Semua Bab Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan: Bab 11 - Bab 20
118 Bab
Part 11. Terasa lebih manis
Part 11“Aku akan laporkan hal ini ke kakek. Beliau pasti shock, ada wanita yang dekat dengan anaknya tapi cuma seorang pembantu!”Setelah mengatakan hal itu, Mariana langsung pergi. Aku segera bangkit. “Tuan maafkan saya, gara-gara saya, Tuan jadi kena masalah.”Aku langsung mengejar Mariana. “Nyonya, tolong jangan laporkan hal ini pada Tuan Besar. Saya yang salah.”“Ya, memang kamu yang salah, harusnya kamu tahu diri!” tandas Mariana seraya tersenyum sinis.“Nyonya--"“Sudah, biarkan saja, Hana. Terserah kamu mau laporkan ini ke siapapun, aku tak peduli!” Tuan Putra datang menghampiri. Mata lentik Mariana makin melebar mendengar ucapan pamannya. Ia lantas pergi seraya menarik tangan Mas Bambang.“Tapi, Tuan—““Duduklah kembali dan habiskan makananmu.”Aku tertunduk dan hanya menunduk. Alvaro menatapku bingung. “Mommy kenapa?”“Gak apa-apa, Sayang,” jawabku seraya tersenyum.Tuan Putra kembali duduk di hadapanku. “Kenapa diam saja? Ayo dimakan, jangan cuma dilihatin terus.”“Tuan—“
Baca selengkapnya
Part 12. Cemburu
Part 12Tanpa sengaja, Bambang melihat kedakatan mereka berdua di dapur. Putra dan Hana, semakin hari semakin akrab saja. Ditambah si Alvaro yang memanggil Hana mommy. Memang benar-benar aneh. Putra, paman istrinya sekaligus bosnya di kantor terlihat lebih santai ketika bersama mantan istrinya itu. Tak seperti perangainya di kantor yang kaku dan dingin, serta keras kepala.Dadanya bergemuruh, terasa panas dan cemburu. Meski Hana hanya mantan istrinya tapi perasaan cinta itu belum pudar. Ia terpaksa menceraikan Hana karena permintaan orang tua. Ia pun terpaksa menikahi Mariana atas perjodohan itu, pernikahan bisnis agar bisnis ayahnya makin berkembang.Beberapa bulan yang lalu ...“Pulanglah dulu, Bambang, Papamu sakit,” ucap Bu Samira di seberang telepon. Bambang melirik arloji yang melingkar di tangan, waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB. “Tapi aku masih bekerja, Ma,” jawab Bambang.“Jadi kau lebih memilih pekerjaan dari pada papamu? Kau sudah lama tidak berkunjung kesini sejak men
Baca selengkapnya
Part 13. Kabar buruk dari kampung
Part 13"Asalkan apa, Tuan?" Tok tok tok ... Tetiba terdengar suara ketukan pintu. Tak lama Mariana masuk ke dalam."Om Putra?! Masih belum selesai juga? Itu ada Tante Sasya nungguin di ruang tamu!" seru Mariana. Ia melirik ke arahku dengan tatapan sinis."Mau apa dia datang? Bilang saja aku sedang sibuk.""Itu tidak mungkin, Om. Kayak gak tahu tante aja.""Oh iya, Hana, kamu boleh pergi!" pungkas Tuan Putra lagi. "Baik, Tuan, saya permisi."Aku keluar dari ruang kerja Tuan Putra. Terdengar suara langkah kaki mendekat."Eh, eh tunggu Hana! Buatkan minuman untuk tamu spesial yang datang hari ini!" "Baik, Nyonya." "Dia adalah mamanya Alvaro. Di sini biar kamu sadar diri, kamu itu tidak selevel dengan Om Putra!" bisiknya penuh penekanan, lalu pergi begitu saja.Aku menghela napas. Segera menuju ke dapur, membuatkan minuman untuk tamu. Di ruang tamu kulihat wanita cantik yang tempo hari bertemu di mall. Ia sedang berbincang dan tertawa dengan Mariana."Silakan diminum tehnya, Nyonya.
