All Chapters of Takdir Sang Perawan Tua: Chapter 21 - Chapter 30
101 Chapters
Bab 21 : Jalan Keluar
Elvira yang kini sendirian di dalam kamarnya, mengingat kembali cerita yang didengarnya dari Gempita dengan bahasa yang sangat kotor dan kasar. Menurut Gempita, ia hanya menyampaikan apa yang didengar dan diintipnya dari celah lubang kunci kamarnya, kala Zuraida dimasa mudanya kerap mengajak anak buah suaminya dan beberapa lelaki muda untuk memuaskan hasrat birahinya.“Gila..., Kenapa gue jadi pengen begituan juga yaaa, gara-gara denger cerita kotor Gempita?” tanya Elvira pada dirinya sendiri.Sejenak ia memejamkan matanya dan membuang hasrat yang tiba-tiba saja merasuki dirinya dengan mengingat masa-masa bersama Irwan di Bali. Entah mengapa kerinduan atas sosok Irwan begitu sangat kuat. Padahal semua itu telah berlalu selama sepuluh hari. Kemudian, Elvira pun membuka galeri ponselnya. Ia menyimpan satu photo dirinya dan Irwan saat makan di tepi pantai. Dilihatnya kembali photo tersebut.“Sialan..., Ganteng juga pak Irwan itu yaa..., Hmmm..., Enak banget yang jadi istrinya..., Ee
Read more
Bab 22 : Kelicikan Zuraida
Pada hari Sabtu di pagi buta, terlihat Gempita dan Elvira tengah memasak di dapur. Disana mereka melakukan pekerjaan bersama-sama, kala Zuraida dan suaminya masih terlelap dalam tidurnya.“Gempi, ayo kita sholat subuh dulu,” ajak Elvira usai mengecilkan kompor gas.“Hmmm..., Udah kakak aja. Gempi yang tunggu ungkep ayamnya,” tolak Gempita.“Gempi..., sholat itu wajib...,.Yukk.”Elvira meraih tangan Gempita yang memang dilihatnya tidak melakukan kewajibannya selama ini.“Maaf Kak..., Rasanya saya belom bisa jalanin kewajiban,” tolaknya lagi tersenyum getir.“Gempi..., Sore nanti kamu akan wisuda. Taruhlah selama ini kamu kecewa dengan keadaan yang harus kamu jalani. Tapi, kalau bukan karena kuasa NYA..., apa bisa kamu menjadi sarjana?” tanya Elvira yang terus berusaha tetap konsisten menjalankan kewajibannya.“Kak..., Gempi kecewa bukan karena diri Gempi sendiri. Kecewa karena kenapa sih, orang sebaik kakak bisa masuk ke dalam keluarga ini? Kalau Gempi sama Bang Gilang, mungkin
Read more
Bab 23 : Elvira Hamil...?
Dua bulan kemudian, ketika Elvira tengah makan siang bersama kedua temannya, Elvira merasakan mual yang teramat sangat hingga bulir keringat pun membasahi baju kerjanya saat ia menahan rasa mual usai makan ikan pepes dan sayur asem.“Ning...! Gue mual banget, apa ikannya yang udah basi yaa...?” bisik Elvira pada Ningsih yang duduk di sebelahnya.“Masa sih...?” tanya Ningsih seraya mencicipi ikan pepes di piring Elvira.“Kenapa lo pada?” tanya Martini melihat kedua rekan kantornya yang saling bertatapan dan Ningsih mengambil pepes ikan di piring Elvira.“Kagak Ah! Elo aja kali yang masuk angin jadi kayak merasa mual,” bantah Ningsih.“Eehh..., kenapa ikan pepesnya? Basi yaa?” tanya Martini berbicara pada kedua rekan kerjanya yang belum sempat menjawab pertanyaannya.Pemilik warung nasi yang mendengar celoteh Martini pun mendatangi meja mereka.“Ada apa Buu...? Ikan pepes saya baru tadi jam 10 pagi matang..., Nggak basi ini mah. Nih, coba kalau kagak percaya. Masa iya saya jual m
Read more
Bab 24 : Alat Bantu mencapai Nikmat
Elvira meraih air yang diberikan rekan kerjanya dan meneguk tandas air dalam gelas kaca. Setelah itu Elvira terdiam sejenak dan kembali fokus pada laptopnya. Kemudian, Martini dan Ningsih yang melihat Elvira kembali aktif menginput beberapa nota di hadapannya pun, menegur rekan kerjanya.“Vira..., Kagak jadi lo cerita sama kita?” tanya Ningsih menggeser kursi kantornya mendekati meja kerja Elvira.Elvira yang tidak ingin membuka aib atas yang terjadi padanya, menggelengkan kepala dan menarik napas panjang serta menghentikan jemari tangannya untuk melakukan penginputan untuk berbicara pada kedua rekan kerjanya.“Ning..., Tini..., Sepertinya gue aja yang terlalu ke bawa perasaan, padahal sih semua baik-baik aja. Mungkin karena mertua gue yang otaknya duit-duit aja, yang buat gue mikir untuk tunda dulu punya anak. Elo tau kalau kita mau punya anak kan, harus bener-bener siap semuanya, termasuk finansial juga,” ucap Elvira begitu lancar menyembunyikan keadaan yang sedang di hadapinya.
