Impian Kaisar menjadikan Dita sebagai cinta pertama dan terakhirnya harus kandas. Adik sahabatnya itu, tiba-tiba menikah dengan pria lain. Cinta yang sudah dipendamnya selama sembilan tahun terpaksa berakhir. Hal yang paling Kaisar sesali, dia tak pernah menyatakan perasaan pada cinta pertamanya itu. Sebagai perwira polisi yang berwajah rupawan, sebenarnya bukan hal yang sulit untuk Kaisar mendapatkan cinta. Namun, karena hatinya sudah tertaut pada Dita, membuat Kaisar tak pernah sekali pun menanggapi para gadis mendekatinya. Karena itu, Kaisar merasakan patah hati yang teramat dalam saat Dita menikah. Bagaimana perwira muda itu menyembuhkan patah hatinya? Mampukah Kaisar move on dari Dita dan membuka hatinya untuk wanita lain? --- Mohon dukungan, kritik, dan saran yang membangun. Mari berteman di IG @kokoro.no.tomo.82 dan FB kokoronotomo82
Lihat lebih banyakKaisar menginap di rumah orang tuanya setelah sebulan tidak pulang karena kesibukannya bekerja sebagai abdi negara. Dia memanfaatkan waktu liburnya di sana. Berharap tidak ada panggilan tugas mendadak dari atasan. Setelah membantu sang bapak di kebun dan membersihkan diri, perwira muda itu menonton televisi di ruang tengah.
“Kai, nanti Bapak sama Ibu mau kondangan di rumah Pak Wijaya. Kamu diundang tidak sama Adi?” tanya Ryani pada Kaisar, putra sulungnya. Wanita paruh baya itu baru datang dari dapur membawa singkong goreng yang tadi dipanen dari kebun.
Kening Kaisar mengerut mendengar pertanyaan sang ibu. “Memangnya Adi nikah, Bu?” Bukannya menjawab, perwira polisi berpangkat Inspektur Polisi Dua itu malah balik bertanya.
Ryani menggeleng. “Bukan Adi yang nikah, tapi Dita,” jawabnya.
Kaisar terkesiap mendengar nama cinta pertamanya itu disebut oleh sang ibu. Dia lalu tertawa kecil. “Dita, adiknya Adi?” tanyanya memastikan.
Wanita paruh baya itu menyengguk. “Iya, memangnya Dita siapa lagi. Anaknya Pak Wijaya ‘kan cuma dua. Adi sama Dita,” jelasnya.
Kaisar kembali tertawa kecil. “Ibu jangan bercanda gitu. Mana mungkin Dita menikah sekarang. Dia ‘kan baru masuk kuliah tahun kemarin. Ibu ada-ada saja nih,” ucapnya tak percaya dan malah menganggap sang ibu bercanda.
“Buat apa ibu bercanda. Sebentar ibu carikan undangannya kalau kamu tidak percaya.” Ryani kemudian mencari undangan pernikahan yang dimaksud. Begitu tidak menemukan di ruang tengah, dia lalu mencari di kamar.
Sementara itu Kaisar masih tertawa kecil. Kepalanya sesekali menggeleng karena menurutnya pernikahan itu mustahil terjadi. Dita saat ini masih berusia 19 tahun. Dia baru lulus SMA tahun kemarin. Rasanya tidak mungkin kalau gadis yang sudah mengisi hatinya selama tujuh tahun itu menikah. Dita, gadis tomboi itu, tidak pernah terdengar dekat dengan pria mana pun. Tipikal gadis cuek dan polos yang tidak mengenal cinta di usia remaja.
“Mas Kai, kenapa tertawa sendiri?” tegur Tirta, sang adik, yang tiba-tiba duduk di sebelahnya dan mengambil remote TV.
“Ibu itu loh bercanda,” sahut Kaisar.
Tirta mengernyit. “Memangnya ibu bercanda apa?” Gadis itu merasa heran karena ibunya bukan tipikal yang suka bercanda.
“Masa ibu bilang Dita nikah,” jawab Kaisar seraya tertawa kecil. “Dia ‘kan baru lulus SMA. Baru masuk kuliah. Tidak mungkin menikah,” sambungnya.
“Ibu enggak bercanda, Mas. Memang benar kok Dita nikah. Aku kemarin lihat undangannya. Tirta membenarkan apa yang dikatakan sang ibu.
“Kamu enggak usah ikutan nge-prank aku.” Kaisar mengacak rambut adiknya.
“Mas Kai!” teriak Tirta yang kesal karena rambutnya yang sudah disisir rapi jadi berantakan. Membuatnya harus merapikan lagi rambutnya dengan tangan.
“Kalian berdua ini kalau berkumpul selalu saja ribut,” tegur Ryani yang baru keluar dari kamar sambil membawa undangan pernikahan Dita. “Ini undangannya.” Dia menyerahkan lembaran kertas putih dan berpita emas itu pada putra sulungnya.
Kaisar menerima undangan itu dengan ragu. Seolah ada yang mencegah agar hatinya tidak terluka. Namun, sebagai pria sejati sudah seharusnya dia siap menghadapi situasi apa pun, apalagi Kaisar sudah menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian yang menempa fisik dan mentalnya dengan keras.
Kaisar membaca inisial nama di sampul undangan ada huruf D dan R di sana. Jantungnya langsung berdebar kencang. Rasa nyeri mulai menjalar di hati.
