Semua Bab Takdir Sang Perawan Tua: Bab 11 - Bab 20
101 Bab
Bab 11 : Mendengar desahan Homo Bercinta
Mobil yang membawa Elvira dan Irwan akhirnya sampai di sebuah hotel tempat awal Elvira menginap. Sebelum Elvira turun, Irwan yang sejak dalam perjalanan menuju Kuta lebih banyak terdiam dan tampak sibuk dengan gawainya, ikut turun dari mobil untuk mengantar Elvira masuk ke dalam lobby hotel tersebut. “Pak Made, tunggu di sini dulu, saya antar istri saya ke dalam,” pinta Irwan membohongi sopir taxi tersebut. “Siap, Pak! Uhm, maaf Pak, apa ibu akan pakai taxi saya untuk jalan-jalan selama di hotel ini?” tanya Made saat menjawab permintaan Irwan. “Rasanya nggak Pak Made. Hari ini tugas Bapak sampai antar saya ke Bandara aja. Soalnya ibu malas kemana-mana kalau nggak ada saya,” jawab Irwan dan tampak Made mengangguk sembari menurunkan koper dan beberapa oleh-oleh yang dibeli Elvira selama di Ubud. Irwan pun berjalan disisi Elvira sementara Made, sang sopir akhirnya membantu membawakan koper dan tas kanvas yang berisi oleh-oleh hingga ke dalam hotel. Sesampai di lobby, Irwan pun memeluk
Baca selengkapnya
Bab 12 : Mertua Elvira, Germo?
Keesokan hari, pagi sekali sekitar pukul 7 pagi terlihat Gilang telah berada di hotel tersebut dan berbicara dengan bagian resepsionis di lobby hotel. “Pagi Pak, hari ini kamar atas nama Elvira Purnamasari akan check-out. Bisa minta tolong hubungi kamarnya? Dan sekalian saya minta Room boy untuk bantu bawa kopernya ke bawah,” pinta Gilang. “Baik Pak, tunggu sebentar, saya hubungi dulu,” jawab lelaki tersebut. Tak berapa lama, lelaki tersebut menghubungi Elvira dan meminta bagian Room boy untuk bantu membawakan kopernya. Berselang 10 menit kemudian, Elvira keluar dari lift dan mereka pun bertemu di lobby. “Vir ... kita pakai taxi diluar atau pakai mobil hotel?” tanya Gilang saat Elvira menanyakan tagihan makanan semalam serta minta bagian resepsionis untuk mencarikan satu mobil untuk membawanya ke Bandara, tanpa menggubris pertanyaan Gilang. “Bai Buu, ditunggu dulu sekitar sepuluh menit lagi. Mobil sedang disiapkan. Kalau boleh saya tahu, pukul berapa pesawat berangkat?” tanya bagi
Baca selengkapnya
Bab 13 : Ke Rumah Mama
Elvira yang mendengar percakapan diantara mereka hanya terdiam di kamar. Dirinya tak mampu keluar kamar usai rasa sedih berbalut emosi ada di hatinya. Hingga akhirnya, pembantu rumah tangga di rumah itu, Iyem diminta untuk memanggil Elvira untuk makan siang. Tok ... Tok ... “Neng Vira, Ibu ngajak makan siang,” panggil pembantu rumah tangga itu diluar pintu kamarnya. Dengan berat hati, Elvira pun menjawab, “Tadi saya udah makan di Bandara.” Setelah itu, bunyi bip pada ponsel Elvira membuat ia teringat pada mamanya. Dibaca pesan masuk dari Aprilia. [Pesan masuk mama : Vira, apa kamu sudah sampai? Apa jadi kamu ke rumah? Kalau emang nggak jadi, mama mau ke rumah adikmu] Elvira berkali-kali menarik napas panjang usai membaca pesan singkat Aprilia. Wanita cantik itu bingung untuk menentukan sikap. Apakah ia akan ke rumah mamanya atau tidak. “Ya Allah, sekarang aku harus bagaimana? Bingung jadinya,” Elvira bermonolog sambil memikirkan jalan keluar atas apa yang dihadapinya. Setelah b
Baca selengkapnya
Bab 14 : Gilang & Gempita anak siapa?
