Lahat ng Kabanata ng Pelabuhan Cinta Sang Perwira: Kabanata 31 - Kabanata 40
95 Kabanata
Bab 31
"Ai, sini." Adi memanggil istrinya yang sedang duduk mengobrol dengan Shasha di ruang tamu.“Sebentar ya, Mbak. Aku dipanggil Mas Adi.” Adelia pamit pada Shasaha sebelum bangkit dari duduk dan menghampiri suaminya yang duduk di depan rumah Ibu Dewi. "Ada apa, Mas?" tanyanya pada Adi."Tolong ajak Shasha ke sini, Ai. Mau aku kenalkan sama Kai," jawab Adi sambil tersenyum pada istrinya.Adelia mengangguk dan membalas senyum suaminya. Dia kembali menghampiri Shasha. “Mbak, diminta keluar sama Mas Adi,” ucapnya pada kakak Rendra itu.Shasha mengernyit. “Ada apa ya?”“Mau dikenalin sama temannya,” jawab jujur Adelia.Shasha tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. “Ya ampun, Mas Adi ada-ada saja pakai mau ngenalin temannya.”“Mau ya, Mbak. Temannya Mas Adi ini polisi ganteng yang kemarin bantu pas Mas Adi ditabrak,” bujuk Adelia.Merasa tak enak hati bila meno
Magbasa pa
Bab 32
Rendra mengernyit melihat Shasha mengantar Kaisar untuk pamit padanya dan Dita. Mereka terlihat sudah akrab. Sepengetahuannya, Shasha sama sekali belum pernah bertemu dengan perwira polisi itu. Begitu juga mamanya dan Nisa. Jadi, agak aneh rasanya kalau langsung akrab. Namun, dia tak langsung bertanya karena masih banyak orang di rumahnya.“Rendra, Dita, aku pamit dulu karena harus tugas,” ucap Kaisar pada keduanya.Rendra mengangguk. “Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang, Mas.” Dia menyalami perwira polisi itu sambil tersenyum ramah.“Sama-sama. Semoga semua dilancarkan ya baik kehamilan, kelahiran, dan umrahnya,” timpal Kaisar.“Aamiin,” jawab Rendra dan Dita.“Ini dibawa buat teman-teman di kantor, Mas.” Dita menyerahkan tas yang berisi dua kotak kue.“Kok banyak banget?” tanya Kaisar.“Teman-temannya ‘kan banyak, Mas. Biar merata,” ucap Dita yang masih mengangsurkan bingkisan tersebut.“Terima kasih. Semoga kalian senantiasa dilapangkan rezekinya.” Kaisar akhirnya me
Magbasa pa
Bab 33
Ibu Dewi memandang anak lelaki satu-satunya itu. "Mama hanya penasaran karena belum pernah melihat Kaisar. Kok tadi kayanya akrab sama kakakmu,” jawabnya.Rendra menoleh pada sang kakak. Wajahnya menunjukkan raut tak senang. "Memangnya Kak Shasha kenal sama Mas Kai?”"Mas Kai itu kakaknya teman kuliahku, Ren. Ingat enggak teman kuliah kakak yang namanya Tirta? Yang dulu kamu kira cowok,” jawab Shasha sambil menatap sang adik.Rendra mengernyit. Mengingat teman-teman kakaknya yang dahulu sering main ke rumah. “Iya, aku ingat. Kak Shasha enggak ada hubungan apa-apa ‘kan sama Mas Kai selain kenal karena teman kakak itu??"Shasha menggeleng. “Mana mungkin kami ada hubungan. Aku udah lama banget enggak ketemu Mas Kai. Dulu kalau main ke kontrakan Tirta juga jarang ketemu. Itu tadi Mas Adi mau kenalin aku sama Mas Kai, eh ternyata aku udah kenal orangnya," jelasnya sambil mengikik geli."Maksud Mas Adi apa sih pakai acara kenalin Kak Shasha sama Mas Kai," gerutu Rendra."Mana kakak tahu, ta
Magbasa pa
Bab 34
Jumat siang, Shasha izin kerja setengah hari karena akan membantu persiapan acara pengajian Adi yang akan melangsungkan akad nikah secara resmi esok hari. Dia memang menjadi salah satu panitia di acara pernikahan Adi dan Adelia. Membantu Dita yang tidak boleh kecapekan karena kondisinya yang sedang hamil.Shasha duduk di depan bersama Ibu Dewi, dan Ibu Hasna untuk menyambut tamu yang datang. Kaisar juga menyempatkan ke sana karena diminta Adi secara pribadi. Sebagai sahabat, tentu saja dia mengupayakan ada di hari bahagia Adi meski belum tentu sampai selesai acara. Besok dan lusa, Kaisar sengaja cuti untuk menemani Adi melalui hari pernikahannya.Kaisar menyapa saat bertatap muka dengan Shasha. Mereka tak sempat mengobrol karena perwira polisi itu meninggalkan acara di tengah pengajian. Dia harus ke kantor sebab ada tugas mendesak yang harus dilakukan.Malam harinya, Shasha juga ikut rombongan keluarga Adi ke kediaman Pak Lukman, orang tua Adelia. Mereka akan mengikuti acara midodaren
