All Chapters of Istri yang Tak Dianggap: Chapter 11 - Chapter 20
82 Chapters
11. Dion dan Hans
Dion kembali menatap Shella bahkan tak berkedip sekalipun, ia begitu terkejut melihat sang istri yang tiba-tiba saja ada di tempat itu.Pasalnya hal itu terasa mengherankan bagi Dion, karena Bella tidak pernah sekalipun singgah ke tempat lain setelah pulang dari sekolah Shetta, bahkan jika diingatpun wanita itu tidak begitu menyukai tempat ramai dan memilih untuk segera kembali ke kediamannya dan bermain bersama Shetta.Dion lantas mengerjapkan mata lalu segera menggendong tubuh sang puteri kecilnya dan kemudian berkata, "Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanyanya kepada Shella.Alih-alih menjawab, Shella justru terdiam membisu, bibirnya seakan-akan kelu dan tak mampu menjawab pertanyaan Dion yang kini menatapnya serius."Bagaimana ini? Aku harus menjawab apa!? Bisa-bisanya ketahuan seperti ini," batinnya dengan sejuta pikiran kalut yang menguasai dirinya.Shella bingung, menatap ke sembarang arah."Tunggu!!"Lalu di tengah-tengah situasi tersebut, terdengar suara bariton bersama dengan
Read more
12. Berubah
Shella mengedarkan pandangannya di ruang makan sesaat setelah ia selesai memasak dan membawa masakan itu untuk makan malam.Akan tetapi ia merasa heran, pasalnya ia belum melihat suaminya, hanya Shetta lah yang menduduki kursi seolah telah siap untuk makan malam bersama.Shella lantas menatap anak perempuannya lalu bertanya, "Papa mana, Nak?"Shetta yang tengah memainkan sendok dan garpu yang ia ketuk-ketukkan di atas piringpun mengerjap dan mengangkat wajahnya, "Oh? Papa tadi pamit sebentar ke ruang kerjanya, Ma."Untuk sesaat Shella pun terdiam, "Di ruang kerja? Apa pekerjaannya belum selesai?"Seketika muncul berbagai pertanyaan dalam benak diri perempuan itu, pasalnya ini merupakan kali pertama saat waktunya makan malam, Dion justru melipir bahkan tidak mengatakan apapun kepadanya.Sementara di ruang kerja pribadi yang terletak di lantai atas, Dion tengah duduk di atas kursi putar miliknya.Ya! Lelaki itu memang tengah asyik mengotak-atik komputernya, namun bukan untuk menyelesaik
Read more
13. kebimbangan Dion
Tanpa berpikir panjang, Dion segera meraih ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja, dengan cekatan jari jemarinya mencari kontak yang bernama Vena.Lalu Dion menekan tombol hijau untuk memulai panggilan, seketika saja suara seperti kereta api mulai terdengar melalui indera pendengarannya.Dion menunggu, meski sedikit lama sampai akhirnya suara sosok wanita itupun mulai terdengar.["Hallo, Dion-"]"Vena? Maaf aku menganggumu malam-malam begini," sela Dion seakan-akan sudah tidak sabar mengutarakan suaranya.["Ya, santai saja. Ada apa?"]Dion pun terdiam, berusaha menyusun kata-kata yang ingin ia sampaikan. Pun mengatur pernapasannya yang kini terasa memburu."Umm ... apa kau kenal dengan pria bernama Hans?" tanya Dion perlahan.Untuk sesaat keheninganpun melanda perbincangan tersebut, Vena pun tak langsung menjawab pertanyaan Dion yang sedikit membuatnya heran."Aku dengar dia teman lama Shella, dan kalian?" jelas Dion dengan memperjelas perkataannya.["Teman lama? kata siapa? Aku
Read more
14. Sebuah ruangan tidur dan kenangannya
