All Chapters of Takdir Cinta Perempuan Malam: Chapter 41 - Chapter 50
91 Chapters
Bab 41. Bertemu Diam-Diam
Merry duduk di lantai dengan Dave, putranya yang masih balita, bermain dengan mainan-mainannya. Seorang maid baik hati berdiri di dekat mereka, tersenyum melihat interaksi antara ibu dan anak tersebut. Suara tawa ceria Dave memecah keheningan di ruangan tersebut, menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan.Namun, suasana itu tiba-tiba terganggu ketika Merry mendengar suara Damian yang berbicara dengan serius di ruang sebelah. Suara-suara itu terdengar misterius dan menyeramkan, membuat Merry merasa cemas.Dia mencoba untuk tetap fokus pada permainannya dengan Dave, tetapi tatapan gelap Damian yang sesekali terarah padanya membuatnya merasa tidak nyaman. Meskipun begitu, dia berusaha untuk terlihat seolah-olah tidak ada yang terjadi, memasang senyum palsu di wajahnya.Tak lama kemudian, Damian menghampiri mereka dengan langkah mantap. "Merry, Dave, Maureen," sapa Damian dengan suara yang tenang, tetapi terdengar sedikit tegang.Merry menoleh ke arah Damian dengan ekspresi yan
Read more
Bab 42. Antonio Menghilang
Di dalam mobil yang bergerak tenang, Oliver duduk di kursi pengemudi sementara Merry duduk di sebelahnya. Meskipun hati Merry masih terbebani oleh kekhawatiran akan keadaan ayahnya, kehadiran Oliver di sampingnya memberikan sedikit kelegaan.Oliver menatap Merry dengan ekspresi yang penuh perhatian. "Merry, aku tahu situasinya sedang sulit bagi kita semua, tetapi kita akan menemukan cara untuk menghadapinya bersama-sama," ujarnya dengan suara yang lembut.Mata Merry terdiam sejenak, terpesona oleh kehangatan dalam suara Oliver. Entah bagaimana, kehadiran Oliver selalu mampu membuatnya merasa lebih tenang dan terjaga di saat-saat sulit seperti ini.Merry tersenyum lembut. "Terima kasih, Oliver. Aku benar-benar beruntung memiliki seseorang sepertimu di sampingku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan rasa terima kasih.Oliver tersenyum balas, matanya yang penuh dengan kelembutan memandang Merry. "Kamu juga sangat istimewa bagiku, Merry. Aku akan selalu berada di sini untukmu, apa p
Read more
Bab 43. Kehilangan Mendalam
Merry melangkah perlahan menuju rumahnya, hatinya berdebar-debar. Namun, saat dia tiba di ambang pintu, dia terkejut melihat Damian sudah menunggunya dengan ekspresi cemas yang tak biasa. Tanpa berkata apa pun, Damian segera memeluknya erat, membuat Merry merasa terkejut dengan sikap suaminya yang biasanya tegas dan dingin."Merry, apa yang terjadi? Aku begitu khawatir tentangmu," desah Damian dengan suara gemetar.Merry merasa terpana oleh kehangatan pelukan Damian. Namun, dia juga merasa bersalah karena telah membuat suaminya khawatir. "Maafkan aku, Damian. Aku hanya pergi sebentar untuk menyelesaikan urusan pekerjaan," ujarnya dengan ragu.Namun, Damian tidak mendengarkan penjelasannya. Sebaliknya, dia hanya mendekap Merry erat dan mulai menciuminya dengan penuh gairah. Merry merasa bingung dengan perubahan tiba-tiba dalam perilaku suaminya. Namun, sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, Damian sudah mengajaknya ke dalam kamar.Mereka melewati ruang tamu yang ramai dengan oran
Read more
Bab 44. Celaka