Magbasa pa
Bab 35
"Mas Juna, kok bisa ada di sini?" tanya Shasha begitu orang yang memanggil tadi berdiri di depannya."Aku ‘kan kakak sepupunya Adel dari papanya," jawab pria yang bernama Arjuna itu."Kamu sendiri, apa saudara dari pengantin pria?" Arjuna juga ingin tahu."Bisa dibilang begitu. Mas Adi itu kakak iparnya Rendra, adikku," terang Shasha.Arjuna mengerutkan kening. "Kakak iparnya adikmu? Memangnya adikmu yang cowok itu sudah nikah?"Shasha mengangguk. "Iya, sudah satu setengah tahun lalu nikahnya.""Berarti kamu juga sudah menikah?" Arjuna merasa was-was menunggu jawaban dari adik tingkatnya itu."Belum, Mas. Aku dilangkahi sama adikku, sama kaya Mas Adi," jawab Shasha sambil tertawa kecil. "Ayo Mas sambil jalan."Tanpa Shasha ketahui, Arjuna menghela napas lega dan tersenyum lebar setelah mendengar jawaban gadis itu.Mereka berdua lalu jalan berdampingan menuju ke tempat prasmanan."Mas Juna sendiri apa sudah menikah?" tanya Shasha sambil mengambil piring."Belum. Aku masih mengejar kari
Magbasa pa
Bab 36
“Kamu masih mau ambil makanan lagi atau udahan, Sha?” tanya Arjuna setelah menyelesaikan makannya. “Udah, Mas. Udah kenyang juga,” jawab Shasha. “Dikit banget makanmu. Enggak usahlah diet, udah bagus begitu badanmu,” ujar Arjuna. “Siapa yang diet? Aku memang enggak bisa makan banyak sekarang soalnya pakai jarik. Perutku dibebet stagen, Mas,” jelas Shasha. “Oh, aku kira kamu diet.” Arjuna meringis menahan malu. “Gimana jadi mau ketemu Mami sama Papi enggak?” tanyanya kemudian. “Boleh, deh. Enggak enak kalau sama-sama di sini enggak nyapa,” jawab Shasha. “Ya udah, yuk.” Arjuna berdiri lalu mengulurkan tangan kiri pada sang adik tingkat. Shasha menoleh pada Kaisar yang baru minum air mineral gelas setelah selesai makan. “Mas Kai, aku ke sana dulu ya. Nanti malam kalau datang sama Tirta, jangan lupa kabari aku,” pamitnya. “Oke,” jawab Kaisar. Shasha kemudian berdiri dengan hati-hati. Arjuna bantu memegang lengan gadis itu agar tidak terjatuh. Mereka kemudian meninggalkan Kaisar ya
Magbasa pa
Bab 37
Netra Shasha membulat mendengar ucapan Ibu Ayu. Dia kemudian melirik Arjuna yang tampak kaget dan salah tingkah karena tindakan maminya.“Mami, apa-apaan sih. Jangan membuat Shasha nanti jadi sungkan sama aku,” protes Arjuna.“Sungkan kenapa? Apa salahnya ‘kan kalian coba lebih dekat? Tidak harus menikah secepatnya juga kalau pacaran,” timpal Ibu Ayu dengan santai.“Saya sudah menganggap Mas Juna itu seperti kakak sendiri, Tante. Nanti malah jadi aneh kalau hubungan kami lebih dari sekarang.” Shasha akhirnya bersuara.Ibu Ayu beralih pada gadis yang duduk di sampingnya. “Aneh gimana? Kalau kalian berdua memang ditakdirkan berjodoh, apa ya mau ditolak?”“Kalau memang takdirnya begitu, tentu saja saya akan menerimanya. Maksud saya tadi, pasti nanti ada jalannya sendiri kalau memang kami berjodoh. Tidak harus memaksakan diri untuk dekat atau pacaran,” tukas Shasha.“Aku sependapat sama Alesha, Mi. Biarkan saja hubungan kami mengalir apa adanya. Yakin saja kalau jodoh enggak akan ke mana.
