All Chapters of Janji Setia : Chapter 21 - Chapter 30
157 Chapters
Kesaksian Palsu 1
“Sayang, kepalamu kenapa?” tanya Feme ketika Dayyan menjemput dirinya. Dahi suaminya diberi sebuah plester kecil. “Tidak ada apa-apa. Hanya tersandung tadi dan jatuh,” jawab lelaki bermata abu-abu itu. Ia berbohong karena tidak mau Feme bertambah beban pikirannya. Anak lelaki mereka yang paling besar berusia delapan tahun namanya Albani. Anak kedua yang perempuan berusia tiga tahun namanya Shabira. Dua amanah yang sudah membuat ibu mereka cukup lelah mengurus semuanya. Dayyan tidak membawa dua anaknya untuk ikut melakukan pengobatan kali ini. Bani sudah bisa dipercaya untuk menjaga adiknya. Sedangkan Bira sudah tidur dari tadi dan biasanya sore baru akan bangun. Sepasang suami istri itu pergi mengendarai mobil ke sebuah tempat pengobatan tradisional. Segala cara dilakukan Dayyan agar Feme masih bisa menemani dirinya. Sebab kata wanita itu dia tak sanggup ikut kemoterapi lagi. Tulang dan seluruh sendinya terasa sangat sakit.“Aku hanya bisa menyusahkan semua orang saja,” ucap Feme
Read more
Kesaksian Palsu 2
“Kalian pasti saling mengenal, bukan?” Dayyan seperti memaksakan kehendak pada Nuwa. “Tidak!” Sampai kapan pun Nuwa tidak akan mengaku sebagai mata-mata karena ia memang bukan penyusup. Ia penyintas yang butuh pertolongan. “Kau mengenal wanita ini?” tanya Dayyan pada penyusup di dalam rumahnya. “Kenal,” dusta tentara wanita itu. “Nǐ zhège piànzi (kau berdusta),” ucap Nuwa pada wanita yang sama sekali tidak ia kenal.“Wǒ sǐ nǐ sǐ (aku mati kau mati).” Tentara itu tidak mau menderita sendirian. “Lihatlah, kalian bahkan berbicara dengan bahasa yang hanya kalian berdua paham saja. Sudah jelas kalian saling mengenal dan merencanakan sesuatu.” Dayyan menarik kesimpulan. “Aku malas sekali berbicara dengan keledai tolol sepertimu. Apa tidak ada orang yang lebih kompeten di sini?” “Kau sedang berbicara dengannya.” “Bitch!” maki Nuwa lagi. Sudah cukup rasanya Dayyan mendengar umpatan wanita Suku Mui di telinganya. “Artinya kalian berdua mata-mata?” tanya adik Maira pada tentara wanita
Read more
Gugur
Dayyan tidak pernah main-main dengan keputusannya. Sebab didukung oleh bukti yang belum bisa dibantah pula. Di hari menjelang malam ketika angin panas telah berganti dengan angin yang mulai dingin, Nuwa benar-benar mendapatkan siksaan. Dikatakan keji tapi tidak menimbulkan luka. Tidak keji tapi membuat wanita Suku Mui itu semakin membenci putra pertama Ali. Janda Kai itu dimasukkan ke dalam sebuah bak berisikan air di mana ada banyak batu es berukuran besar. Sekilas memang tidak menimbulkan luka, tetapi rasa dingin hingga menggigit tulang tidak mampu ditepis oleh Nuwa. Giginya bergemeratakan dan bibirnya bergetar. Dayyan memperhatikan dari luar penjara. “Padahal dia hanya tinggal mengaku saja, lalu beritahu semua yang dia tahu, perkara selesai. Tinggal dijatuhkan hukuman mati,” ucap Dayyan dari luar penjara melihat wanita itu disiksa. Sebenarnya ia tak tega, tetapi tidak ada jalan lain agar Nuwa buka mulut. Dari arah kiri datang Maira yang baru saja kembali dari perbukitan mencari
Read more
Pasrah 1
