All Chapters of (BUKAN) ISTRI IDAMAN: Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
11. Beradaptasi
  Ketika Bianca keluar dari butik bersama putera-putera Lagrave dan Erina, Bianca keluar setelah membeli 5 buah dress dengan warna-warna dominan seperti biru sapphire dan hijau tua. Ia juga membeli 3 pasang sepatu, beberapa pita rambut yang tidak dihitungnya sama sekali karena Gerald memborong seisi meja, dan beberapa lagi adalah benda yang tidak Bianca ketahui apa karena Gerald dan Olliver memencar kesana-kemari mencarikan barang yang pas untuknya. Jujur saja, daripada mengatakan Bianca lah yang berbelanja, lebih tepat untuk mengatakan kalau Olliver dan Gerald lah yang bersaing untuk menghabiskan uang mereka di sana. Bianca hanya menonton mereka bersama Erina yang lebih senyap dari biasanya. "Erina, apa kau mendapatkan barang-barang yang kau suka?" Bianca bertanya setelah memperhatikan kalau Erina hanya keluar membawa dua buah paperbag, sementara Bianca malah membutuhkan mobil terpisah untuk mengantarkan barang belanjaannya ke rumah.
Read more
12. Kecemburuan
  "Sebenarnya aku memimpikan mendiang ibuku belakangan ini. Jadi..., daripada mengatakan aku menangis karena masalah hidupku dan Gerald, rasanya agak..., tidak tepat? Aku hanya merindukan ibuku." Ucapan Bianca terdengar samar dari balkon lantai dua. Gerald yang berdiri di balik pintu menyimak ucapannya dengan raut yang ambigu. Gerald berniat bersantai dan menghirup udara segar di balkon lantai dua, tadinya. Namun, setelah melihat Bianca dan ibunya sedang bercengkerama serius di sana, langkah Gerald terjeda. Ia bersembunyi dalam bayang-bayang, menyimak perbincangan mereka yang masih berkaitan dengan dirinya. Saat itu, andai saja Erina tidak datang dan hendak menghampirinya, Gerald mungkin saja akan mendengarkan perbincangan Bianca dan Melisa sampai akhir. Namun, karena Erina melangkah mendekatinya, Gerald terpaksa meninggalkan posisinya dan segera membawa Erina meninggalkan balkon lantai dua. Menjauh dari Bianca dan Melisa. Gerald penasar
Read more
13. Kecemburuan (2)
  Bianca mengalami mimpi yang sama untuk kesekian kalinya hari ini. Karena mimpi itu terus menghantuinya, ia terjaga dari pukul dua dini hari sampai pagi. Bianca tidak bisa tidur dengan pemikiran dipenuhi oleh kesedihan. Hatinya seperti ditikam ketika ia mengingat bayangan ibunya di mimpi itu, menghantuinya dengan ekspresi yang sulit terdefinisi. Seakan-akan ia menampung kesedihan di ekspresinya, kerinduan dan keprihatinan. Bianca sampai berpikir, mungkin karena dirinya yang sudah tumbuh dengan payah, makanya mendiang ibunya datang dan menghantui tidurnya. Oke, teori itu Bianca buat karena dia menjadi overthinking saja. Bianca tidak tau mengapa ibunya terus hadir dalam tidurnya, ia juga tidak tau sampai kapan ia akan memimpikan ibunya. Tapi yang pasti..., perasaan yang hadir setelah mimpi itu sudah jelas tidak menciptakan kebahagiaan di hatinya. Ia merasa seperti kebahagiaan telah disedot kering dari tubuhnya, menyisakan ia dalam kerangka yang hampa dan
Read more
14. Prioritas Utama
