Langkah Tumini terhenti mendadak. Nada menuntut dalam suara Tini membuatnya tak bisa berlalu begitu saja. Bagaimanapun, perempuan itu keponakannya.Dengan helaan napas lelah, Tumini mengusap anak rambut yang bandel mencuat ke dahinya, lalu berbalik mendekat. Wajahnya campuran antara lelah dan kesal."Sudah to, Tin!" Suaranya rendah dan jengkel. "Jangan banyak tanya. Kerjakan tugasmu, di luar itu—sudah, jangan penasaran. Kamu ini …."Ia mendekat lagi, suaranya semakin pelan. "Mbok De paling anti bawa orang kerja yang masih muda. Kayak kamu sama Jumiati itu—kebanyakan tanya. Kalau bukan karena keluarga, Mbok De tidak akan mau bawa kamu ke sini."Tini terdiam, mulai merasa bibinya menyembunyikan sesuatu."Lagipula," Tumini melanjutkan, rumah ini kan memang dekat hutan, rumah paling jauh di kampung ini, memang sesekali terlihat ular, sudah biasa. Mereka tidak akan menggigit kalau tidak digang—.""Tapi kalau tidak sengaja terinjak?” Tini tak bisa menahan diri untuk tidak memotong. "Tidak mu
Last Updated : 2023-07-30 Read more