Semua Bab Dinikahi tapi Tak Dicintai: Bab 51 - Bab 60
143 Bab
Kembali membuat ulah.
Pov Meizura.Sebelum pintu tertutup aku sempat mendengar Mas Fagan meminta Bi Minah untuk membuatkannya kopi. Ah.... Ini kesempatanku.Segera aku mengambil botol kecil yang sudah aku bawa dari rumah Eyang. Setelahnya aku segera keluar kamar. Di dapur terlihat Bibi sedang meracik kopi. "Bi, tolong ambilkan obat mag, perutku rasanya gak enak," ujarku berbohong. "Sakit kenapa, Nya? Apa salah makan?" tanyanya sambil mengelus lenganku."Mungkin, tolong ya Bi," sambungku memelas. Tak menunggu lama Bibi segera mengambil kotak obat yang ada almari ruang tengah. Begitu Bibi Pergi dengan cepat aku menuangkan hampir separuh botol obat pencahar ke dalam gelas yang sudah disiapkan Bibi. Setelah itu aku segera berjalan menuju meja makan, mengambil duduk dan berpura-pura sakit perut. "Ini obatnya." Bibi berjalan cepat sambil membawa satu strip obat. "Cepat di minum, biar sakitnya cepat hilang." Bibi menuangkan air kedalam gelas dan memberikannya padaku. "Makasih Bi," ucapku lalu menunjuk keara
Baca selengkapnya
Gadis kecil menyeramkan.
Pov Fagan. "Papa..... Papa....." Suara kecil terdengar keras sekali.Kubuka mata dan melihat sekelilingku hanya padang rumput yang luas. "Di mana ini? Apa aku sudah mati?" Aku menoleh ke kanan dan kiriku, sepi sekali. "Papa......" Suara kecil itu terdengar kembali. Entah dorongan dari mana aku mulai melangkah mengikuti suara itu. "Papa..... Papa....," Suara itu berasal dari sebuah pohon besar. "Siapa itu?" teriakku waspada. "Ini aku Pa," jawab seorang anak kecil yang tiba-tiba muncul dari balik pohon. "Akkh......" Aku tersentak, mundur. Begitu kagetnya sampai aku terjatuh. Sambil beringsut kuarahkan tanganku menunjuk anak kecil yang wajahnya dan tubuhnya tidak utuh, sungguh sangat menyeramkan untukku. Entah siapa dia? Mungkin hantu atau setan, tapi yang pasti dia tidak seperti manusia pada umumnya. "Si..... siapa kamu?" tanyaku dengan terbata. Ada rasa takut dan ngeri yang membuat tubuhku gemetaran. "Papa....." "Papa? Siapa yang kamu panggil Papa?" Aku menoleh kebelakang
Baca selengkapnya
Setelah dua hari tidak pulang.
Pov Meizura.Sudah dua hari berlalu dan Mas Fagan belum juga pulang ke rumah. Dari yang kudengar saat Mas Fagan menelpon Bibi, Mas Fagan bukan belum sembuh tetapi karena ada urusan di luar sehingga dia tidak pulang. Pria itu berpesan agar Bibi mengawasiku. Cih.... memang dia pikir aku anak kecil yang harus diawasi. Berdoalah saja agar Bibi tidak kembali lengah supaya aku tidak bisa menjalankan rencanaku.Tin .... Tin...... Di luar terdengar suara klakson mobi. Sepertinya itu mobil Mama Kinanti. Terbukti dengan sikap Bibi yang langsung bergegas menarik tanganku masuk ke dalam kamar. Setelahnya Bibi berpesan agar aku tidak bersuara dan segera mengunci pintu dari luar. Dengan patuh aku hanya mengangguk. Bukan karena takut, aku hanya tidak ingin membuat Bibi dimarahin Mas Fagan. Lagi pula aku juga tidak membutuhkan bantuan Mama mertuaku itu. Jika aku mau sekarang pun aku bisa keluar dari rumah ini. Tapi tidak aku lakukan sebelum Mas Fagan membayar semua dosa-dosanya padaku aku akan tet
Baca selengkapnya
Kemarahan Firdaus Rafiandra ( Papa)
