All Chapters of Ibu Susu untuk Bayi Gaib: Chapter 41 - Chapter 50

52 Chapters

41. Sari dan Ayahnya

"Ayo siap-siap," jawab Tumini dengan napas tersengal. "Nyonya Arini tidak mau menunda sampai gelap. Harus sekarang. Beliau lukanya tidak terlalu parah, masih kuat kalau ke tempat Mbah Kiai sekarang. Tuan Ario biar di sini."Tumini menoleh ke sekeliling. "Loh ... bayinya Nyonya Arini mana?""Ada sama bapaknya," jawab Tini."Hah?" Tumini mengerutkan dahi, tampak terkejut.Tini menceritakan sekilas perubahan Tuan Ario—bagaimana ia membela Nyonya Arini, bagaimana ia meminta bayinya untuk digendong.Tumini menghela napas panjang, wajahnya tampak lelah. "Kalau Mbok De ya, mending Nyonya Arini memulai hidup baru saja. Mbok De menyaksikan dari jaman mereka menikah pertama. Kasihan Nyonya Arini diperlakukan kasar terus, dituduh yang tidak-tidak. Masih lagi tekanan batin dengan mertua yang seperti itu."Ia menatap Tini. "Kamu ikut ke rumah Mbah Kiai, Tin. Ayo berkemas. Ambil barang-barangmu."Tini mengangguk. Mereka masuk ke kamar Nyonya Arini.Di dalam, Nyonya Arini duduk di tepi ranjang denga

Last Updated : 2025-10-22

42. Mbah Kiai

Tumirah menarik napas, mengusap lembut bahu putrinya. "Dokter itu tadi yang mengajak Simbok bicara di ruangannya. Dia tanya apa Simbok ini ibu kamu. Ternyata dia bapaknya Gendhuk."Tini mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras."Dokter Tony tadi meminta maaf pada Simbok," lanjut Tumirah. "Bukannya dia tidak mau bertanggung jawab. Tapi katanya kamu pergi tidak pamit, tidak meninggalkan alamat lengkap. Selesai—apa tadi namanya, Simbok lupa—dia sampai minta ditugaskan ke sini sambil nyari kamu."Tumirah menatap putrinya dengan tatapan prihatin. "Itu majikanmu dulu kelihatan baik, Tin. Kenapa kamu pergi? Orangnya mau tanggung jawab.""Simbok ini.” Tini berdecak lidah, matanya menyipit. “Saya sadar diri, siapa saya. Orangtuanya memfitnah saya hamil dengan pembantu lain, dan masih banyak lagi. Lebih baik saya membesarkan Gendhuk sendiri daripada menikah dengan keluarga seperti itu, bisa-bisa nasib saya dan anak saya nanti seperti kita, dimusuhi keluarga bapaknya."Tak lama, pintu terbuka.

Last Updated : 2025-10-22

43. Masalah Hati

Tini yang sedang duduk di belakang bersama ibunya mulai bergetar hebat. Matanya menatap kosong. Lalu ia berdiri dengan gerakan tidak wajar, terlalu gemulai seperti seorang penari.Tini mulai menari, tarian kuno yang gerakannya aneh, tidak seperti tarian Jawa biasa. Tangannya meliuk-liuk seperti ular, kakinya melangkah dengan pola yang rumit, mirip tarian yang dilakukan Nyonya Arini di sendang.Mata Anthony melebar, ia bangkit hendak menghampiri tapi ditahan oleh santri.Sementara itu, Ario dan Arini hanya muntah-muntah—cairan hitam keluar dari mulut mereka yang ditampung dalam ember kecil, menciprati lantai kayu. Badan mereka menggigil hebat meski udara tidak dingin.Istri Mbah Kiai—perempuan paruh baya berkebaya dan berkerudung panjang, dan anak perempuan Mbah Kiai yang berusia dua puluhan tahun bergegas membantu mengendalikan Tini. Mereka memegang tangan Tini yang terus bergerak liar, mencoba menenangkannya dengan bacaan doa.Tini berteriak, suara yang bukan suaranya, dalam dan men