Zuraida dan Syamsudin, adalah orang tua asuh yang mengambil Gilang dan Gempita sejak bayi. Sebelum dari itu, Zuraida adalah kembang desa yanv hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib dengan bekerja di sebuah pabrik dengan hanya berbekal kecantikan dirinya. Namun, kejamnya Ibu Kota dari pada ibu tiri membuat Zuraida yang ditipu oleh orang yang mengajak dirinya bekerja dari kampung dijebloskan langsung ke lokalisasi yang ada di bagian utara Jakarta, sedangkan Syamsudin sendiri adalah seorang lelaki yang mahir bela diri, karena selama di kampung, dia ikut pencak silat dan ketika di Jakarta dia direkrut untuk menjadi penjaga keamanan di daerah lokalisasi, tempat Zuraida bekerja. Gambaran kedua orang tua dari Gilang dan Gempita adalah, orang yang mengecap dunia hitam sejak mereka juga menginjakkan kakinya di Jakarta tanpa punya pendidikan. Zuraida dan Syamsudin mengambil kedua anak dari dua orang wanita pekerja malam, karena kedua wanita naas itu adalah anak buah dari Zuraida. Dimana saat it
Baca selengkapnya
Bab 15 : Kecurigaan Amelia
Adik Elvira yang bernama Amelia Puspitasari datang bersama kedua anaknya. Dulu, Amelia menikah saat ia berusia 20 tahun dan suaminya Rifai berusia 25 tahun, kini usia Amelia telah 25 tahun dengan dua orang anak berusia 4 tahun dan 2 tahun. Rifai selain telah menjadi PNS, dia juga mempunyai rumah kos-kos’an hingga kehidupan mereka lebih makmur dibandingkan Elvira dan Ervan Dwi Prayoga, adik lelaki Elvira yang bekerja di sebuah Bank Swasta. “Gimana kak, rasanya menikah? Pasti lebih enak kan? Ada temen yang bisa di ajak ngobrol waktu mau tidur, ada yang di ajak berantem waktu kita bete dan ada yang disuruh-suruh waktu kita pengen sesuatu. Yaa, nggak?” tanya Amelia menggoda Elvira saat dilihat ada tanda kissmark di lehernya.“Biasa aja sih, lebih enak tinggal sendiri malah,” ucapnya keceplosan.Aprilia yang mendengar ucapan putrinya pun mengernyitkan dahinya dan melirik ke arah Elvira yang serius mengatakan apa yang terlanjur lepas dari bibirnya.“Vira, apa kalian baik-baik aja?” ta
Baca selengkapnya
Bab 16 : Kehidupan Irwan
Sementara itu di hari sebelumnya pada sebuah rumah mewah yang berada di Surabaya, Irwan yang telah pulang satu hari sebelum Elvira kembali ke Jakarta tengah membawa pulang putri tercintanya yang terjatuh saat anak itu tengah naik ke menuju tangga rumahnya dengan menggendong anak perempuan berusia lima tahun masuk ke dalam rumah diikuti oleh seorang wanita cantik bertubuh kurus. “Narti! Buatkan jus apel untuk Ana,” perintah Irwan pada salah seorang pelayan di rumah mewah itu. “Baik Tuan besar,” ucap Narti berjalan tergesa-gesa menuju dapur usai menyambut kedatangan Anastasia, Larasati dan Irwan dari Rumah Sakit, usai pelipis anak berusia lima tahun itu terluka. Mereka duduk pada ruang keluarga yang cukup besar, dengan bantal-bantal besar yang diletakan di bawah lantai marmer berselimut permadani berwarna biru muda. “Anak cantik Papa nanti minum jus dulu ya. Apa ini masih sakit?” tanya Irwan menunjuk bagian pelipis Anastasia yang dijahit. “Iya sakit ... tapi Papa jangan marah sama m
Baca selengkapnya
BAB 17 : Kembali Ke Kantor
Elvira terbangun kala jam menunjukan pukul enam pagi. Bergegas ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan kembali bekerja di sebuah Rumah Sakit sebagai tenaga Akuntansi. Usai mandi, dilihatnya Gilang masih tidur di sebuah sofa panjang. Setelah memakai pakaian kerjanya, Elvira pun keluar kamar dan berpamitan pada Zuraida, sang mertua.“Pagi Buu ... saya berangkat kerja dulu,” izin Elvira pada Zuraida dan Syamsudin yang tengah duduk menikmati secangkir kopi di meja makan.“Kamu nggak sarapan dulu atau minum teh? Ini ada pisang goreng,” tanya Zuraida memandang Elvira telah rapi dan cantik dengan polesan minim di wajahnya.“Nggak, Buu. Nanti saja di kantor,” tuturnya tersenyum tipis dan membalikkan tubuhnya, kala jam menunjukkan pukul setengah tujuh.“Vira..!” panggil ZuraidaElvira pun menengok ke arah mertuanya dan berucap, ”Ya, ada apa Buu?” “Biasanya tanggal berapa kamu gajian?” tanya Zuraida santai.Elvira yang tidak paham dan bingung dengan pertanyaan yang tak pernah diba