Read more
Bab 25 : Telepon Irwan
Elvira terbangun saat jam menunjukkan pukul enam. Ia memandang sekelilingnya dan teringat atas benda menyerupai batang kenikmatan lelaki yang semalam ia telah coba.“Hmmm..., Ternyata benda ini bikin gue terlelap kayak orang mati. Untungnya ini hari Sabtu, jadi gue kagak perlu terburu-buru kayak orang dikejar setan. Kira-kira semalam ada yang ketuk pintuku nggak yaa..? Tapi kok aneh yaa.., pagi ini juga nggak ada yang ketuk pintu kamar gue,” Elvira bermonolog seraya meraih mainan kepuasannya dan meletakan pada laci meja rias.Usai mencuci wajah dan merapikan dirinya, Elvira pun berjalan menuju pintu kamarnya dan keluar kamar.Dilihat olehnya Gilang masih tertidur meringkuk di sofa ruang keluarga. Sedangkan penghuni lainnya tidak dilihatnya. Kemudian, Elvira pun berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi. Setelah itu, Elvira pun membuka pintu ruang tamu dan meletakan kopinya di sebuah meja depan teras. Lalu, ia pun terduduk dengan memandang ke arah depan rumah itu.Saat ia
Read more
Bab 26 : Ancaman Istri Irwan
Sesampai di rumah Aprilia, Elvira langsung menemui mamanya yang sedang berada di dapur dan tengah memasak makanan kesukaan dari ketiga anaknya. Aprilia adalah seorang istri yang baik dan seorang ibu yang luar biasa. Dia selalu membuat makanan kesukaan ketiga anaknya tanpa merasa lelah. “Mama, kok sibuk-sibuk gini sih..., Vira malah nggak bawa apa-apa nih,” peluk Elvira erat pada tubuh sang mama yang baru disadarinya kian kurus. “Mama kurusan yaa...,” tutur Elvira mencium pipi Aprilia. Aprilia tak menanggapi apa yang dikatakan putrinya. Ia hanya berjalan kearah lemari pendingin dan mengambil sebuah kotak lalu menyerahkan pada putrinya. “Ini puding coklatnya udah bisa dimakan. Tadi Mama liat ada bahan-bahan yang bisa diolah, makanya tadi nyuruh si mbok untuk ambil daun pandan untuk pewanginya,” urai Aprilia mengatakan hal yang dilakukan saat membuat puding coklat kesukaan Elvira. Diambilnya puding tersebut dari tangan Aprilia. Lalu, diraihnya sendok pada tempat cucian piring dan Elv
Read more
Bab 27 : Cerita sedih bawa petaka
“Kak Vira..., Kak...,” Amelia membangunkan Vira yang terlelap tidur usai menangis dalam kesendirian.Dengan memicingkan matanya, Elvira tersenyum kecil kala dilihat Amelia berada disisi tempat tidur memegang tangannya. Lalu, Elvira bangun dari tidurnya dan bersandar pada tempat tidur sang mama.“Gimana kabarmu..., Kata mama udah 1 bulan lebih juga kamu nggak ke rumah mama?” tanya Elvira mengusap kasar wajahnya.Amelia mengangguk perlahan, terlihat wajah Amelia tak sebahagia seperti biasanya, dan Elvira yang sangat mengenal sifat adiknya yang periang pun, memegang tangan Amelia.“Apa ada masalah? Kenapa wajahmu keliatan sedih seperti itu?” tanya Elvira menatap dalam wajah Amelia.“Selamat ya Kak..., Akhirnya kakak akan jadi mama juga,” peluk Amelia tanpa ingin menjawab pertanyaan Elvira.“Kak, ayo kita makan, aku udah lapar. Kata mama kakak mau makan buah, itu tadi mbok Darmi udah kupasan buah-buahnya. Yuk, makan dulu.., kasian bayinya pasti lapar,” ajak Amelia meraih tangan Elvi
Read more
