Lien Hua tercengang dengan kecepatan tangan Zhan An yang luar biasa, entah kapan pisau kecil yang berada dipinggangnya telah dirampas dan melesat ke leher pencuri itu. "Zhan An? Apa yang kau lakukan? Yeye sedang menginterogasinya?!" sergah yeye melihat perbuatannya. "Dia melototiku, aku takut, jadi tidak sengaja aku ...." Pemuda itu berlari memeluk yeye dengan tubuh gemetaran. "Ya ampun. Apa kau takut? Tidak apa-apa Zhan An, Yeye bersamamu di sini. Semua baik-baik saja." Pria tua itu mendekap erat sambil mengelus punggungnya. "Li, bereskan semua. Aku tak ingin cucuku trauma melihat ini semua." Dia membimbing tubuh lemas Zhan An dan membawanya masuk ke rumah.Arumi menghampiri Lien Hua yang masih mematung, tampaknya dia terlalu syok dengan kejadian tadi, "Hei, sadarlah Lien Hua," tepuknya di pundak gadis itu. "Arumii ... Kau ... Kau lihat, kan tadi?" tanyanya tergagap. "Aku melihatnya.""Bagaimana bisa ... Dia .... ""Tenangkan dulu dirimu." Arumi menggandengnya masuk ke rumah se
"Semua persiapan sudah selesai, Tuan." wajah pria itu menunduk, sepasang tangannya beradu, tangan kiri membentuk kepalan dan tangan kanannya sementara tangan kiri terbuka lurus. Mata pria yang duduk di singgasana merah itu melebar, netra merah yang dimilikinya berkilau penuh gairah, "Bagus," sahutnya melemparkan senyum tipis "Aku penasaran, kemana lagi dia akan melarikan diri." Tubuh besar itu menyender nyaman. "Aah, Tiba-tiba aku merasa haus. haruskah kita berpesta hari ini," ujarnya memandang pria botak yang melapor dengan kaki separuh tulang. Mendadak sunyi, sekumpulan pria yang datang bersama pria botak semakin menundukkan kepala. Aura ketakutan yang mencekam sanggup membuat bulu kuduk merinding. "Ada apa dengan kesunyian ini, Uh, ini tidak menyenangkan," keluhnya merasa tak ada tanggapan. "Mereka sedang bertugas, ada baiknya mereka mempersiapkan semua agar lebih matang."Sorot mata syukur dan terimakasih memenuhi pandangan Yongshen. Sebagai wakil pimpinan dia sangat mengert
Mata Zhan An menatap tajam benda itu, "Yeye, itu ....""Benar. Kau ingat kristal yang dulu menghilang? akhirnya dia kembali."PLAK! Lien Hua menepis tangan Zhan An yang terangkat hendak mengambil kotak kayu. "Bola matamu terlalu berbinar. Jangan-jangan kau yang merencanakan penyerangan di tempat ini. Kau bahkan tidak terluka sedikitpun," cerca gadis itu menatap sinis Zhan An seakan hendak mengulitinya. Sungguh aneh pemuda itu kelihatan rapi di saat semua pakaian mereka hampir semua terbakar walau sedikit, wajah paman Li juga terlihat sedikit menghitam, Rambut panjang Yeye sedikit terbakar dan tangan serta kaki Lien Hua menyisakan bekas merah. Sedangkan dia? wajah dan tubuhnya terlihat sangat bersih. Sontak Arumi menatapnya, benar juga, ketika mereka semua dalam keadaan kacau balau pemuda itu masih terlihat glowing. hanya kakinya saja yang masih berlumur lumpur. ck. setidaknya dia bisa berpura-pura terluka kalau ingin bersandiwara dengan benar. "Aku?tidak!." Zhan An mengangkat tang
Setelah mengoyak roti menjadi potongan kecil, pria berambut perak memasukkannya ke dalam mulut dengan hening. "Cobalah bertahan hidup, lakukan demi dirimu sendiri, kalau itu belum cukup lakukan demi aku karena kau berhutang nyawa padaku. tapi kalau itu masih juga kurang. lakukan demi dendammu." ujarnya dengan penekanan. Dendam. mungkin itu bukan kalimat yang pas diucapkan saat ini, karena Sejak kekasihnya menusuknya dengan pisau, saat itu jiwanya telah mati. Memang pisau itu hanya belati kecil biasa namun racun yang melumurinya sanggup membunuh seekor naga. Tubuhnya yang sekarat terselamatkan setelah Syaoran meminta bantuan pada Siluman Lintah. Lintah. nama yang sangat pantas disampirkan pada makhluk biadab itu karena hidupnya sebagai parasit dan pemangsa. Dia ingat betul saat perempuan berleher panjang dengan mulut yang lebar bersedia membantu dengan syarat meminta kekekalan tubuhnya. Karena tidak ingin pemuda berambut perak itu mati, dia mengabulkan permintaan siluman Lintah da