Magbasa pa
Bab 38
Shasha menoleh ke samping kirinya di mana Arjuna duduk. "Aku enggak pede, Mas. Tamunya banyak banget orang penting.”Arjuna mengernyit. “Kenapa? Suaramu ‘kan bagus. Enggak kalah sama yang tadi maju. Ayolah, Sha.” Pria itu membujuk adik tingkatnya.“Udah sana naik. Aku kangen dengar suara emasmu, udah lama kita enggak karokean.” Tirta ikut mendukung Arjuna.Shasha akhirnya mengangguk. “Ya udah. Ayo, Mas. Tapi nanti aku di-back up ya kalau fals."“Apa sih yang enggak buat kamu, Sha,” sahut Arjuna sambil tersenyum."Mas Kai, Tirta, aku tinggal sebentar ya," pamit Shasha pada Tirta dan kakaknya sebelum beranjak dari tempat duduknya.Tirta menggangguk sambil mengacungkan jempol. "Oke, Sha. Sukses ya duetnya."Shasha dan Arjuna kemudian berjalan ke arah panggung. Berbicara pada band yang akan mengiringi mereka bernyanyi."Pria itu benar senior kalian, Ta?" tanya Kaisar."Iya, Mas. Kenapa memangnya?" Tirta mengernyit pada kakaknya."Dia suka ya sama Shasha?" Kaisar bertanya lagi tanpa mengal
Magbasa pa
Bab 39
Kaisar menjauhkan diri dari Tirta. Melirik sang adik sambil mengernyit. “Bisa tidak kamu enggak suuzan sama aku? Ngomong itu yang baik, jangan asal tuduh. Untung cuma aku yang dengar. Kalau orang lain dengar gimana? Bisa salah paham, Ta.”Tirta terkesiap karena sang kakak terlihat marah. Biasanya Kaisar tetap santai kalau digoda, tapi kali ini tidak. Itu artinya dia sudah salah bicara. “Maaf, Mas,” pintanya kemudian.“Lain kali jangan bicara sembarangan! Bercanda boleh, tapi ada waktunya,” sergah Kaisar.“Iya, Mas. Aku salah. Udah jangan marah gitu nanti gantengnya ilang,” timpal Tirta.“Aku mau cari udara segar dulu.” Kaisar berdiri lalu beranjak meninggalkan Tirta, Shasha, dan Arjuna.“Mas Kai mau ke mana, Ta?” tanya Shasha setelah sang perwira polisi pergi.“Mau ambil makan, katanya lapar.” Tirta terpaksa berbohong agar Shasha tidak berpikiran negatif pada kakaknya.“Oh! Kamu enggak ambil makan sekalian?” tanya Shasha lagi.Tirta menggeleng. “Nanti saja. Aku masih belum lapar.“Kal
Magbasa pa
Bab 40
“Mau ke mana, Kai?” tanya Pak Dipta yang melihat Kaisar keluar dari kamar mengenakan jaket dan membawa kunci motor.“Ke rumah Adi, Pak. Mau lihat persiapan buat besok,” jawab sang perwira polisi.“Mau lihat persiapan atau lihat yang lain,” celetuk Tirta yang menggoda kakaknya.“Suuzan aja terus, Ta,” sergah Kaisar. Dia lalu beralih pada Pak Dipta. “Aku berangkat dulu, Pak,” pamitnya.Pak Dipta menganggut. “Tolong bilang sama Pak Wijaya kalau Bapak ke sananya besok pagi sekalian,” pesannya.“Insya Allah nanti aku sampaikan, Pak,” sahut Kaisar.“Loh, kamu mau ke mana, Kai? Pulang bukannya ngobrol sama Bapak sama Ibu malah pergi,” protes Ryani yang baru saja masuk ke ruang tengah membawa buah iris. Sebagai orang tua, tentu saja dia sangat merindukan anak-anaknya yang bekerja jauh dari rumah hingga membuatnya tak bisa bertemu dengan mereka setiap hari. Inginnya kalau mereka pulang ya berkangen-kangenan, bukannya malah melakukan hal lain.“Aku mau ke rumah Pak Wijaya, Bu,” jawab Kaisar.“M
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status