Tadi pagi, ketika Gerald berangkat bersama Olliver ke kantor, ia tidak bisa menahan dirinya dan menanyakan kejanggalan sikap Olliver dalam memperlakukan Bianca, wanita yang omong-omong adalah istri Gerald. Gerald saja tidak bersikap sok ramah kepada Bianca, mengapa malah Olliver yang memberikan gadis itu sapaan dan keramahan yang berlebihan? "Seingatku, kau bukan tipe pria yang peduli pada perempuan sampai segitunya. mengapa kau tiba-tiba memperlakukan Bianca seperti tadi? Apa Ibu ada memaksamu melakukan itu?" "Kalau kau tau aku tipe pria seperti apa, kau pastinya tau kalau aku tidak akan pernah menuruti permintaan Ibu kalau itu tidak masuk akal, kan?" Jawaban Olliver lebih seperti ejekan. "Haaa..., terus? Kenapa kau tiba-tiba bersikap ramah seperti tadi?" Olliver di mata Gerald, bukanlah sosok yang baik hati. Meskipun Gerald yang dijuluki berhati dingin di antara mereka, menurut Gerald, yang lebih dingin sudah pasti kakaknya terseb
Read more
15. Stress
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Bianca duduk di depan meja riasnya, mematut penampilannya di cermin sementara Junie menyisir rambutnya dan memberikan ia pijatan ringan di kepala. Mungkin karena Bianca sudah menghapus makeup di wajahnya dan hendak tidur, kantung matanya yang tertutup concealer sepanjang hari, menjadi sangat kentara di cermin. Ini memalukan. Bahkan di hari-hari ketika ia kerap berdebat dan berujung dipukul oleh Warren, penampilan Bianca tidak pernah seterpuruk ini. 'Haruskah aku pergi ke spa?' Bianca memikirkan solusi untuk tubuhnya yang terasa begitu tegang belakangan ini. Selama ia membiarkan Junie bermain dengan rambutnya, ia dikejutkan oleh dobrakan di pintu kamarnya. Untuk kesekian kalinya, pikir Bianca, sosok yang tidak tau sopan santun itu lagi-lagi mendobrak kamarnya. Bianca terkejut pada bunyi keras yang pria itu ciptakan, tapi tidak terkejut sama sekali kalau Gerald lah yang datang. "Junie, bisa kau tinggalkan kam
Read more
16. Tidak Begitu Buruk
"Mengapa kau masih di sini?" adalah pertanyaan yang keluar dari bibir Bianca begitu ia memperhatikan Gerald menghampiri tempat tidurnya sambil menyeret bangku dari meja riasnya. "Aku adalah suamimu, bukankah adalah kewajaran kalau aku berada di sisimu ketika kau lemah tak berdaya seperti sekarang, istriku tercinta?" Jawaban Gerald lebih seperti sindiran, Bianca memijit hidungnya dengan kejengkelan. "Aku tidak tau kau adalah suami yang perhatian, aku mau menangis." "Jangan menangis. Kau tidak punya energi yang cukup untuk itu." Kendati suaranya seperti cebikan, Gerald mengatakan kebenaran. Bianca seharusnya tidur saja sekarang. Kenapa gadis itu malah terjaga dan mengajaknya berdebat? "Gerald Lagrave..." Bianca berucap sambil menatap kepada Gerald yang kini duduk di bangku yang dia bawa. Pria itu duduk di samping tempat tidurnya, bersilang kaki sambil memperhatikan Bianca. Sebuah buku berada di pangkuannya, hendak ia baca andai saja
Read more
17. Syok
Olliver sedang menuju kamar Bianca ketika ia menemukan Junie keluar dari kamar nonanya tersebut. Melihat kedatangan Olliver, Junie pun menyapanya dengan gestur hormat dan sopan. "Selamat pagi, tuan Olliver." "Hmm, selamat pagi. Di mana Bianca? Apa dia sudah bangun?" "Oh..., Miss. Bia masih beristirahat sekarang." "Haruskah aku membangunkannya?" Ide itu muncul di benak Olliver begitu saja. Ia membayangkan kalau Bianca akan sangat tersipu bila dibangunkan olehnya. "Maafkan aku, tuan Olliver." Junie segera membatasi langkah Olliver. "Aku tidak bermaksud melarangmu, tapi..., tuan Gerald mengatakan untuk tidak membiarkan siapa pun masuk." "Gerald?" "I-iya." "Apa Gerald di dalam?" "Begitulah." "Sejak kapan?" "Tadi malam." "Tadi...., malam? Apa Gerald sudah berada di sini sejak tadi malam? Dia..., tidur di sini?" "Oh..., uhh, begitulah." Olliver agak terkesiap setelah me