Wanita cantik itu berkali-kali menatap pintu, kegelisahan terlihat jelas dari air mukanya. Langkahnya mondar mandir seiring helaan nafasnya. "Tenanglah istriku. " Yintian mengomentari istrinya Li wei yang terlihat begitu tidak sabaran. "Aku tidak bisa tenang, kenapa belum ada kabar dari anak itu." Sekali lagi Li Wei mengintip ke luar. Berharap sosok yang dinantikannya menunjukkan wajah. "Anak itu memang tidak bisa diharapkan," gerutunya sembari duduk di sebelah Yintian. "Jangan berkata seperti itu, Bila dia mendengarnya itu akan membuatnya sakit hati," tegur Yintian. "Kalau saja cahaya itu mampu membantu She Xian tantu aku tidak kesusahan seperti ini, ternyata sakit yang dideritanya membutuhkan sesuatu yang lebih kuat.""Kau akan membunuhnya? mengulangi hal yang sama sepertiku?" Yintian menatap istrinya perih, "Ambil saja milikku. tokh ini sejatinya bukan hakku." lanjutnya dengan mimik wajah bersalah. "Tidak, Sayang. Tidak ada yang lebih berhak memilikinya selain kamu." Li wei m
Hari ini Kediaman Yeye tampak sibuk, setelah peristiwa hilangnya Amethyst untuk kedua kali, Dia berinisiatif memanggil ke dua saudaranya untuk membicarakan masalah itu. Pria pertama bernama Qui, kakak pertama dari yeye itu bermata sipit dengan kumis putih panjang seperti kumis lele. Menggunakan hanfu putih bersih. Pria itu tampak serius dengan kening berlipat. Pertama kali bertemu Arumi matanya langsung menatap tajam, Arumi sempat merasa ketakutan karena pria tua itu terus menatapnya secara terang terangan. Pria kedua bernama Chyou, sesuai namanya yang berarti rupawan dan tenang bagai musim gugur, pria itu kelihatan masih sangat tampan walau sudah berumur, jika dilihat dengan seksama, tidak akan ada yang pernah menyangka jika dia adalah kakak kedua Yeye. Berbanding terbalik dari Qui yang tampak serius dia tampak tenang menikmati teh hangat yang disajikan paman Li, berkali-kali dia mengayunkan tangannya menghirup uap panas dari aroma teh hijau, "Pesona Li memang tidak pernah pudar,
"Ada apa, Nak?" Melihat air muka Zhan An berubah, Li Wei yang memang sedang menanti-nanti benda yang dibawanya bertanya pelan. "Tidak, Ibu. Aku memang ingin menunjukkan sesuatu yang penting," jawab Zhan An mengulas senyum. Dia membuka telapak tangan lalu muncullah pedang hijau miliknya. "Ada apa dengan pedang ini?" "Lihatlah di belakangnya". Zhan An menggeser pedang miliknya dan tampak pedang dengan siluet biru. Zhan An menyimpan pedang miliknya lalu meletakkan pedang biru di depannya. Pedang langit!" seru Yuwen terkesima, dia sering mendengar kehebatan pedang langit namun baru berkesempatan melihatnya saat ini. Pedang bercahaya biru, dengan ukiran kilat menyambar di bagian gagang dan ujung pedang yang sedikit bergerigi, dikisahkan pedang ini terbuat dari gigi naga langit sehingga dapat menghancurkan apa saja dengan mudah. Begitu pandai Zhan An menyembunyikan pedang langit di dalam pedang miliknya sehingga tidak dapat terdeteksi karena tertutup aura hijau. "Apa kau yakin?" tanya
"Apa maksudmu Kakak pertama?""Istilah yang digunakan untuk Kemampuan melihat yang luar biasa, kemampuan ini hanya diberikan pada seseorang yang istimewa, dimana kau temukan gadis itu, Yuze?""Aku menemukannya tidak sadarkan diri di kolam teratai di belakang klinik. Aku tidak tahu keluarganya."Di kolam teratai? apa telah terjadi sesuatu pada gadis ini? apa itu sesuatu hal yang mengancam jiwa? "Jadi siapa orang tuamu, Nak dan darimana asalmu, coba kau jelaskan kepada kami." Arumi merasakan tepukan ringan di pundaknya, dia mengangkat dagu, menatap wajah pria tua yang menatapnya ramah. Apakah ini waktu yang tepat untuk menceritakan tentang dia yang sebenarnya, disaat semua orang percaya dan perduli padanya. "Apakah, kalian akan percaya pada apa yang akan ku katakan?""Tentu, kami mempercayaimu. Percayalah. Kami akan melindungimu." Arumi menelan ludah, "Sebenarnya aku bukan berasal dari wilayah ini.""Lalu kau berasal darimana? kota Yangzhou atau kota lain?"Arumi menggeleng, mencari