Malam semakin larut, tak terasa pula Dion telah menghabiskan malam dengan hanya berdiam diri di dalam ruang kerjanya, tanpa melakukan apapun.Bahkan pekerjaan teramat banyak yang ia akui kepada Shella pun rupanya hanya sebagai alasan agar Shella percaya dan membiarkannya sendiri di dalam ruangan yang berukuran cukup besar tersebut.Tetapi nyatanya? Yang dilakukan Dion hanyalah diam dan merenung, hingga semua hal yang sempat terjadi di dalam kehidupannyapun turut hadir dalam ingatannya.Dion pun terkejut kala ia tak sengaja melirik jam kecil yang berada di atas mejanya telah menunjuk pada angka 11."Astaga, rupanya aku sudah berjam-jam berada di sini," ucapnya sembari menepuk jidatnya sendiri.Lelaki itu telah hanyut dalam lamunannya, hanya karena pertemuannya dengan sosok pria asing yang membersamai istrinya"Apa mereka sudah tidur?" terkanya, "Bisa-bisanya aku lupa menemani Shetta bermain malam ini."Rasa sesalpun muncul begitu saja, Dion terlalu fokus pasa pikirannya sampai-sampai m
Read more
15. Hari H
"Kenapa pintu ini terbu-" Ucapan Shella terhenti kala ia mendekati pintu tersebut dan melihat sosok lelaki yang tengah berada di dalam sana.Bahkan Shella terkejut, melihat bahwa suaminya sendirilah yang berada di kamar itu."Mas--Dion? Sedang apa dia di sana?" tanyanya dalam hati.Tetapi tak lama kemudian Shella mendapat jawabannya sendiri, pun ia menyadari apa yang sedang dilakukan oleh suaminya di dalam kamar mantan madunya. Melalui celah pintu yang sedikit terbuka, sayup-sayup Shella melihat Dio yang tengah fokus memandangi sebuah bingkai kecil yang berada pada genggaman tangannya.Tatapannya terlihat dalam, bahkan sesekali lelaki itu mengusap bingkai tersebut. Hal itu sontak membuat Shella menyadari sesuatu, bahwa masih ada rasa yang tersisa di dalam hatinya untuk penghuni kamar tersebut meski sedikit.Seketika itu pula Shella tertunduk lemas, tangan yang sedari tadi menempel pada knop pintu perlahan melemah dan turun dengan sendirinya."Yah ... Manusia tentu tidak akan berubah
Read more
16. Siapa dia?
Dion masih berjongkok dengan tatapan tak terlepas dari sosok anak laki-laki yang berdiri di hadapannya. Ya! Anak laki-laki yang disinyalir merupakan anak dari mantan istrinya."B-bukankah dia ... Askara?" gumamnya dengan kedua mata yang mulai menyipit.Bahkan Dion tanpa sengaja membiarkan Shetta setelah ia membantunya berdiri dan terdiam tanpa mengatakan apapun. Namun di tengah-tengah situasi tersebut, seketika saja Mona menyambar tangan Askara yang masih berdiri di hadapan Dion."Sayang! Sini, Nak," panggil Mona dengan cepat menarik tangan Askara dan mendekapnya.Tatapan tajamnya berhasil menyadarkan Dion hingga mengerjap. Lelaki itu lantas berdiri dan berusaha bersikap tenang. Dion sangat mengerti dengan sikap Mona yang tiba-tiba menjauhkan Askara darinya, karena seperti yang telah diketahui, Dion tidak pernah mengakui bahwa Askara merupakan anak kandungnya."M-maaf!" Mona membungkukkan tubuhnya dan melanjutkan perkataannya, "Maaf karena Aska tidak sengaja telah menabrak anak anda,
Read more
17. Pesona mantan istri
Suasana mulai ramai, berbagai tamu undangan yang hadir dari kalangan elit, entah itu rekan kerja antar perusahaan, bahkan ada pula klien-klien yang berasal dari luar negeri. Untuk sesaat Dion termenung, melihat suasana acara yang begitu meriah."Hebat juga dia, bisa mengundang kenalannya sekalipun kali ini hanya acara lamaran saja," gumamnya dalam hati, "Entah bagaimana dengan acara pernikahannya nanti."Dion kemudian menoleh ke arah samping, tepat pada jajaran keluarga dari pihak perempuan, lagi-lagi kedua matanya terfokus pada sosok wanita dan anak laki-laki yang tak lain dan bukan adalah Mona dan Askara.Lelaki itu menyipitkan matanya, "Kenapa mereka duduk di sana? Jika mereka di undang papa bukankah harusnya mereka duduk bergabung dengan kami?"Sungguh, Dion dibuat begitu heran dengan situasi tersebut. Perhatiannya kembali teralihkan saat pembawa acara mulai kembali mempersilakan Bryan untuk maju dan berdiri di depan.Bryan, sosok lelaki bertubuh tinggi dan berbadan kekar, mengena