Baca selengkapnya
Bab 18 : Ancaman Sang Mertua
Tepat pada saat istirahat makan siang, Elvira dan kedua temannya keluar kantor menuju sebuah warung makan dibelakang kantornya. Di sepanjang jalan kedua temannya yang telah mempunyai anak, masing-masing bercerita tentang kehidupan keluarga mereka. Sedangkan Elvira hanya mendengarkan keluarga bahagia dari kedua temannya hingga sampai di sebuah warung makan yang biasa mereka datangi.“Vir, katanya elo mau cerita tentang keluarga baru elo,” ucap Ningsih saat mereka tengah menunggu makanan yang dipesannya.“Hmmm..., Ya gitu dah, sepertinya gue harus bisa adaptasi dari keluarga baru gue. Masalahnya selama ini kan, gue selalu di urusin sama mama gue. Jadi gue merasa terkaget-kaget aja sih, dengan kondisi yang gue hadapin,” urai Elvira yang tidak berkata jujur.“Emang laki elo itu dari keluarga kagak punya atau gimana? Maksud gue, mertua elo yang laki kerja apa kagak? Lalu, laki elo sebenernya kerjanya dimana sih? Soalnya kita semua kagak pernah liat elo dijemput sama laki elo sebelumnya,
Baca selengkapnya
Bab 19 : Rencana Kabur
Elvira yang tidak menyangka akan mendengar kata ancaman dari ayah mertuanya, seketika badannya menggigil. Elvira memandang wajah ayah mertuanya yang menatap tajam dengan wajah memerah.“Kamu sudah masuk dalam keluarga ini! Jadi, kamu jangan macam-macam. Silakan kamu lapor pada polisi, silakan! Tapi ingat! Berapa lama polisi bisa melindungi kamu dan mama kamu serta keluarga kamu..., Setelah salah satu kita masuk penjara? Kalau kamu mau dirimu, mamamu dan kedua keluarga adikmu selamat..., Ikuti apa yang jadi ketentuan di rumah ini. Paham!?” tekan Syamsudin seraya menunjuk ke arah Elvira.Gempita yang iba pada Elvira pun meraih tangan wanita cantik itu menjauh dari meja makan dan berjalan menuju kamar Elvira yang tampak pucat pasi dan gemetar usai mendengar ancaman nyata yang di dengarnya. Sesampai di dalam kamar, Gempita pun memeluk Elvira.“Kak, sabar yaa..., Kakak yang sabar. Gempi juga udah nggak kuat. Tapi, ayah bekas preman. Dimana-mana banyak anak buahnya. Jangan melawan kak, j
Baca selengkapnya
Bab 20 : Mertua Sange
Elvira dan Gempita saling bercerita satu dan lainnya. Gempita bercerita tentang masa kanak-kanaknya yang di isi dengan pengalaman buruk berada pada rumah dalam lingkungan lokalisasi.“Kak Vira, dulu itu waktu Gempi kelas 6 SD pernah liat Ibu bawa lelaki muda ke kamarnya. Waktu itu, Ayah lagi pulang ke kampung halamannya. Gempi tetap nggak boleh keluar rumah, tapi Ibu begituan sama lelaki muda. Waktu itu Kak Gilang ikut ayah ke kampungnya,” tutur Gempita memejamkan matanya saat mengingat kejadian yang menjijikkan.“Kok sampai Ibu juga jual diri.., emangnya cewek-cewek anak buah ibu nggak ada? Bukannya Gempi bilang ibu itu germo?” tanya Elvira mengorek keterangan dari Gempita atas masa lalunya.“Waktu itu masih ada Kok cewek yang lainnya. Tapi, lelaki itu minta ibu yang melayaninya. Padahal, kalau ayah tau..., ibu bisa dipukul sama ayah. Soalnya kan, ayah nggak ngasih ibu jual diri lagi. Kapan hari waktu ketauan sama ayah aja, ibu dihajar abis-abisan..,” ungkap Gempita mengupas keada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status