Pov Fagan. Brakkk..... Pintu di tutupnya dengan kasar sampai menimbulkan suara yang sangat keras. Aku hanya bisa menghela nafas panjang, berusaha menahan emosi yang terpecik dengan sikap kasar Zura. Bak benang kusut, kesalahpahaman kami semakin rumit saja. Setiap kali bersama selalu berakhir dengan pertengkaran. Semakin hari sikap Zura semakin kasar dan dingin padaku. Tapi aku tidak boleh menyerah, asalkan terus bersabar suatu hari nanti pasti hatinya akan luluh juga. Kuketuk pintu sampai tiga kali namun tak mendapat sahutan darinya. "Zura, keluarlah! Kamu harus sarapan. Aku nggak mau nanti asam lambung kamu naik," kataku dengan suara selembut mungkin. "Zura..... Apa aku bawakan sarapannya kedalam kamar?" tanyaku yang tetap tak dijawabnya. "Maaf Tuan, lebih baik Tuan sarapan dulu saja. Biar nanti saya yang bawakan makanan untuk Nyonya," sahut Bibi yang sudah berdiri beberapa langkah dari posisiku. Kuhela nafas panjang, sedikit ada rasa kecewa hinggap di hatiku. Sejak kemarin aku
Baca selengkapnya
Terbongkar. (Pov Author)
Brakkkk...... Firdaus menggebrak meja, "Jawab!!!!" Fagan menarik nafas panjang, wajahnya masih menunduk berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi. Saat ini posisinya memang salah, semua kejadian buruk yang terjadi adalah buah dari perbuatannya sendiri. "Siapa yang memberitahu Papa?" Fagan mendongakkan wajahnya menatap Firdaus yang berdiri dengan bertolak pinggang. "Itu tidak seperti yang Papa dan mereka pikirkan. Selama pernikahan aku dan Zura sangat bahagia. Hanya setelah Zura menemui 'wanita ular itu' semuanya jadi berubah." Sambung Fagan mencoba menjelaskan asal muasal masalah dalam rumah tangganya.Firdaus menghela nafas panjang, emosinya sedikit menurun mendengar penjelasan Fagan. Hatinya juga merasa iba melihat ekspresi sendu di wajah putra sulungnya itu. Putra sulung Firdaus itu tak seperti biasanya yang selalu bersemangat dan angkuh saat bicara. Kali ini pria itu nampak sangat frustasi dan kelelahan. "Asisten rumah tangga di rumah almarhum Eyang Farida menelpo
Baca selengkapnya
Kehilangan kesabaran. (Pov Author)
Sepanjang perjalanan Fagan tak hentinya mengumpat dan merutuki ketua rukun warga di perumahannya. Seenaknya saja pria itu ingin membawa istrinya ke rumah sakit jiwa. Memang siapa pria itu beraninya mengusik istri seorang Fagan Zio Rafiandra, salah satu pengusaha sukses di negaranya. Pa mereka tidak tahu siapa dirinya? Kalau hanya untuk membeli perumahan yang sekarang mereka tempati Fagan pun sanggup. Apalagi cuma membungkam mulut beberapa warga yang sok mengkampanyekan toleransi dan tenggang rasa. Kalau meraka memang setoleran itu harusnya mereka bisa memaklumi sikap Zura yang sedang mengalami depresi. Bukannya malah mengancam memanggil pihak rumah sakit jiwa untuk membawa istri Fagan. "Sabarlah, ingat pesan Ustadz Jafar! Untuk saat ini kesabaranmu yang sedang di uji," ucap Dery yang duduk di kursi kemudi. Fagan mendengus, tatapannya masih fokus dengan jalanan di depannya. Tak dihiraukannya nasihat Dery yang entah sudah ke berapa kalinya. "Memang siapa mereka, beraninya mengusikku
Baca selengkapnya
Mengintrogasi orang rumah. (pov Author)
Setelah merasa lebih tenang, Fagan memanggil semua pekerja yang ada di rumahnya. Di ruang tengah, Fagan duduk di sofa ditemani Dery, sedangkan keempat pegawainya duduk di kursi yang berjajar menghadap Fagan. "Sekarang ceritakan bagaimana kronologi kejadiannya?" Dery yang berbicara. "Ceritakan dengan detail dan jangan ada yang tertinggal!" sambungnya dengan nada memerintah. Sedang Fagan menatap iba satu persatu wajah para pekerja yang hampir celaka karena ulah istrinya. Fagan sangat menyesal setelah apa yang dilakukan Zura pada keempat orang itu. Sampai hampir lima menit tak ada satupun dari keempat orang itu yang mau berbicara. Mereka hanya saling pandang lalu menundukkan kepala. Terdengar Fagan menghela nafas panjang. "Bik, katakan bagaimana ceritanya Zura bisa mendapatkan bensin dan korek api? Bukankah aku sudah melarang korek api ada di rumah ini," "Maafkan saya Tuan, saya telah lalai menjaga Nyonya," jawab Bik Minah menangis dengan wajah pucat karena ketakutan. Kembali Fagan
