All Chapters of Kusesali Usai Istriku Pergi: Chapter 21 - Chapter 30
110 Chapters
21. Apa Yang Terjadi?
Apa Yang Terjadi?****"Sa, Su ... Suci, apa yang terjadi denganmu, kenapa kepalamu?" tanyaku panik. Hingga membuatku hampir saja keceplosan dan salah memanggil nama Sania."Dia terpeleset di kamar mandi tadi," jawab Alya cepat."Kok bisa?" gumamku dengan tidak percaya.Rupanya Alya mendengar apa yang kukatakan tadi meski lirih, dan dia pun menjawab dengan cepat. "Tentu saja bisa, Mas. Jangankan mbak Suci yang bergerak ke sana ke mari, orang tidur saja bisa jatuh dari tempat tidur," ujarnya sinis sambil mengangkat sebelah alisnya, dan hal itu membuatku benar-benar muak dan sebal melihatnya."Mas, titip Haikal sebentar. Aku mau mandi, seharian enggak sempat mandi karena sibuk," ucap Alya sambil menyerahkan Haikal padaku yang masih mematung. Hanna berlari mengejar Alya menuju kamar, sementara Sania bersandar di dinding. Dia menggelengkan kepalanya dan berjalan tertatih menuju kamarnya."Sania, tunggu," panggilku dengan suara lirih. Namun dia tidak menghiraukanku dan terus berjalan ke
Read more
22. Yang Disembunyikan Alya
"Mas Andra, apa yang kamu lakukan di sini?" Kembali Alya berkata.Belum hilang rasa penasaranku, aku kembali dikejutkan oleh suara teguran dari Alya. Entah sejak kapan dia berdiri di depanku sambil memerhatikanku."Eh, aku merasa lapar dan ingin makan, tapi kulihat lauknya sudah agak dingin, tapi aku mendengar seperti ada suara orang berbicara di luar. Makanya aku ke sini untuk mencari tahu, dan ternyata itu kamu," jawabku menjelaskan."Oh, itu ... aku sedang berbicara dengan ibu. Karena tidak ingin mengganggu Hanna yang sedang tidur, makanya aku memutuskan untuk keluar dan ngobrolnya di sini. Oh, iya ... apakah Haikal sudah tidur?" tanya Alya balik."Sudah, dan dia tidur di kamarku," jawabku singkat."Kenapa tidak dibawa ke kamarnya saja, Mas?" selidik Alya."Tidak apa-apa, aku yang menginginkan tidur dengan Haikal," kataku lirih.Ada sesuatu yang tiba-tiba menggelitik hati, entah sejak kapan munculnya sifat melow ini hingga aku berpikir untuk tidur bersama anak laki-lakiku. Menginga
Read more
23. Ancaman Sania
"Apa yang kamu bicarakan ini Sania, jangan ngawur kamu," kataku dengan suara tertahan. Aku tidak ingin mengeraskan suara, karena takut jika nanti akan terdengar oleh Alya."Sudah kukatakan dengan sangat jelas, Mas. Aku ingin kamu mengusir bocah tengil itu dari rumah ini karena aku tidak ingin melihatnya lebih lama tinggal di sini!" Ucap Sania emosi."Sania, aku tidak bisa melakukan itu sekarang. Kamu tahu, kan, kalau aku mengusirnya, apakah kamu sanggup untuk merawat kedua anakku?""Kenapa kamu memintaku untuk merawat mereka? bukankah kamu bermaksud untuk mencari pengasuh?" tanya Sania balik."Sudahlah, aku ingin tidur. Capek sekali ngomong sama kamu, Mas." Sania berkata sambil menutup pintu kamarnya. Kucoba memanggil dan mengetuk pintu kamar Sania, namun dia bergeming tidak ingin membuka pintu atau mendengar penjelasan apapun dariku.Kutarik napas dalam, bagaimana aku bisa mengusir Alya dari rumah ini? Sementara anak-anak sudah begitu dekat dan bergantung padanya. Bahkan kehadiranny