Nuwa telah sadar dan diberi tahu oleh dokter yang membersihkan kandungannya. Dokter itu sampai meminta maaf berkali-kali karena terpaksa hal demikian dilakukan. Nyawa sang ibu akan menjadi taruhan jika perdarahan tidak dihentikan sesegera mungkin. Nuwa hanya termenung saja, bahkan sang dokter tak mau meninggalkan wanita itu takutnya ia berbuat nekat. Bunuh diri misalnya. “Lalu kenapa aku tidak ikut mati saja? Suamiku tewas di tiang gantungan, anakku keguguran karena aku disiksa atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan. Si keparat itu, akan aku cari dan bunuh dia!”Benar Nuwa menangis, tapi dalam tangisannya, dendam tumbuh amat cepat pada diri Dayyan. Karena janin itu satu-satunya kenangan dari Kai. hilang. Namun, wanita itu langsung terduduk di lantai, ia masih sangat lemah. “Sabar, saudariku, aku tahu kau sedang sedih, tapi istirahat dulu. Jangan menyiksa dirimu seperti ini.” Dokter itu membantu Nuwa naik ke atas ranjang.“Aku tidak pernah menyiksa diriku sendiri. Kau tahu, bah
Read more
Pasrah 2
“Kau ingin apa, katakan saja?” tanya Maira. Istri Fahmi pun yakin kalau dia bukan mata-mata. Ada jejak kebaikan yang tertinggal di wajah Nuwa. Maka bagi Maira, Dayyan sangat ceroboh tidak bisa tanggap. “Aku tidak ingin apa-apa. Aku ingin istirahat, itu saja. Maaf, aku sedang tidak ingin diganggu,” ujar Nuwa. “Baiklah, kalau begitu jangan lupa minum obat sampai kandunganmu bersih kembali dan mungkin jika sempat akan aku cari bukti kalau kau bukan mata-mata.” Maira tentu harus meluangkan waktu jika ingin menolong Nuwa, sedangkan urusan Fahmi saja belum selesai. “Bersabarlah, Nak, Ibu tidak akan bosan-bosannya mengatakan ini padamu. Yang pergi akan diganti.” “Aku tidak menginginkan suami lagi, jika itu yang Ibu maksud,” bantah Nuwa. “Tidak harus suami, mungkin hal lain yang dulu kau inginkan tapi tidak sempat diwujudkan. Kau hanya perlu sabar, Nak, itu saja. Baiklah, Ibu pergi dulu, assalammualaikum.” Gu keluar begitu juga dengan Maira. Wanita Suku Mui itu tidak tahu harus berbuat
Read more
Terpaksa Mengaku 1
Sudah tujuh hari Nuwa dirawat di rumah sakit dan kondisi kesehatannya semakin membaik. Apakah dengan demikian ia dibebaskan? Tidak. Dayyan masih tetap menjadikannya tahanan rumah. Nuwa tak boleh keluar sejengkal pun dari kamar tempat ia dirawat. Putra pertama Gu itu masih tetap pada keyakinan sebelum bukti lebih akurat ditemukan. Lalu bagaimana dengan pencarian Maira. Masih dilangsungkan tapi tidaklah mudah menembus pertahanan keamanan sistem di Negeri Xin Hua. Jikalau mudah pasti Fahmi sudah ia temukan. Yang ada hanya catatan kelam tentang Nuwa dan suaminya yang membunuh beberapa tentara. Bukan kelam juga, tapi hanya sebentuk perlindungan diri. “Ya Allah, mengapa semua jalan terasa buntu,” ujar Maira di ruangannya. Fahmi tidak ada kabar, Nuwa juga tidak ada perkembangan sama sekali. Dua orang yang ia yakini harus diselamatkan. Lalu ia pun hanya bisa berserah saja dengan takdir. Sebab semua upaya telah dikerahkan. *** Bawahan Dayyan kembali menangkap dua orang mata-mata perempuan
Read more
Terpaksa Mengaku 2
Obrolan tiga orang itu menggunakan bahasa asing dan terdengar sangat akrab di telinga para penjaga. Para tentara itu pun mau tak mau menganggap bahwa semuanya adalah teman seperjuangan. Apalagi Nuwa tertawa. Iya, memang benar, hanya saja janda Kai itu sedang menertawakan nasibnya sendiri. “Pada akhirnya kita memang tidak boleh terlalu berharap pada orang lain, kita hanya bisa mengandalkan diri kita sendiri. Aku menemukan teman hidup yang begitu sempurna dan melengkapi hidupku. Nyatanya, dia pergi lebih dahulu. Aku berharap anak kami bisa tumbuh besar dan ada kenangan tentang Kai, nyatanya dia juga pergi lebih cepat. Lalu hanya tinggal aku sendirian, berdiri di kakiku sendiri dan sedang menanti kematian.” Nuwa menghela napas panjang. Tak lama setelah itu Dayyan datang dan tiga bawahannya. Tiga perempuan itu disuruh keluar untuk menghadap pada pengadilan. “Kalian akan diadili,” ujar adik Maira. “Terserah kau saja. Pastikan aku benar-benar mati di tanganmu. Karena kalau tidak aku akan
Read more
Amarah Seorang Perempuan
Tiga orang terpidana mati segera dibawa ke tanah lapang. Kedua kalinya bagi Nuwa. Di sana sudah ada tempat eksekusi tergantung dari kesalahan masing-masing. Ada hukuman pancung, hukuman tembak, terakhir hukuman gantung. Dan ketiganya dijatuhkan hukuman terakhir. Dayyan tentu saja datang, ditambah dengan dua orang hakim yang menjatuhkan eksekusi pada tiga terpidana mati, serta beberapa tentara yang mendapat jatah jaga di camp tersebut. Semua mata terfokus pada kehadiran tiga perempuan yang dari pancaran wajah dan matanya sama sekali tidak takut mati. “Kai, anakku, tunggulah, tak lama lagi kita akan bersama-sama,” ucap Nuwa ketika melihat terpidana pertama naik ke tempat tiang gantungan. “Ada pesan terakhir?” tanya eksekutor di tiang gantungan pada terpidana urutan pertama. “Xin Hua akan menguasai dunia,” katanya dengan sungguh-sungguh. Lalu wajah itu ditutup dengan kain hitam. Lehernya dikaitkan tali. Tuas penahan papan di kaki ditarik hingga tubuh itu tergantung begitu saja tanpa
Read more
Amarah Seorang Perempuan 2
“Kau tidak bersalah. Aku menemukan buktinya. Maaf, maaf, aku terlambat, ya Allah.” Maira memeluk Nuwa yang masih terus mengeluarkan air mata. Wanita berusia 20 tahun itu sedih bukan karena hukuman yang dijatuhkan padanya, tetapi karena kesempatan bertemu Kai dan anaknya yang sudah tiada terjeda. Jari jemari Nuwa terkepal dengan sangat erat. Medis datang ingin memeriksa keadaan Nuwa, tapi ia menolak. “Aku baik-baik saja, aku masih hidup.” Wanita Suku Mui itu berdiri tegak. “Syukurlah kau tidak apa-apa. Kau tunggu di sini saja. Aku akan berbicara dengan hakim terlebih dahulu.” Maira turun dari tempat tiang gantungan dan mengambil notebook lalu berbicara sebentar pada dua hakim. Seorang laki-laki berdiri terpaku, dan sesaat bingung dengan apa yang telah terjadi. Dia tak tahu mengapa kakaknya tidak berbicara padanya. Juga sangat memahami arti tatapan tersangka yang tidak jadi mati itu padanya. Kebencian begitu besar tergambar di sana. Nuwa mengambil kain hitam yang tadi menutupi waja
Read more
Undian Nyawa
Seragam tentara Dayyan dilucuti semuanya dan ia kini menggunakan baju biasa saja. Sungguh lelaki itu menyesal karena tidak mendengarkan kata kakak serta ibunya. Ia telah menjadi tentara sejak usia 17 tahun dan kini melepas jabatannya di usia 29 tahun. Langkah yang memang harus diambil tanpa pandang bulu, sekalipun dulu ayahnya orang yang cukup dikenal. “Kau juga untuk sementara waktu akan dipenjara, sembari menanti hukuman jatuh atasmu. Kau harus mengikuti urutan semuanya, Dayyan,” ucap hakim pada Dayyan. Lelaki bermata abu-abu itu hanya mengangguk saja. Yang ia pikirkan ialah keadaan Feme yang sedang menjalani terapi dan hanya mengandalkan dirinya saja. Dengan suka rela putra pertama Ali memasuki penjara di mana Nuwa dulu ditahan. Situasi kini terbalik dan harus ia jalankan dengan kepatuhan. Lelaki itu terbatuk sebab hantaman Nuwa di tulangnya tidaklah main-main. Siapa yang bisa menyangka ada tenaga yang begitu besar tersembunyi di balik tubuh yang terlihat lemah dan lembut. Dayya
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status