Read more
18. Mengapa?
  Menurut Gerald, dirinya yang menjaga Bianca ketika gadis itu jatuh sakit adalah sebuah kewajaran. Itu adalah tindak kemanusiaan, tidak lebih dan tidak kurang. Gerald tidak pernah menganggap kalau membantu Bianca adalah suatu aksi fenomenal yang perlu membuat seluruh anggota keluarganya, termasuk Erina, menjadi terpana. "Aku hanya membantu Bianca karena dia sakit malam itu. Aku tidak tau kenapa kalian bereaksi berlebihan." Gerald menyuarakan ketidak-nyamanannya setelah Melisa dan Olliver terus menggodanya mengenai topik yang sama. Demi Tuhan, tiga hari sudah berlalu, mereka tidak perlu begitu terpaku pada masalah sepele! "Masalahnya, kau yang 'membantu' orang lain adalah kelangkaan, kan? Hmmm, aku mencium aroma musim semi datang lebih awal untuk adikku." "Haruskah Ibu mempersiapkan kamar untuk cucu Ibu?" "Itu ide yang bagus, Ibu...," "Pfft..." Gerald terkekeh besar, "Kalian terlalu delusional, bukan? Cucu? Itu lelucon yang me
Read more
19. Pembelajaran.
Hati Gerald terasa begitu lapang tat kala Bianca yang sempat meringkuk tak berdaya di dekapannya, kini telah berdiri dengan kedua kakinya sendiri, kembali memamerkan ekspresi arogan yang menjengkelkan dan kembali menciptakan permasalahan yang tidak perlu di sana-sini. Gerald merasa lega, setidaknya, ia tidak perlu membenci gadis itu dengan perasaan bersalah mencubit dadanya, ia tidak perlu merasa berdosa karena Bianca bukan gadis baik-baik yang pantas menerima simpatinya. Seperti pagi ini saja, tepat ketika ia kembali hadir di antara mereka, gadis itu langsung menciptakan masalah pada Erina. Dia membuat seolah-olah dirinya tak berdosa, dan membuat Erina seperti penjahat. Padahal, Erina bukan gadis yang seperti itu. Erina adalah malaikat dalam wujud manusia. Dia mungkin salah dalam cara penyampaian ucapannya, tapi itu tidak berarti dia berniat melukai Bianca dengan kata-katanya. 'Gadis itu benar-benar..., jika aku tidak ada di sini, apa dia akan membully Erina lagi?' Gerald membatin
Read more
20. Makan Malam Harmonis
Pesta makan malam untuk menyambut Warren Dawson sebagai bagian keluarga Lagrave akhirnya tiba. Seperti perjamuan untuk menyambut raja, meja makan panjang di ruang makan dipenuhi oleh beragam makanan mewah yang menggiurkan. Saliva Bianca berkumpul di mulutnya begitu ia memperhatikan satu-persatu menu dibariskan rapi ke atas meja oleh pelayan di sana. "Apa ada yang tidak kau sukai, Miss?" Junie bicara sambil memperhatikan nonanya yang hadir lebih jelita dari biasanya. Surai hitamnya yang panjang terjalin manis ke belakang, dihias oleh aksesoris pita berwarna biru, menyesuaikan warna gaun malam yang ia kenakan. Bibir ranumnya tersapu oleh warna merah muda tipis yang membuat wajahnya lebih natural dan muda, perona di pipinya, eyeshadow di matanya, Bianca sudah seperti mahakarya. Junie kagum pada karyanya, kagum pada keindahan Bianca yang mampu membuat bakat makeup Junie menjadi tidak sia-sia. "Semuanya sempurna, Junie. Aku sampai merinding." Ketika situasi berjalan terlalu baik, bukan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status