Lahat ng Kabanata ng Pura-pura Bukan Bangsawan: Kabanata 161 - Kabanata 170

Stewart melirik ke arah pintu kamar rawat inap Kenma saat mendengar ada suara gagang pintu. Dan benar saja, pintu itu terbuka dari dalam.Dengan cepat Stewart membantu Kenma membuka pintu itu dan memastikan bahwa Kenma benar-benar dalam keadaan baik.Kenma keluar dari kamar rawat inapnya dengan pakaian pasien sembari mendorong tiang infus miliknya. Membuat Dazai, Oslo, dan Stewart yang berjaga di sana langsung siaga."Ayo bicara di pinggir sana, Stewart," ujar Kenma melenggang lebih dulu.Stewart pun menyusul Kenma yang sudah berada di pinggir lorong. Atau lebih tepatnya di depan dinding kaca yang mengarah pada taman rumah sakit. Dazai dan Oslo juga ikut mendekat. Namun memberikan sedikit jarak, supaya Kenma tidak terganggu oleh kehadiran mereka.Stewart sendiri pun tidak masalah jika seandainya Kenma mengajaknya bicara di luar ruangan seperti sekarang. Karena memang satu lantai di rumah sakit itu memang sudah dikosongkan, sehingga tidak ada seorang pun selain mereka di lantai itu. J

Kenma mendengus kesal saat tidur lelapnya terganggu oleh sebuah elusan lembut pada bagian keningnya.Dengan matanya yang masih enggan untuk terbuka sepenuhnya, Kenma melirik ke arah sisi kanannya.Dan di saat itu juga, ia melihat ada Eve yang sedang duduk di kursi dengan bagian dagunya yang menempel pada bagian pinggir kasur Kenma."Pergilah. Panggil Oslo atau Dazai untuk menemaniku," ujar Kenma dengan suara pelan."Mereka sudah menjagamu semalaman. Bunda tidak ingin menganggu waktu tidur mereka," balas Eve.Kenma melirik ke arah jam dinding. Jarum dari jam itu menunjukkan pukul 03.48. Masih sangat pagi dan ia harus berhadapan dengan Eve."Kalau begitu jangan ganggu aku," ujar Kenma membalikkan badannya ke sisi berlawan supaya tidak perlu berhadapan dengan Eve."Jangan memunggungi Bundamu," balas Eve menarik kembali badan Kenma yang ingin membelakanginya.Posisi badan Kenma pun kembali seperti semula. Terbaring menghadap ke arah atap-atap ruangan dengan matanya yang melirik ke arah Ev

Kenma menawarkan kekuatan keluarganya pada Kerajaan Viper. Tentu saja itu menjadi pertanyaan besar untuk para Keluarga Pilar. Dikarenakan mereka sampai detik ini belum benar-benar mengetahui sebenarnya Kenma berasal dari keluarga mana dan seberapa besar kekuatan yang bersembunyi di balik Kenma."Maaf, tapi Tuan sepertinya kita tidak bisa melakukannya," sahut Irene dari pinggir ruangan."Jika kita mengirim orang-orang kita untuk melindungi dan mempertahankan Kerajaan Viper, maka kekaisaran akan kehilangan setengah kekuatannya. Tidak peduli seberapa kuat dan besar Keluarga Keiji, mereka tidak akan sanggup menahan Nemesis. Maka dari itu, kita harus tetap berada di kekaisaran dan bergerak dari balik bayang. Jika seandainya Anda mengurang sedikit saja kekuatan keluarga Anda, maka kejadian lima belas tahun lalu akan terulang kembali. Dan kali ini bukan hanya Keluarga Keiji saja yang tersingkirkan. Melainkan seluruh Keluarga Pilar," lanjut Irene.Kenma mulai mengerti mengapa Eve memaksanya u

Kerajaan Viper mengadakan sebuah pesta kecil sebelum para anggota Kekaisaran pulang. Memberikan sebuah kehangatan pada para tamu penting mereka itu. Menandakan bahwa mereka sangat senang dan berterima kasih atas kerja sama yang ditawarkan oleh kekaisaran.Diiringi merdunya alat musik dan nyanyian yang telah disiapkan oleh Voxy, ada beberapa pasangan yang memilih untuk menari bersama di tengah-tengah ruangan. Namun ada juga yang memutuskan untuk berdiam diri di pinggir ruangan untuk makan makanan yang telah disediakan atau mengobrol dengan tamu undangan yang lainnya.Mata Hotaru melihat kesegala arah. Mencari satu sosok yang sebenarnya ingin ajak bicara sedari kemarin. Namun keinginannya itu tidak bisa kesampaian, karena sosok laki-laki itu selalu saja menghilang saat ia cari.Sampai pada satu titik, Hotaru bisa memandang jelas sosok laki-laki itu. Laki-laki itu sedang berbicara ringan dengan Viper dan Eve di salah satu sisi ruangan.Niatan untuk mengajak laki-laki itu berbicara pun ke

Setelah tiga hari tes. Akhirnya Kenma sudah bebas dan hanya menunggu pemberitahuan apakah ia berhak mendapatkan kesempatan untuk lompat tingkat atau tidak.Kenma sebenarnya ingin menghabiskan malam kali ini dengan bersantai di kamar mengingat beberapa hari belakangan ini ia benar-benar berjuang untuk mempelajari segala materi yang sebenarnya belum pernah diajarkan di sekolah. Namun sayangnya kondisi tidak mengizinkannya untuk bersantai. Malam ini Kenma bertemu dengan Rias. Duduk berhadapan di dalam Restoran Zero yang sudah tutup dan tidak ada satu pun orang di sana selain mereka berdua."Maaf sudah menganggu waktumu," ujar Kenma."Tidak masalah. Lagipula dulu kita sudah sering sekali berbicara seperti ini," jawab Rias dengan wajah bahagia."Aku dengar kamu sedang melakukan tes kelas akselerasi dan berakhir hari ini. Bagaimana hasilnya?" tanya Rias."Aku rasa aku akan berhasil mendapatkannya dan lulus setahun lebih cepat bersama pewaris yang lain," jawab Kenma."Syukurlah. Tapi bukank