Read more
24. Sania Masuk Kamar
Sania Masuk Kamar ***Alya berjalan pelan mendekati Sania yang berdiri mematung, mungkin dia tidak menyangka kalau Alya tiba-tiba akan datang dan mendengar apa yang dia bicara tadi. Atau mungkin, dia tadi juga mendengar bagaimana Sania yang berbicara bukan layaknya seperti seorang pembantu kepada majikannya."Aku tahu mbak Suci merasa marah karena hampir seharian terkunci di dalam kamar mandi, tapi bukan seperti itu caranya, Mbak. Apalagi sampai bercerita bohong pada Mas Andra. Mbak Suci lupa, ya, siapa Mas Andra? dia itu kakak iparku. Bagaimana mungkin Mbak berbohong seperti itu padanya? Bagaimana jika kuceritakan semuanya pada ibu dan ibunya Mas Andra yang tidak lain adalah nenek dari anak-anak yang akan Mbak jaga? bisa dipecat lho kalau ketahuan berbohong," ucap Alya panjang lebar, namun demikian, tidak ada kemarahan dari nada bicara Alya. Alya berbicara seolah sedang memegang teks, begitu lancar dan tanpa jeda. Aku bahkan sampai menahan napas saat dia berbicara. Dan hal yang sam
Read more
25. Obrolan Malam
Obrolan Malam****"Alya, apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku sambil memegang dada yang berdegup kencang karena kaget melihat kehadirannya yang tiba-tiba, lebih tepatnya, tidak melihat keberadaannya di sana."Makan," jawabnya datar, sambil menunjuk piring yang ada di atas meja dan masih menyisakan makanan di sana."Jam segini kamu baru makan?" ujarku sambil mengernyit.Alya tidak menjawab, dia melewatiku begitu saja kemudian duduk dan melanjutkan makan. Aku menggelengkan kepala pelan, berpikir mungkin dia sedang malas untuk berbicara denganku. Perlahan kutarik kursi dan duduk di depannya, menunggu dia selesai makan.Akan tetapi, Alya meletakkan sendok pelan di atas meja, mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ditatap seperti itu, membuat tubuhku membeku dan hanya bisa menelan ludah pelan."Mas Andra, kenapa masih belum tidur juga?" tanyanya setelah beberapa saat.Aku menggaruk kepala yang tiba-tiba merasa gatal."Aku tadi berencana membuat kopi sebagai teman lembur malam ini, kamu
Read more
26. Kedatangan Ibu
Kedatangan Ibu***Aku sungguh tidak mengerti dengan cara berpikir Sania. Bagaimana mungkin dia bisa beradaptasi, mengambil hati anak-anakku jika kelakuannya masih sama seperti itu. Dia bahkan terkesan tidak berusaha sama sekali, dan justru memanfaatkan keberadaan Alya di rumah ini dengan membiarkannya mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan seorang pembantu rumah tangga.Kulihat Alya lewat kaca spion yang duduk di belakang bersama Haikal, dia memandang ke luar jendela sambil menopang dagu. Sekilas dia terlihat begitu lelah, lingkar hitam di bawah matanya jelas terlihat. Apakah dia selama tinggal di rumahku kurang tidur dan tidak mendapatkan istirahat dengan benar? Tapi kenapa dia tidak pernah mengeluh?"Hmm ...." Aku mendehem untuk membuka percakapan."Alya, nanti malam kamu tidak usah memasak untukku. Aku akan makan di luar bersama rekan kerjaku," kataku membuka percakapan.Alya merubah posisi duduknya, melihat sekilas ke arahku sebelum akhirnya dia menyandarkan punggungnya.