Baca selengkapnya
Part 14A. Diantar Tuan
Part 14"I-iya, baik, Tuan. Den Alvaro bagaimana?""Kamu berapa hari di kampung?""Maaf Tuan, kalau saya izin dua hari apakah boleh?""Ya, tentu."Aku merasa sangat senang, ternyata majikanku yang satu ini sangatlah baik, berbeda dengan yang lainnya, mereka tak menyukaiku di sini. Entahlah ..."Kalau begitu, Alvaro diajak. Saya gak percaya dengan orang rumah.""Baik, saya akan siapkan Den Alvaro juga.""Saya akan menginap juga dua hari.""Hah? Menginap?" Sungguh aku tak percaya ucapannya. Masa sih Tuan Putra ingin menginap? "Ya, kenapa? Ada yang salah?""Ti-tidak, tapi--""Hal yang wajar bukan, seorang majikan silaturahmi pada pembantunya? Apalagi keluargamu sedang terkena musibah.""I-iya sih, tapi saya takut mengecewakan Tuan.""Kenapa?""Rumah saya kecil dan jelek, Tuan. Saya takut Tuan dan Den Alvaro tidak kerasan di sana. Karena gak ada springbed ataupun AC.""Kau tenang saja, saya bisa pesan hotel.""Tapi--""Hana, saya ini bermaksud baik lho, tapi secara halus kamu menolak say
Baca selengkapnya
Part 14B. Calon Mantu
Terlihat Tuan Putra dan Nyonya Reni berdebat sejenak."Mbak gak habis pikir, kok bisa-bisanya kamu mau nganterin pembantu pulang kampung. Dia itu digaji buat bekerja sama kita, bukan malah sebaliknya. Kamu sudah gak punya otak ya, Putra?!""Sudahlah, Mbak, jangan ikut campur dengan urusanku.""Tapi dia kan cuma pembantu, kita itu tidak boleh seperti ini nanti lama-lama pembantu itu ngelunjak.""Mbak, jangan nilai seseorang hanya dengan strata sosialnya. Sudah cukup, saya tidak ingin mendengar sanggahan apapun lagi!" Tuan Putra menoleh ke arahku yang tak sengaja mencuri dengar perdebatan dengan Nyonya Reni."Hana, cepat masuk mobil."Aku mengangguk ragu. "Maaf, permisi dulu, Nyonya.""Oh ya, Mbak, bilang ke ayah, aku gak pulang tiga hari. Tidak usah dicari," ujar Tuan Putra penuh penekanan."Hah? Kamu?"Aku masuk ke dalam mobil, duduk memangku Alvaro. Secepat kilat kaca jendela mobil ditutup oleh Tuan Putra. Nyonya Reni tampak kesal sekali, terutama mungkin padaku. Ia pun segera mela
Baca selengkapnya
Part 15. Di hatimu saja
Part 15"Haha maaf Bu, ini Tuan Putra. Dia majikan Hana di kota, Bu."Aku terkejut, benar-benar tidak menyangka Tuan Putra bergurau sampai sebegininya. Debaran jantung jadi tak karuan dibuatnya. Gara-gara kata-kata itu saja membuatku gugup tak menentu.Astaghfirullah, ada-ada aja ini Tuan Putra. "Oh, ya ampun, majikan Hana. Maaf ya Tuan ganteng, ibu teh gak tahu, silakan masuk."Aku melirik ke arah lelaki itu yang tampak santai seolah tak terjadi apa-apa, membuatku makin salting saja. Lelaki itu masuk mengekori ibu lalu berdiri di sebelah ranjang pasien. Akupun menghampiri bapak yang tengah tertidur, wajah keriputnya tampak pucat. Kuciumi pipi bapak. "Pak, Neng pulang. Bapak cepat sehat ya, Pak. Cepat sembuh biar bisa beraktivitas seperti sedia kala," bisikku lirih di telinganya. Bapak bergeming, tak ada respon apapun darinya. Beliau tertidur nyenyak.Kamar rawat inap bapak adalah kelas dua, jadi satu ruangan ada dua kamar, cuma yang di sebelah kosong tidak ada pasien."Kalian dar
Baca selengkapnya
Part 16. Cari Kehangatan
Part 16Aku terdiam. Suasana jadi begitu canggung sepanjang perjalanan. Ah, apa-apaan ini?Sesampainya di rumah ...Lampu ruang tamu sudah gelap, Husna mungkin sudah tertidur.Kuketuk pintu beberapa kali. "Assalamu'alaikum. Husna, ini teteh. Tolong bukain pintu ya!"Aku berteriak sekali lagi, hingga terdengar suara kunci diputar. Daun pintu mengayun terbuka. Adikku dengan mata menahan kantuk membuka pintu. Aku segera masuk dan menyalakan saklar lampu."Teteh udah pulang? Gimana bapak?"Aku tersenyum. "Alhamdulillah, kata ibu, bapak udah sadar. Pas di sana bapak sedang tidur.""Syukurlah kalau begitu.""Gimana, Alvaro bangun gak?""Enggak, Teh. Tidurnya nyenyak banget. Itu majikan teteh gak disuruh masuk?" tanya Husna. Aku menggarukkan kepala yang tidak gatal. "Mau lapor Pak RT tapi sepertinya Pak RT udah tidur ya? Malah takutnya ganggu.""Biarin aja sih, Teh. Suruh masuk aja kasihan."Aku keluar melongokkan wajah, menoleh ke kanan dan kiri tapi tak melihat sosok Tuan Putra dimanapun.
