All Chapters of Takdir Sang Perawan Tua: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
Bab 31 : Jalan Akhir, Jual diri?
Seperti biasa, sekitar jam 6 pagi Elvira terbangun dari tidurnya. Ia pun langsung berjalan ke dapur dan melakukan kegiatan di pagi ini seperti biasanya dengan membuatkan sarapan. Saat ia tengah asyik memasak, terdengar Gempita menyapanya. “Pagi Kak.” “Pagi,” jawab Elvira menoleh dan tersenyum memandang ke arah Gempita. Gempita sangat terkejut kala melihat mata Elvira sembab. Maka, gadis muda itu mendekati dan memastikan sembab mata Elvira dari dekat. “Kak Vira habis nangis ya?” tanya Gempita memegang tangan Elvira. Dimana ia terakhir kali melihat Elvira di pagi hari saat hendak ke rumah orang tuanya. Elvira pun menganggukkan kepalanya. Lalu, Gempita yang penasaran atas sembabnya mata Elvira kembali menanyakan penyebab ia menangis. “Kak, apa ada masalah? Ngomong dong Kak, siapa tau aku bisa bantu,” tanya Gempita menatap raut wajah Elvira yang penuh kesedihan. “Sehabis masak, nanti aku cerita,” janji Elvira. Namun, karena Gempita merasa ada hal besar yang membuat Elvira menangis,
Read more
Bab 32 : Pelanggan Pertama
Gempita yang sudah selama dua minggu ini ikut dalam group “Bad Girl” pada sebuah situs dewasa, akhirnya mencari mangsa Om-Om senang dalam situs dewasa tersebut dengan syarat yang membuat pemakaiannya aman, karena lelaki hidung belangnya diharuskan memiliki surat kesehatan dan bebas dari Aid, ketika ia masih menemani Elvira di Rumah Sakit.Sekitar dua puluh menit kemudian, Gempita pun dapat order dari seorang pria berusia 48 tahun, warna Indonesia campuran. Hal itu terlihat dari wajah yang dikirimkan lewat pesan Online usai mereka saling berkenalan. Kemudian, Gempita pun mengirimkan pesan pada Elvira yang tengah berbicara dengan Amelia. [Pesan masuk Gempita : Kak, ini udah dapat tamu. Gimana kakak mau ambil?]Elvira yang langsung membaca pesan masuk kala terdengar nada bip pun memandang ke arah Gempita dan membalas pesan tersebut.[Pesan keluar Elvira : Boleh, Gempi. Tapi nggak kenapa ya? Soalnya kan, tampilan wajah di photo kamu kan, beda]Sedetik kemudian, Gempita langsung menj
Read more
Bab 33 : Aib Elvira & Resign
Sampai akhirnya selama 3 bulan ini, Elvira yang terpaksa menjual diri sehabis pulang kerja, hanya berhasil menutup bunga yang harus dibayarkan Revan. Melihat kenyataan itu, Elvira pun merasa kerjaan nista itu tidak membuat kehidupannya kian bertambah baik.Hingga pada suatu hari, seorang kepala HRD yang bertemu dengan Elvira di halaman kantornya, memanggil dirinya.“Vira...!” panggil Dendy di halaman kantor saat lelaki itu memarkir mobilnya.“Ya Pak,” sahut Elvira menoleh Dendy, seorang lelaki kepala HRD dari kantor tersebut.Lelaki dengan kepala botak berusia sekitar 45 tahun itu pun, berjalan menuju tempat Elvira berdiri menunggunya.“Ada apa ya, Pak?” tanya Elvira memandang ke arah Dendy. Mereka sangat jarang berkomunikasi, mengingat kedudukan Dendy sebagai kepala HRD yang biasanya bertemu jika, Dendy mengenalkan karyawan baru dengan mengajak karyawan baru berkeliling ke bagian lainnya.Lalu, Dendy mengajak Elvira berjalan menuju pohon rindang yang ada di halaman kantor terse
Read more
Bab 34 : Atasi satu Masalah
Elvira yang telah resign dari pekerjaannya, pulang ke rumah Aprilia dengan taxi. Di sepanjang jalan menuju rumah sang mama, pikiran Elvira terus berkecamuk tentang hal yang akan ia sampaikan pada mamanya. Ingin sekali ia mengatakan seluruh kejadian yang menimpa dirinya. Namun, persoalan yang terjadi pada keluarga kedua adiknya membuat Elvira kembali mengulur waktu untuk membicarakan kejadian yang menimpa dirinya. Batinnya pun menjerit, ‘Ya Allah, mana yang aku dahulukan? Persoalan hutang adik-adikku? Atau persoalan yang menimpaku dan kehamilanku yang bukan anak Gilang? Apakah mama akan shock? Bagaimana kalau berakibat fatal? Pasti Ervan akan menyalahkan aku dengan musibah yang terjadi padaku. Sekarang apa yang harus kulakukan?’ Elvira memilah persoalan dan risiko yang akan dilaluinya jika hal itu dikemukakan pada mamanya. Yang terpikirkan saat ini, jika Elvira mengatakan masalahnya terlebih dahulu, dampak yang akan terjadi pada mamanya, pasti merasakan shock dan sedih. Juga hal itu
Read more
Bab 35 : Mencari Ervan
Amelia dan Elvira yang diminta oleh Aprilia untuk ke Bank menanyakan perihal sisa pinjaman Ervan pun ditolak oleh pihak Bank, karena bagi Bank itu merupakan rahasia nasabah. Kemudian, kakak beradik itu pun kembali ke rumah Aprilia, saat jam menunjukkan pukul satu siang. “ Maa, apa sebaiknya kita ke rumah kak Ervan, aja?” tanya Amelia. “Gimana Vir? Apa kita sekarang ke rumah Ervan?” tanya Aprilia pada Elvira. “Iya Maa, kita jalan ke rumah Ervan. Apalagi udah dua hari ini dia nggak bisa hubungi.” Elvira pun meraih tas tangannya dan menemui Mbok Darmi. “Mbok, kami mau ke rumah Ervan, tolong jaga Rama dan Sinta. Jangan kasih anak-anak keluar rumah dan jangan juga buka pintu pagar sebelum kami datang,” pinta Elvira kala dilihat kedua keponakannya sedang tertidur lelap. Amelia yang mendengar perintah Elvira pada pembantu di rumah Aprilia pun berbicara dengan kakaknya. “Kak, sepertinya aku nggak ikut ke rumah Kak Ervan. Biar Kakak sama mama aja, kasian anak-anak kalau bangun tidur, ngg
Read more
Bab 36 : Masalah & Masalah
“Maa, maafkan Ervan. Awalnya, saya pikir dengan bermain judi bisa cepat balik uang yang udah terpakai, nyatanya malah hutangnya tambah banyak. Sampai saya nggak bisa bayar cicilan rumah, mobil. Sejak itu, Fitri terus minta cerai dan Angga ditinggal di rumah. Makanya, sudah 3 hari ini saya nggak kerja, karena malu terus nitipin Angga, ke tetangga sebelah rumah yang lama.” Angga, anak lelaki berusia 4 tahun yang tengah menonton televisi pun memandang ke arah Ervan, kala namanya disebut. Anak itu pun bangun tempatnya duduk pada lantai dingin, tempatnya duduk menonton televisi dan menghampiri Aprilia dan Elvira yang duduk di sofa tunggal. “Angga mau tinggal sama Oma ..., kalau sama ayah, Angga cuma makan satu kali. Sekarang aja, Angga udah lapar...,” ucap lugu, anak lelaki berusia 4 tahun. Antara Angga dan Rama hanya berjarak 1 tahun. Karena selepas Amelia menikah dengan Rifai, Ervan menikahi Fitri. “Ya, sayang ..., Hari ini Angga ikut Oma.” Air mata Aprilia meluncur tanpa bisa ditahan
Read more
Bab 37 : Kemarahan sang Mertua
Sesampai di rumah, Elvira pun menemui adiknya Amelia. Sedangkan Aprilia sendiri menemani Angga yang tertidur pulas di kamarnya. “Mel, kalau kamu udah nggak terlalu sibuk temui aku di halaman belakang, ya,” tutur Elvira kala menyambangi kamar kedua keponakannya yang tampak sedang bermain. Amelia hanya menganggukkan kepalanya dan Elvira pun melangkahkan kakinya ke halaman belakang. Terdengar Amelia memanggil pengasuh kedua anaknya untuk menemani mereka bermain kala jam menunjukkan pukul 4 sore. “Intan, tolong kamu temani anak-anak ya, aku mau ke halaman belakang.” Amelia pun mengayunkan kakinya menuju halaman belakang menemui Elvira. Terlihat Elvira tengah duduk menatap beberapa bunga yang sedang bermekaran. “Kak Vira, ada apa?” tanya Amelia duduk disebelah Elvira yang menoleh ke arah adiknya. “Masalah Ervan ... Kasihan aku sama mama jadinya. Pasti mama bakal mikirin si Ervan. Tapi, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa,” tutur Elvira membuka percakapan diantara mereka. “Masalah Kak
Read more
Bab 38: Pelangan Aneh Gempita
“Tumben, rapi bener. Mau kemana? Biasanya cuma pake kaos dan celana jeans aja untuk antar kue buatan adikmu,” sindir Zuraida saat melihat Elvira memakai kulot warna biru muda, atasan lengan panjang berwarna biru tua dengan sepatu pantofel hak rendah. “Mau antar Mama bertemu dokter,” jawab Elvira. Zuraida yang sebenarnya telah mendengar perbincangan antara Elvira dan Gempita di dapur tadi pagi perihal lakunya rumah kos milik besannya dan akan melakukan pembayaran hari ini, hanya tersenyum samar tanpa mau bertanya lebih lanjut atas kebohongan Elvira pada dirinya. Dalam hati Zuraida pun bergumam dengan liciknya, ‘Vira..., Vira..., Penipu kok mau ditipu. Awas aja, kalau elo kagak ngasih duit gue setengah dari yang elo dapat. Bakal gue bongkar kalau elo hamil bukan dari si Gilang. Hahahhahaha..., untung aja dia hamil dan kagak di gugurin, jadi kan, gue bisa ancam dia buat kasih duit gue.’ Gempita yang memandang ke arah Zuraida dan melihat netra wanita paruh baya dengan pandangan jauh me
Read more
Bab 40 : Klimaks Plus-Plus
“Aakkhh...! Baby...., Eenaakknya barang kecilmu iniii...! Aarrggghhh...!” erang Budiman saat menusuk rudalnya yang panjang dan besar pada liang kenikmatan Gempita yang mungil.Gempita menggeliatkan tubuhnya ke kanan, ke kiri dan sesekali ia mengangkat bokongnya tinggi dan kembali ditekan kuat oleh lelaki berkulit coklat gelap dengan kasar, hingga Gempita pun memekik kuat.“Oouuwhh....! STOPPP...! OUUWH! Om udahan..., AAAKKHH!” Teriakan Gempita memenuhi kamar itu kala dengan kasar bibir lelaki bertubuh besar itu menyesap seraya menarik puting Gempita dengan bibirnya dan meremas kuat payudaranya hingga ia merasa ngilu dan bagian sensitifnya ikut pula berdenyut kuat.Kini tangan Gempita mulai terlihat tanda merah akibat ia terus menarik dan menggeliat ke kanan dan ke kiri. Begitu juga dengan kedua pergelangan kakinya telah tampak tanda merah melingkar saat ia meronta saat merasakan kenikmatan luar biasa pada bagian kacang merahnya yang merasakan gesekan kuat.“Aakkhh..., Cantik...
Read more
Bab 40 : Elvira di Bank & Gempita di Hotel
Elvira yang telah selesai mengantar Aprilia ke Notaris dan berakhir ke sebuah Bank untuk menarik sisa dana dari hasil penjualan rumah kos-kos’an peninggalan almarhum suaminya, meminta Elvira untuk menghubungi kedua adiknya untuk ke Bank. Lalu, Elvira pun menghubungi kedua adiknya, Amelia dan Ervan yang kini tengah menunggu mereka di rumah Aprilia, saat mereka berangkat ke Notaris dan ke Bank untuk menyelesaikan hutang piutang Ervan. “Halo Mel, sekarang kamu ke Bank bareng Ervan, ya.” “Tunggu Kak,” pinta Amelia kala mendengar perintah singkat Elvira. “Napa?” tanyanya. “Kak, di rumah ada Kak Fitri..., Baru sepuluh menit dia ke rumah. Kalau dia minta ikut ke Bank, gimana?” tanya Amelia berbisik perlahan. Sejenak terdiam, Elvira menarik napas panjang dan meminta agar Amelia memberikan ponselnya pada Ervan. “Kasih ponselnya ke Eran, biar aku yang ngomong sama dia.” Tegas Elvira, menunggu Amelia memberikan ponselnya pada Ervan. “Halo, ya Kak,” sapa Ervan dari ujung telepon. “Van, s
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status