Read more
27. Ibu Datang Sania Meradang
Ibu Datang Sania Meradang***Sania berdiri kaku di depan pintu, dia bahkan tidak meneruskan kalimatnya. Dia sesekali mencuri pandang ke arahku, mungkin memintaku untuk menolongnya keluar dari situasi seperti itu. Jangankan untuk menolongnya keluar dari situasi seperti itu, aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang akan kulakukan jika nantinya ibu mengetahui siapa Sania sebenarnya."Andra, bisa kamu jelaskan siapa wanita ini?" tanya ibu sambil memandangku."Bu, dia ini ... pembantu yang bekerja di sini," kataku ragu. Karena hanya itu kalimat yang terlintas di pikiranku saat itu."Apa?!"Ibu melotot menatapku, beliau yang sebelumnya berdiri di dekat meja makan kini berjalan mendekati Sania dan mulai memerhatikan Sania dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu ibu menarik napas dalam dan membuangnya kasar. Beliau kembali menatapku setelah merasa cukup memerhatikan Sania."Andra ... ibu tidak salah dengar, kan, kalau dia ini pembantu baru di rumahmu?" Ibu berkata dengan suara berat, aku bis
Read more
28. Alya Pamit Pulang
Alya Pamit Pulang ***Rasa canggung tiba-tiba datang setelah Sania meninggalkan kami dan hanya tinggal kami berdua saja.Alya mengangkat kedua bahunya, sebelum akhirnya dia berjalan untuk mengambil keranjang baju yang tadi diletakkan di kursi ketika melihat Sania.Dia berjalan pelan menuju kamar yang tidak jauh dari kamar Sania. Biasanya kamar itu digunakan saat ada saudara yang menginap."Biar aku bantu membawa keranjangnya," kataku sambil mengambil keranjang dari tangan Alya."Tidak usah, Mas, aku bisa membawanya sendiri," ujarnya sambil berusaha mengambil kembali keranjang dari tanganku."Tidak apa-apa, kamu pasti sangat capai setelah seharian menjaga Hanna dan Haikal, belum lagi harus membersihkan rumah dan memasak untuk kami.""Aku tidak lelah, kan ada mbak Suci yang membantu," jawabnya berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya.Aku tersenyum miris, mungkin Alya dan Laila memiliki karakter yang berbeda, namun mereka memiliki satu kesamaan, sama-sama pandai menyembunyikan sesuat
Read more
29. Sania Membuat Ibu Meradang
Sania Membuat Ibu Meradang ***Selepas ashar, sebuah mobil berhenti di depan rumah. Seorang pria muda keluar, disusul seorang wanita cantik yang mengikuti dari belakang. Dia adalah mas Ilham, rupanya dia datang bersama dengan tunangan, Nirmala.Alya menyambut kedatangan mereka, matanya berbinar saat melihat Nirmala datang bersama kakaknya, mas Ilham."Mbak Mala kok bisa bareng mas Ilham, gimana ceritanya?" tanyanya."Aku sengaja ikut tadi, kangen sama Haikal," jawab Nirmala sambil mencubit pipi Haikal yang ada di gendongan Alya."Kalian tidak ingin masuk dulu? ibu ada di dalam," kataku. Dan di saat bersamaan, ibu yang berada di dalam kamar keluar."Wah, ada tamu rupanya, ayo masuk semua, jangan berdiri di depan pintu begitu," ucap ibu.Rumah terasa begitu hidup, Alya, Nirmala dan mas Ilham saling sahut-sahutan ketika berbicara. Berbeda denganku, yang hanya jadi pendengar tanpa bisa mengimbangi obrolan mereka. Aku bahkan tidak tahu topik yang sedang mereka bicarakan. Bagaimana bisa me
Read more
30. Sania Berubah
Sania Berubah ****"Mas, kamu telah berubah. Apakah kehadiran bocah itu di rumah ini yang telah mempengaruhi pikiranmu sehingga kamu tega melakukan semua itu padaku?" tanya Sania dengan suara gusar."Sania, kamu salah paham dengan ucapanku. Lagipula, yang berubah itu kamu, Sania. Kamu begitu berbeda dengan Sania yang selama ini aku kenal, sehingga aku hampir tidak bisa mengenalimu lagi," jawabku mencoba meredakan emosi sekaligus menenangkan Sania."Mas ... kamu keterlaluan," desisnya sambil melipat kedua tangan di depan dada."Kamu yang keterlaluan, sudah berapa kali aku mengingatkanmu agar belajar untuk menyukai keluargaku, anak-anakku. Tapi nyatanya, selama kamu berada di sini, kesempatan itu tidak kamu pergunakan dengan baik. Justru kamu membuat semua berantakan," ucapku putus asa. Aku benar-benar kehabisan kata-kata dan tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya agar memahami situasiku saat itu."Apakah ini ada hubungannya dengan bocah itu? Maksudku mantan adik iparmu?" selidik
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status