Dengan pelan, Kaisar membuka undangan tersebut lalu membaca nama kedua mempelai, Anindita Kusuma dan Narendra Daneswara. Seketika Kaisar terpaku, memandang nama gadis yang selama ini mengisi hatinya. Senyum dan tawa yang tadi menghiasi wajahnya, langsung menghilang. Sorot matanya tampak sangat terluka. Penantiannya selama ini ternyata sia-sia.
***
Dua tahun sebelumnya.Kaisar terbangun saat mendengar suara gerbang rumah dibuka. Netranya memicing, melihat jam digital di atas nakas. Pukul 9.00 pagi. Berarti dia sudah tidur selama 4 jam karena baru terlelap usai salat Subuh begitu pulang dari dinas.
Kaisar memutuskan bangkit untuk melihat siapa yang membuka gerbang. Tirta tadi pagi pamit kuliah sampai siang, jadi pria itu di rumah sendiri karena hanya tinggal berdua dengan adiknya. Dengan rambut yang sedikit berantakan dan muka bantal, dia keluar dari kamar.
Betapa terkejutnya Kaisar saat mendapati adiknya masuk rumah bersama seorang gadis yang cantik. Dia pun tersenyum setelah menjawab salam dari sang adik.
“Kenalin ini teman baikku, Mas,” ucap Tirta seraya menunjuk gadis yang datang bersamanya.
Kaisar mendekat lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan gadis itu. “Kaisar.” Dia memperkenalkan diri dengan senyum ramah.
“Alesha,” sambut sang gadis yang juga tersenyum dengan manis.
“Aku ke dalam sebentar ya, Sha,” pamit Tirta yang meninggalkan sang kakak dengan sahabatnya di ruang tamu.
“Ayo, duduk dulu.” Kaisar mempersilakan sang tamu untuk duduk. Dia berusaha bersikap ramah sebagai tuan rumah walaupun itu tamu adiknya.
“Terima kasih, Mas.” Shasha pun duduk, kemudian diikuti oleh Kaisar.
“Satu jurusan sama Tirta?” Kaisar memecah keheningan di antara keduanya. Mereka sama-sama canggung karena baru pertama bertemu.
“Iya, Mas,” sahut Shasha seraya menganggut.
“Maaf kalau mukaku bantal banget. Baru tidur habis Subuh. Ini tadi kebangun karena dengar suara gerbang dibuka.” Kaisar merasa tak enak hati pada tamunya karena penampilannya yang tak keruan.
“Enggak apa-apa, Mas. Santai saja. Maaf kalau kedatangan saya malah mengganggu waktu istirahat Mas Kaisar,” ujar Shasha yang jadi semakin sungkan.
Kaisar tersenyum. “Enggak ganggu kok. Sudah lumayan tadi tidur empat jam.”
“Dinas di mana sekarang, Mas?” tanya Shasha sambil menunggu Tirta kembali ke ruang tamu.
“Sementara ini masih di Prambanan,” jawab Kaisar.
“Memang biasa ya polisi pindah-pindah tugas?” celetuk Shasha.
Kaisar menganggut. “Iya, buat penyegaran. Pimpinan yang menjabat saja biasanya hanya satu atau dua tahun setelah itu diganti yang lain.”
“Berarti Mas Kaisar termasuk pimpinan juga nih jadi sering pindah tugas,” tebak Shasha.
Kaisar tertawa kecil. “Baru memimpin beberapa orang, belum banyak,” ucapnya merendah.
“Ayo diminum siropnya, Sha. Lumayan di sini ada sirop, jadi airnya berwarna. Enggak kaya di kos yang cuma air bening,” seloroh Tirta seraya meletakkan dua gelas yang berisi es sirop cocopandan di atas meja ruang tamu.
“Makasih, Ta. Jadi ngerepotin. Biasanya dulu ambil sendiri di kos,” timpal Shasha.
“Kalau sekarang aku suruh ambil sendiri pasti kamu sungkan sama masku,” ujar Tirta yang sudah duduk di sofa.
“Katanya kuliah sampai siang, kok sudah pulang, Ta?” Kaisar bertanya pada adiknya.
“Dosennya ada acara, Mas. Jadi, kasih tugas dikumpulkan minggu depan. Daripada bengong di kampus mending pulang sambil ngerjain tugas,” jelas Tirta.
Kaisar mengangguk. “Ya udah, selamat mengerjakan tugas. Aku mau ke kamar lagi,” pamitnya.
“Ya, Mas,” sahut Tirta.
Baru saja melangkahkan kaki masuk ke kamar, gawainya tiba-tiba berdering dengan kencang. Pria itu kemudian mengambil gawai yang diletakkan di samping bantal. Sejak menjadi polisi, dia tidak pernah menonaktifkan ponselnya meskipun sedang tidur. Sebagai abdi negara, Kaisar harus siap 24 jam untuk dipanggil bertugas, karena itu dia mengatur nada deringnya ke volume tertinggi agar bisa bangun saat sedang terlelap.
Kening perwira polisi itu mengerut saat melihat nama yang terpampang di layar gawainya. Sang sahabat yang meneleponnya. Biasanya Adi akan menghubunginya di luar jam kerja atau saat malam hari, tapi sekarang masih jam kerja. Pasti ada sesuatu yang penting.
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen