentuh aku, Mas!" "Mira, sungguh maafkan aku!" "Maaf katamu Mas? Semudah itu kamu mengutarakannya? Tidakkah kamu berpikir akibat dari perbuatanmu padaku? Aku bisa melaporkanmu atas tindak kekerasan dalam rumah tangga," "Kamu tega Mira?" "Kenapa tak tega? Kamu saja tega memukulku tanpa belas kasih!" Mira berusaha untuk berdiri, ia tak mempedulikan rasa pening di kepalanya. Mira menyambar tas sling merek terkenal milik sebuah perusahaan brand ternama berlogo GC. Miya yang ada di
Read more
Bab 24
"My Love?" Mira merasa heran dengan nama kontak yang ada di layar ponselnya, ia tak pernah menyimpan kontak yang bernama My Love. "Ada apa?" tanya Dara heran ketika melihat sahabatnya beberapa kali mengernyitkan dahinya. "Tidak!" jawab Mira berbohong. "Jangan bohong, aku tahu siapa kamu!" sentak Dara. "Kapan aku bisa menyembunyikan rahasia darimu?" ucap Mira berpura-pura sedih. Lalu ia menyodorkan ponselnya pada Dara. "My Love?" tanya Dara, lalu tawanya pecah. Ia menganggap Mira tengah membuat lelucon yang lucu. "Kenapa tertawa?" tanya Mira. "Siapa dia, Alan?" tanya Dara, sambil tersenyum mengejek. "Bukan!" jawab Mira sambil menggelengkan kepalanya. "Lalu?" "Aku juga tidak tahu siapa dia?" Ponsel Mira kembali berdering, masih kontak yang sama. Dara meminta Mira untuk mengangkatnya. "Angkat!" perintah Dara. Mira mengankat telepon itu, "halo!" "Temani aku sarapan!" perintah orang tersebut. "Aku tidak bisa!" jawab Mira tegas. "Jangan menolak, kamu lupa ya kalau masih ber
Read more
Bab 25
Akhirnya Miya masak sendiri makanan untuk suaminya Alan sambil terus menggerutu. "Sialan Mira! Kenapa juga pintunya pakai di kunci segala. Ibu juga malah ikut-ikutan tidur, huh dasar orang-orang tak berguna!" gerutunya. Akhirnya setelah ia penuh perjuangan dalam menyelesaikan masakannya, akhirnya terhidanglah sebuah masakan yang menurutnya begitu sempurna. "Wah cantik juga telor ceploknya, dan mie rebus ini juga matang sempurna," Miya memandang masakannya dengan penuh kekaguman. Dengan senyum yang merekah, Miya memanggil suaminya untuk makan. "Sayang, ayo makan!" ajak Miya. "Sudah siap makanannya, sayang?" tanya Alan, ia merangkul bahu Miya penuh kasih sayang. "Sudah, mari kita turun. Nanti keburu dingin tidak enak!" ajak Miya. Alan dan Miya menuruni anak tangga dengan bergandengan tangan, mereka terlihat begitu mesra. Bak sepasang kekasih yang baru saja jadian. Alan menarik kursi meja makan dan duduk, begitu pun dengan Miya, ia duduk di samping Alan. Miya menyendokan makanan
Read more
Bab 26
Mira pergi keluar rumah meninggalkan mereka yang sedang memperebutkan uang jatah harian. Mira mengendarai mobil mewahnya menembus padatnya jalanan kota Metropolitan.Mira menuju ke cafenya sebelum melanjutkan perjalanannya ke kantor pengacaranya. Ia ingin mengecek cafe miliknya."Pagi Bu," sapa para karyawan Cafe."Pagi," jawab Mira sambil tersenyum. Ia berusaha untuk profesional dengan tidak mencampur adukan urusan rumah tangganya dengan pekerjaan.Mira masuk ke dalam kantornya yang ada di lantai atas, ia meminta Jena untuk datang ke kantornya."Jena, nanti ke kantor!" perintah Mira pada gadis yang berkaca mata itu."Baik Bu," jawab Jena santun.Jena pun menyusul Mira naik ke atas dan mengetuk pintu kantor milik bosnya.Tok! ... Tok!"Masuk!" jawab Mira dari dalam kantornya."Permisi Bu," Jena menyodorkan sebuah map berwarna biru terang ke hadapan Mira.Lalu Mira pun memeriksanya. Di dalam map itu ada tertulis laporan bulanan dan bahan-bahan yang harus di beli. Dulu, pekerjaan itu ya
Read more
Bab 27