Read more
18. Menyesal?
Acara pun berlanjut dengan begitu meriah, alunan musik yang tak berhenti berdendang, dengan beberapa tamu undangan menikmati santapan yang telah tersedia. Mereka saling bercengkrama menciptakan keakraban yang sangat menghangatkan suasana.Tampak di tengah-tengah itu, sembari menggandeng tangan sang calon istri, Bryan tampak berbincang dengan para rekan bisnisnya, membahas beberapa hal yang terkait acara mewah tersebut."Yah, semoga acara Pak Bryan dengan Bu Arumi lancar sampai hari pernikahan tiba," ujar salah seorang rekan bisnisnya.Bryan pun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "Aamiin, terima kasih do'anya."Arumi hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan tersebut, namun sesekali melihat-lihat seisi ruangan seperti tengah mencari keberadaan seseorang di sana."Aku yakin, aku sempat melihatnya duduk di dekat Mama Rose dan Papa Handi. Tetapi kenapa sekarang mereka menghilang?" batinnya menduga-duga, "Apa aku hanua salah lihat saja?"Ya! Rupanya Arumi sempat menyadari bahwa soso
Read more
19. Pengkhianat!?
BUGH!!Dion mendaratkan pukulan keras tepat ada pelipis Deni, seseorang yang ia bayar untuk membuntuti Arumi kemanapun wanita itu pergi. Deni terpental hingga tersungkur di atas lantai dan hampir menabrak rak kecil berisikan komik-komik dan ornamen lainnya.Ya! Setelah merasa ada yang tidak beres dengan Deni, ia cepat-cepat menyuruh lelaki itu datang menemuinya di ruang kerja pribadi di perusahaannya.Mulanya Deni menunggu dengan duduk di atas sofa tamu di dalam ruangan itu, karena ia telah tiba lebih duli dibanding Dion.Akan tetapi, baru saja ia bangkit dari duduk hendak menyambut kedatangan Dion. Pria itu langsung mendapat serangan fisik dari boss-nya."Dasar pengkhianat!" pekik Dion dengan raut wajah memerahnya, merasakan amarah yang cukup bedar tengah meliputi dirinya.Sedangkan Deni yang masih terduduk di atas lantai sembari memegangi wajahnya yang mulai terlihat membiru itupun merasa terkejut sekaligus heran, kenapa tuannya tiba-tiba saja menyerangnya?"A-ada apa ini, Boss? Apa
Read more
20. Sisa rasa
"Sudah kuduga kalau dia akan curiga," ucap Bryan lagi, "Kerja bagus, Hendri. Tolong segera bayar uang sisa dari perjanjian pada orang suruhan saudara sepupuku."Hendri pun mengangguk, "Baik, Tuan." Lalu ia segera berbalik badan dan berlalu meninggalkan boss-nya.Sepeninggal Hendri, Bryan lantas kembali melajutkan langkahnya hingga tiba di belakang Arumi yang tampak asyik bercengkrama dengan para rekan bisnisnya. Lalu seketika itu pula, terdengar alunan musik yang begitu merdu yang sekaligus menandakan bahwa acara dansa akan segera dimulai.Seperti mendapat angin segar, Bryan menyeringai dan segera saja sebelah tangannya meraih tangan Arumi, membuat wanita itu terkejut bahkan menoleh ke arah belakang."Mau berdansa denganku?" ajak Bryan dengan senyuman manisnya.Tatapan yang selama ini terasa begitu dalam, menyiratkan sebuah cinta dan kasih sayang yang selama ini telah Arumi sadari bahkan ketika ia masih bersama dengan Dion. Akan tetapi, wanita itu tentu berusaha untuk tidak serta mert
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status