Baca selengkapnya
Mengantarmu ke Neraka. (Pov Author)
Sudah satu minggu Fagan memutuskan untuk bekerja dari rumah. Semua urusan meeting dan bertemu klien Fagan serahkan kepada Dery. Ketika ada dokumen yang membutuhkan tanda tangan Fagan maka Dery akan mengirim Rangga datang ke rumah Fagan untuk meminta tanda tangan. Semenjak kepergian Bik Minah, Meizura tak lagi membuat masalah. Wanita itu nampak tenang dan mengurung diri di kamar. Hanya ketika waktu makan dia akan keluar kamar. Hal itu membuat Fagan sedikit tenang. Setidaknya Fagan tak perlu khawatir Meizura akan mencelakai orang di sekitar mereka. Sebenarnya Fagan tidak memecat Bi Minah. Dia hanya meminta Bi Minah untuk sementara waktu kembali ke kediaman Rafiandra sampai kondisi mental Meizura kembali normal. Setiap hari Fagan berusaha bangun lebih pagi untuk membuatkan sarapan untuk Meizura. Fagan berharap hal kecil itu bisa membuat Meizura melihat ketulusannya. Namun sampai saat ini respon Meizura pun sangat datar. Semua makanan yang di hidangkan di atas meja makan akan Meizura sa
Baca selengkapnya
Kejujuran Zahra pada keluarganya. (Pov Author)
Setelah makan malam nampak Zahra putri sulung dari Furqon Arrasyid melamun di ruang tengah rumah megah mereka. Sudah dua hari ini wanita bertubuh tinggi semampai itu seperti orang sedang galau dan banyak masalah. Hal itu tak luput dari perhatian Sarah sang ibu tiri. Dari dapur wanita itu memperhatikan anak tirinya itu. "Bik, saya tinggal ya. Tolong bereskan semuanya," perintahnya pada asisten rumah tangganya. Lantas mengelap tangannya yang basah setelag mencuci piring bekas makan malam.Wanita baru menginjak umur tiga delapan tahun itu berjalan mendekati Zahra. "Bunda perhatikan dua hari ini kamu banyak melamun." Sarah ikut mendudukkan dirinya di samping Zahra. "Apa kamu ada masalah?" tanyanya sambil mengelus rambut sebahu Zahra. Zahra menoleh, wajahnya nampak sendu. Digigit bibir bawahnya, ragu untuk bercerita takut membuat hubungan baik dua keluarga akan berakhir. Namun jika ia hanya diam saja, hidup adiknya menjadi taruhan. Tanpa terasa lelehan bening bergulir dari kedua mata in
Baca selengkapnya
Kritis. (Pov Author)
Di rumah sakit. Di depan ruangan operasi nampak dua keluarga duduk di deretan kursi tunggu yang berbeda. Wajah mereka nampak tegang dan pucat. Di sebelah kiri duduk Furqon bersama istri dan putri sulungnya. Di sisi sebelah kanan terlihat Firdaus dan Kinanti. Sedangkan Fagan berdiri tepat di depan pintu ruangan operasi dengan wajah pucat dan lengan yang memakai gendongan tangan.Fagan sempat menjalani perawatan untuk luka di pundak dan lengannya sebelum Meizura masuk ruang operasi. Begitu perawat selesai mengobati lukanya, suami Zura itu menolak untuk istirahat di ruang rawat inap dan bersikeras untuk menunggu di depan ruang operasi. Tak jauh dari dua keluarga itu berdiri beberapa bodyguard dan orang kepercayaan Furqon. Dua orang berjas sedang membahasa sesuatu sambil berbisik. Setelahnya dua orang itu berjalan mendekati Furqon berbicara sebentar lalu undur diri. Sudah lebih satu jam Meizura masuk ruang operasi karena luka di kepalanya. Menurut Dokter Meizura mengalami benturan cukup
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status