Ibu Tini menoleh pada putrinya, dahinya berkerut dalam. Ia mengangkat wajah ke langit malam, memandang bintang-bintang yang biasa dijadikan petunjuk arah."Ini tidak wajar," gumamnya. "Sudah sekitar satu jam kita berjalan, seharusnya kita sudah sampai.”Tini mengangguk, kakinya sudah lelah dan nyeri. Gendhuk dalam gendongan ibunya mulai gelisah meski masih tertidur.Ibu Tini menarik napas panjang. "Kita coba berjalan sekali lagi. Kalau masih bertemu pohon beringin tua ini, itu tandanya kita harus kembali."Mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah waspada. Sembari berjalan, ibu Tini meminta, "Ceritakan pada Simbok, apa saja keanehan di rumah itu, Tin. Dari awal, semuanya yang bisa kamu ingat."Tini mulai bercerita, Ibu Tini mendengarkan dengan saksama, wajahnya semakin tegang. Matanya melirik was-was pada cincin di jari Tini yang berpendar aneh dalam kegelapan, nyalanya tidak wajar."Kalau Tuan Ario itu aneh pas malam," ujar ibunya pelan, wajahnya tampak berpikir keras, "lalu bagai
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-16 อ่านเพิ่มเติม