Mendung masih menyelimuti awan hitam yang rintiknya masih deras membasahi tanah pemakaman. Merry tampak cantik dengan pakaian serba hitam yang ia lengkapi dengan kacamata hitam.Semua mata tertuju padanya. Ia menaburkan bunga di atas pemakaman sang Ayah dengan penuh kasih. Diikuti oleh Damian, pria itu melakukan hal yang sama. Meraih keranjang penuh bunga warna-warni dan menaburkannya. Tiba saatnya giliran Oliver.Namun, sebelum Oliver bisa melangkah maju, Damian mendekatinya dengan wajah yang keras. "Kamu tidak punya hak untuk menaburkan bunga di sini," ujarnya dengan nada tajam.Merry mendengar pernyataan Damian dan segera membalas, "Tidak, Damian. Siapa pun yang hadir di pemakaman ini, bahkan jika mereka tidak mengenal Ayahku, berhak menghormatinya dengan menaburkan bunga."Namun, Damian tetap keras kepala. "Tidak ada hubungan antara kalian berdua. Dia tidak punya hak di sini!" serunya semakin keras.Kata-kata Damian menimbulkan gemuruh di antara kerumunan yang hadir. Beberapa or
Read more
Bab 45. Penyelidikan
Merry menatap cermin dengan wajah tegang. Rambut panjang cokelatnya telah digantikan oleh potongan rambut pendek yang stylish, sementara warna cat rambutnya telah berubah menjadi pirang. Dengan busana yang lebih mencolok dan make-up yang dramatis, dia hampir tak dikenali.Dia menelan ludah, menarik napas dalam-dalam, dan mengumpulkan keberanian untuk melangkah ke bar tempat Damian sering menghabiskan waktu. Ketika dia melangkah masuk, pandangan semua orang langsung tertuju padanya. Namun, dia tak gentar. Ini adalah bagian dari rencananya.Damian duduk sendirian di sudut bar, dikelilingi oleh sekelompok wanita yang tampak bersemangat. Mata Merry menyapu ruangan, mencari posisi terbaik untuk mendekati suaminya tanpa terlalu mencolok.Setelah menemukan sudut yang tepat, Merry mendekati Damian dengan langkah percaya diri. "Permisi," sapanya dengan suara yang lembut namun tegas.Damian menoleh dan matanya melebar kaget saat melihat wanita cantik yang berdiri di hadapannya. "Oh, maaf,
Read more
Bab 46. Tuduhan
Merry menatap Eric dengan mata yang memancarkan ketidakpercayaan. "Apa yang kamu katakan?" desisnya, suaranya penuh dengan ketegangan.Eric menelan ludah, mencoba untuk menjelaskan. "Merry, aku tahu ini sulit untuk dipercaya, tapi Damian... dia memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang kita pikirkan. Dia... dia terlibat dalam kematian ayahmu," ucapnya dengan suara terbata-bata.Merry menggelengkan kepala, tidak percaya pada apa yang ia dengar. "Tidak mungkin. Damian adalah suamiku. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu," protesnya keras.Eric mengangguk tegas. "Merry, aku juga tidak percaya pada awalnya. Tapi bukti-bukti yang aku temukan tidak bisa dipungkiri. Damian memiliki motif untuk membunuh ayahmu," jelasnya, mencoba meyakinkan Merry.Mata Merry berkaca-kaca, ia merasa seperti dunia ini tiba-tiba runtuh di sekelilingnya. "Tapi... Veronica?" tanyanya, mencoba mencerna semua informasi yang diberikan Eric.Eric menghela napas. "Veronica adalah salah satu pengikut setia
Read more
Bab 47. Pertengkaran
Hari semakin sore saat Sebastian dan Merry tiba di rumah sakit.Namun, sebelum mereka sempat masuk, mereka dihadang oleh Damian yang penampilannya acak-acakan, menunjukkan tanda-tanda kegelisahan yang jelas.Tanpa ragu, Damian langsung menarik lengan Merry dengan kasar, ekspresinya penuh kemarahan."Merry, apa yang kau lakukan di sini?" desis Damian dengan suara bergetar.Merry menatap suaminya dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan keteguhan."Aku datang untuk mengunjungi Oliver. Dia masih dalam pemulihan," jawabnya dengan mantap, meskipun hatinya berdebar kencang.Damian merengut, menatap Merry dengan pandangan yang tajam."Kau seharusnya berada di rumah, bukan di sini. Aku tak pernah melihatmu sepanjang hari," ujarnya dengan nada tajam.Merry membela diri, menegaskan bahwa dia tidak bisa duduk diam di rumah ketika suaminya sendiri tidak pulang."Kau tidak ada di rumah, Damian. Aku tidak bisa tinggal di rumah sendirian," ujarnya dengan suara gemetar.Damian semakin kesal, m
