Sudah hampir seminggu sejak pertemuan Clarissa dan Revan di depan kantornya. Semenjak itu, Clarissa merasa seolah dinding apartemen mereka menyimpan gema yang aneh—hening, tapi menyimpan sesuatu yang tidak diucapkan.Raihan masih bersikap seperti biasa. Ia bangun pagi lebih dulu, menyiapkan sarapan, mencium kening Zahra, lalu mencium kening Clarissa seperti kebiasaan lama. Tapi Clarissa tahu, di balik rutinitas itu, ada sesuatu yang berubah. Cara Raihan menatapnya kini berbeda: penuh ragu, seperti seseorang yang takut menyentuh kaca karena tahu pantulannya bisa pecah.Hari itu, mereka sarapan bertiga. Zahra berceloteh ceria tentang tugas menggambar dari sekolah, sementara Clarissa hanya menatap sendoknya.“Ma, boleh aku bawa roti isi ke sekolah nggak? Biar bisa bagi ke Rafi,” tanya Zahra sambil mengunyah.Clarissa tersenyum. “Boleh, tapi jangan lupa makan siang juga, ya?”Zahra mengangguk, lalu menatap ayahnya. “
Last Updated : 2025-11-07 Read more