Baca selengkapnya
Part 17. Belum Resmi
Part 17"Ehm ... Teteh lagi ngapain?" Spontanitas kami menoleh, aku terkesiap begitu juga dengan Tuan Putra, ia menurunkan tangannya saat melihat Arga yang sudah siap dan rapi memakai seragam putih merahnya. Seketika suasana menjadi canggung."Jadi ini majikan teteh ya? Yang teteh ceritain itu?" tanyanya lagi.Aku tersenyum. "Iya, sini Arga, salim dulu sama majikan kakak, ini namanya Tuan Putra, ayahnya Dek Alvaro."Adik laki-lakiku itu datang mendekat. Lalu menatap Tuan Putra dengan lekat dan menyalami tangannya."Sudah, ayo kita sarapan bareng. Teh Husna panggil juga ya, Dek Alvaro belum bangun kan?""Iya, belum, Teh."Arga mengangguk kemudian berlalu menuju kamarku."Maaf Tuan, tadi Tuan mau bilang apa?""Tidak jadi.""Ya sudah, kita makan dulu ya, Tuan. Maaf menunya sangat sederhana gak ada ikan maupun daging-dagingan.""Hmmm ..."Dia mengekor di belakangku lalu duduk di kursi kayu. Tak lama kedua adikku datang mendekat.Aku menyiapkan makanan untuknya dan kedua adikku. Mengambi
Baca selengkapnya
Part 18. Tidak akan menyerah
Part 18Setelah Pak RT pergi, aku beranikan diri menatap manik mata Tuan Putra yang kecoklatan penuh pesona."Maaf Tuan, kenapa jawabnya seperti tadi? Apa maksudnya? Bikin orang jadi salah paham aja!" gerutuku. Dia tampak santai, tapi tak kunjung menjawab perkataanku."Tuan?" panggilku dengan nada pelan."Ya?""Tuan tahu gak maksud ucapannya Pak RT tadi? Tuan kan majikan saya bukan calon suami saya. Saya tidak enak sama omongan orang-orang kampung yang kadang suka dilebih-lebihkan.""Kalau begitu sesuai ucapan Pak RT, saya akan menghalalkanmu," jawabnya terkesan mantap."Hah?" Aku terperanjat kaget dengan ucapannya. Sungguh tak habis pikir dengan ucapan pria tampan di sebelahku ini. Kok bisa? Apa yang dia suka dariku?"Kenapa terkejut? Saya merasa nyaman sama kamu. Terlebih Alvaro, dia sudah sangat cocok denganmu," jawabnya lagi. Jantungku makin bertalu dibuatnya."Hah? Tapi itu--"Jantungku berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Apa ini artinya dia sedang melamarku? Rasanya ti
Baca selengkapnya
Part 19. Gara-gara Alvaro hilang
Part 19Tuan Putra sudah berada di belakang kemudi. Bapak dan ibupun sudah berada di jok belakang. Tadi dibantu oleh perawat yang bertugas. Perihal pembayaran Rumah Sakit tadi, akan saya tanyakan di rumah saja ketika sudah sampai."Sudah siap?" tanya Tuan Putra."Sudah, Tuan," sahut ibu sambil tersenyum.Mobil melaju dengan pelan. Sesekali Alvaro berceloteh riang. Dia menunjuk sesuatu yang dinilainya takjub. "Mommy, itu apa?""Mommy, itu apa?""Mommy, itu apa?"Dan pertanyaan lain yang serupa. Aku tersenyum.dan menjelaskan semua yang dia tanyakan. Meski memakan waktu lebih lama, akhirnya sampai juga di rumah. "Makasih ya, Nak," ujar bapak pada Tuan Putra saat ia membantunya masuk ke dalam rumah."Iya, bapak istirahat biar cepat sembuh," sahutnya.Ibu tersenyum, raut wajahnya pun terlihat sangat lelah. Ia masih menemani bapak agar bisa beristirahat.Gegas aku ke dapur, membuatkan teh manis hangat untuk mereka. Bapak, ibu dan Tuan Putra, agar badan mereka segar.Aku segera ke warung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status