Read more
Bab 48. Melarikan Diri
Merry merasa seperti terperangkap dalam labirin kegelapan yang tak berujung.Dikurung dalam kamar selama seminggu itu terasa seperti siksaan yang tak berkesudahan baginya.Setiap hari, ia harus menanggung penderitaan yang tak terkatakan, dipaksa memenuhi keinginan suaminya yang kejam.Di balik pintu kamar yang terkunci rapat, Merry merenung tentang kehidupannya yang terasa semakin suram.Ia merindukan Dave, putranya yang belum pernah lama ditinggalinya. Setiap isak tangis yang keluar dari bibirnya adalah ungkapan rindu yang tak terucapkan.Saat Damian masuk ke dalam kamar, rasa takut dan kebencian segera menyelimuti Merry."Apa lagi yang kau inginkan dariku?" tanyanya dengan suara penuh keputusasaan.Damian hanya menatapnya dengan dingin."Kau tahu persis apa yang kuinginkan," jawabnya dengan nada tajam.Merry menatap suaminya dengan penuh kebencian."Aku tak bisa terus menerima perlakuanmu seperti ini. Kau telah memperlakukanku seperti budakmu sendiri!""Diam!" Damian menggeram."Kau
Read more
Bab 49. Jika Tidak Denganku, Maka Jangan Harap Dengan Siapapun
Di tengah keramaian pusat perbelanjaan, Merry tanpa sengaja bertemu dengan Eric. Mereka saling bertatapan, lalu senyuman terukir di wajah keduanya."Eric, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Merry dengan senyuman hangat.Eric menghampirinya dengan langkah mantap. "Aku sedang berbelanja dan tiba-tiba saja melihatmu di sini, Merry. Kau terlihat begitu cantik."Merry tersenyum malu-malu. "Terima kasih, Eric. Kamu juga terlihat tampan hari ini."Eric menatap Merry dengan penuh arti. "Merry, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sudah lama aku menyimpan perasaan ini. Aku mencintaimu, Merry. Sejak pertama kali kita bertemu, aku tahu bahwa kamu istimewa bagiku."Merry terkejut mendengar pengakuan Eric. Wajahnya memerah, namun senyum tetap terpancar dari bibirnya. "Eric, itu begitu tiba-tiba. Aku tidak tahu harus berkata apa."Merry mengangkat tangan, menggenggam tangan Eric dengan lembut. "Eric, aku menghargi perasaanmu, tetapi aku harus jujur. Aku sudah bersuami dan memiliki seorang p
Read more
Bab 50. Menemui Elena
Merry memasuki penjara dengan hati-hati, berusaha menghindari tatapan yang bisa mengkhawatirkannya.Ia membawa sebuah buket bunga mawar putih, harapannya agar dapat sedikit meringankan beban ibu tirinya, Elena, di balik jeruji besi.Dalam upaya untuk tidak dikenali, Merry mengenakan mantel panjang hitam dan menyembunyikan rambut panjangnya di bawah topi lebar.Setelah melewati proses pemeriksaan, Merry berjalan menuju ruang tahanan, hatinya berdebar-debar.Begitu tiba di sana, dia meminta izin untuk bertemu dengan Elena. Sipir yang bertugas memberinya pandangan curiga, tetapi setuju untuk mengabulkannya."Siapa yang ingin kamu temui?" tanya sipir dengan suara datar."Merry, saya ingin bertemu dengan Elena," jawab Merry dengan mantap, mencoba menahan getar kecemasan di dalam dirinya.Sipir itu meneliti daftar kunjungan dan mengangguk."Baiklah, ikuti saya."Mereka berjalan di koridor penjara yang dingin dan suram. Merry merasa gemetar, tapi dia harus tetap kuat untuk Elena. Akhirnya, m
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status