Bab 28 : Janji Elvira
Melihat kondisi Aprilia yang shock atas apa yang di katakan putri bungsunya, membuat Elvira pun meminta pertolongan pada pembantu di rumah itu. “Mbok Darmi..., Mbok...! Tolong...!” teriak Elvira sejadinya melihat Aprilia kesakitan pada bagian dadanya dan keringat sebesar biji jagung keluar dari pori-porinya. “Ya Allah..! Ibu..., Ibuuu...!” Darmi panik melihat kondisi Aprilia saat telah sampai di kamar sang majikan. Sementara Amelia hanya menangis dan meminta maaf terus menerus pada Aprilia. Kemudian, dengan air mata bercucuran Elvira meminta Darmi untuk memanggil Ikhsan, sopir pribadi Aprilia. “Mbok..., Tolong panggil Pak Ikhsan untuk bantu bawa mama ke mobil. Kami akan ke Rumah Sakit,” pinta Elvira dengan air mata yang terus mengalir. Secepat kilat Darmi berlari keluar kamar dan memanggil Ikhsan. Tak berapa lama Ikhsan pun telah masuk ke kamar Aprilia, dan mereka bersama-sama menggotong tubuh Aprilia yang kini berada diantara sadar dan tak sadar ke dalam mobil untuk dibawa ke Rum
Read more
Bab 29 : Beban Anak Pertama
Elvira kali ini ditemani oleh Ervan, adik lelakinya yang telah hadir ke Rumah Sakit pada saat pulang kerja. Lelaki yang kini telah mempunyai seorang anak dan bekerja di sebuah Bank Swasta memiliki istri yang juga hanya sebagai ibu rumah tangga.Tepat pukul enam sore, Elvira di panggil oleh seorang perawat.“Keluarga Aprilia...,” panggil seorang perawat yang keluar dari dalam ruang ICU.“Ya...,” sahut Elvira dan Ervan bersamaan serta berjalan menghampiri perawat tersebut.“Bu, Pak.., saya ingin sampaikan, kalau kondisi Ibu Aprilia sudah melewati masa kritis. Jadi kami akan observasi kembali satu sampai dua hari. Jika memungkinkan, maka Dokter Nathan tadi menyatakan akan melakukan tindakan operasi,” urai perawat tersebut.“Syukurlah..., Terima kasih ya Allah. Terima kasih Suster. Apa bisa kami tinggal dulu? Soalnya kami akan mandi dan nanti salah satu dari kami akan menunggu di depan ruang ICU,” pinta Elvira dengan mata bengkaknya dan kabut menutupi netranya.“Ya silakan. Juga pas
Read more
Bab 30 : Kebaikan Hati Ulfa
Mobil yang membawa Elvira pun sampai tepat di depan pagar rumah Gilang. Ikhsan yang melihat Elvira tertidur pulas membangunkan anak majikannya.“Non Vira, Non...,” panggilnya berulang kali.Dengan mengerjap-ngerjapkan matanya, Elvira pun terdiam sesaat, mengusap wajahnya dan memperbaiki rambut dan pakaiannya. Lalu, wanita cantik itu berpamitan pada Ikhsan seraya memberikan uang ala kadarnya.“Makasih Pak Ikhsan, ini untuk beli minum di jalan. Hati-hati ya Pak.”“Non Vira, jangan seperti ini. Keadaan ibu April lagi sulit. Saya nggak mau ter...”“Terimalah Pak..., Anggap aja saya naik taxi. Juga seharusnya bapak udah pulang ke rumah. Maaf Pak, jadi merepotkan,” imbuh Elvira seolah enggan keluar dari mobil itu dengan berbicara pada Ikhsan.“Non Vira jangan minta maaf seperti itu. Almarhum pak Eka, papa Non Vira orangnya sangat baik sekali. Makanya saya ingin membalas budi dengan tetap bekerja di rumah bu April,” tutur Ikhsan yang sudah bekerja cukup lama sejak Elvira masih SD. Kare
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status