Mira tak percaya, ternyata ia di bawa ke sebuah rumah yang sudah ia kenal. Rumah yang baru menjadi temannya beberapa waktu lalu.Mobil laki-laki itu, memasuki halaman depan rumah yang begitu asri dengan banyak tanaman hias yang di tanam di sana."Ayo turun!" ajak Laki-laki itu.Mira turun dari mobil itu, ia mengikuti langkah kaki laki-laki yang memintanya untuk menjadi pacar palsunya."Masuk!" ajak laki-laki itu lagi."Duduklah! Aku akan memanggil Mama," ucap laki-laki itu. Dan Mira mematuhinya.Tak lama kemudian Laki-laki itu datang bersama dengan wanita baya yang masih nampak terlihat cantik meski kerutan di wajahnya sudah terlihat jelas.Sosok wanita yang sudah dikenalnya, ia adalah Bu Carolina yang pernah menolongnya saat Mira tengah terpuruk karena rasa sakit akibat melihat suaminya menikah lagi, dan parahnya lagi pernikahan itu di gelar di rumahnya sendiri.Mira tersenyum saat melihatnya, mata Bu Carolina memberi kode dengan mengedipkan sebelah matanya. Mira mengerti dengan kode
Read more
Bab 28
"Apa kata kalian?" tanya Carolina tak percaya saat dirinya disentak oleh putranya dan Mira."Mama!""Tante!"Ucap mereka secara serentak. Mereka mendekati Carolina berbarengan dan memohon maaf."Maafkan aku, Mah," mohon Valentino dengan wajah memelas."Maafkan aku juga, Tante," ucap Mira sembari memohon."Baiklah!" ucap Carolina sembari tersenyum.Carolina mengajak mereka berdua untuk duduk kembali ke sofa, "ayo minum tehnya!""Apa sih yang kalian ributkan, kelihatannya seru banget sampai pakai lempar-lemparan bantal segala?" tanya Carolina pada mereka berdua."Tidak ada!" ucap mereka secara serentak bersamaan."Duh kalian udah kompak banget ya! Andaikan ini sungguh terjadi, Mamah pasti bahagia sekali," ucap Carolina sembari menatap mereka bergantian lalu tertunduk sedih. "Apa maksud, Mama?" tanya Valentino tak mengerti."Sudahlah, hentikan sandiwara kita Valentino. Sebenarnya Mama kamu sudah tahu, kalau aku adalah istri orang," jawab Mira, ia menatap Valentino."Jadi, maksud kamu ...
Read more
Bab 29
"Hari sudah semakin sore, saya pamit Bu!" Mira memutuskan untuk pulang."Antar aku balik ke kantor, Mas!" Pinta Mira pada Valentino."Ayo!" Valentino berdiri, ia juga berpamitan pada Carolina untuk mengantar Mira kembali ke kantornya."Kantor? Kamu bekerja, Nak?" Carolina bertanya dengan lembut."Iya Bu, demi untuk menjaga kewarasan diri ini," jawab Mira sembari tersenyum kecut."Benar! Kamu jangan banyak berdiam diri di rumah. Jika tidak, maka kamu akan gila!" Carolina mengatakan hal yang membuat Mira tertawa."Ibu bisa saja. Mira tak semudah itu menjadi gila hanya karena mereka, rugi besar jika hal itu terjadi!" ucap Mira sembari terkekeh. Hanya di luar Mira bisa menjadi senang dan melupakan persoalan rumah tangganya."Ibu senang mendengarnya, Nak! Tetap semangat, masa depanmu masih panjang!" Carolina memberi motivasi pada Mira."Kalau begitu aku pamit! Nanti kena semprot bos kelamaan di luar," Mira berpamitan pada Carolina. Ia mencium punggung tangan yang sudah berumur itu takzim. C
Read more
Bab 30
Plak! Mira menampar balik Miya. Kini Mira tak peduli lagi dengan apa yang namanya nama baik. Di rumah ada wanita jalang, maka ia juga harus berlaku keras."Apa yang kamu lakukan, wanita jalang sialan!" maki Miya, rupanya ia lupa kalau dirinyalah yang jalang."Siapa yang kau panggil jalang? Aku? hahahah ... apa tak salah?!" Mira tertawa mengejek Miya. Ucapan yang Miya lontarkan membuat Mira tertawa geli."Heh, yang jalang tuh kamu, sendirinya jalang meneriaki orang jalang!" Mira kembali meledek Miya dengan mengatainya jalang."Kalau bukan jalang apa namanya ha! Malam-malam di saat orang terlelap tidur, kamu justru malah menggoda suami orang, dasar perempuan tak tahu diri!" Miya mengucapkan kata-kata yang pantasnya untuk dirinya sendiri."Hahahaha ..., benar-benar tak habis pikir. Aku kau sebut tak tahu diri karena telah menggoda suami orang! Kamu sendiri apa?! Datang ke rumah orang dengan tanpa malu merebut suami orang. Kamu pikir Alan itu siapa? Sebelum sama kamu, Alan adalah suamiku,
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status