Last Updated : 2025-10-23

44. Mas Tono

Mbah Kiai tampak terkejut. Begitu juga Tumirah yang menghentikan usapannya di punggung Tini."Loh, terus ceritanya bagaimana?" tanya Mbah Kiai bingung. “Tuan Tony terlihat seperti orang baik begitu?”Tini menghela napas panjang. Ia menatap ke lantai lagi, mengumpulkan keberanian untuk menceritakan semuanya, rahasia yang selama ini ia kubur dalam-dalam."Dulu waktu kerja di rumah Tuan Tony, saya mengurus neneknya yang sudah jompo," Tini memulai dengan suara pelan. "Nyonya Saridewi. Beliau baik sekali, Mbah. Tidak seperti menantunya—ibu Tuan Tony yang galak."Ia menarik napas, melanjutkan."Tuan dan Nyonya—orangtua Tuan Tony—sibuk kerja. Di rumah hampir tidak ada orang setiap hari, kecuali malam. Malam pun biasanya ada saja acara, membuat mereka keluar lagi. Paling cuma pulang sebentar, ganti baju. Ayahnya Tuan Toni pejabat, ibunya pengusaha."Tini tersenyum tipis—senyuman pahit mengingat masa lalu."Tuan Tony yang paling sayang dengan neneknya. Biasanya sore selalu pulang lebih cepat,

Last Updated : 2025-10-24

45. Serangan Halus

Jantung Anthony berdebar kencang. Suara itu ... mirip sekali dengan suara Tuan Ario. Tapi itu mustahil, pria itu masih di kamarnya, baru saja ia tinggalkan tadi.Anthony menoleh cepat ke arah kamar Tuan Ario di ujung koridor. Pintu masih terbuka, lampu masih menyala dari celah.Ia kembali mendekat ke pintu kamar Tini, telinganya menempel di kayu. Suara itu terdengar lagi, lebih jelas kali ini."Tini ... jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan menjagamu."Anthony mengetuk pintu dengan keras. Tok tok tok.Tidak ada jawaban.Hening.Ia mengetuk lagi, lebih keras. Tetap tidak ada jawaban.Anthony ingin masuk, tangannya sudah menyentuh gagang pintu, tapi ia ragu. Nanti pasti Tini marah dengan kelancangannya dani akan bertambah membencinya.Tapi suara itu...Ia bergegas mencari ibu Tini. Sementara itu, di dalam mimpi Tini seperti berada di sendang—bukan sendang di rumah Nyonya Arini, tapi sendang lain yang lebih indah. Air jernih mengalir dari mata air yang keluar dari moncong

Last Updated : 2025-10-25

46. Nasihat untuk Nyonya Arini

Tumirah berjalan ke pintu, namun sebelum membukanya, ia berbalik dan mendapati putrinya masih duduk saja di tepi kasur dengan tatapan kosong. Suaranya kali ini sedikit lebih tegas, nada yang biasa ia gunakan saat Tini masih kecil dan bandel."Tin ... sholat itu bukannya Tuhan yang butuh kita, tapi kita yang butuh Tuhan."Tini menghela napas lelah, lalu bangkit dengan badan lemas. "Iya, Mbok."Ia mencoba melangkah, tapi susah sekali. Rasanya lelah, seperti habis bekerja seharian tanpa istirahat. Kakinya tak ada tenaga, kepalanya pusing.Tumirah membantu putrinya. "Mandi dulu. Ganti baju. Ayo."Tini berjalan gontai menuju kamar mandi, ruangan kecil di belakang rumah dengan dinding bambu anyaman dan atap genting. Lantainya dari semen kasar yang dingin di kaki, ada gentong tanah liat besar berisi air jernih di pojok, gayung dari batok kayu di bibirnya. Lampu minyak digantung di paku kayu, cahayanya redup dan bergoyang-goyang tertiup angin malam.Tini melepas kebayanya yang basah keringa

Last Updated : 2025-10-26

47. Tentang Ari-Ari

Mbah Kiai pamit pergi—ia akan bermalam di masjid untuk berdoa sepanjang malam, memohon petunjuk atas masalah yang sedang dihadapi keluarga Nyonya Arini. Langkahnya tenang menyusuri jalan setapak menuju masjid yang tidak jauh dari rumahnya.Nyonya Arini masuk ke dalam rumah, Mbok Lastri mendorong kursi roda Tuan Ario mengikuti di belakang. Roda berderit pelan di lantai papan.Di koridor kamar, mereka bertemu dengan Tini. Perempuan muda itu membeku, dadanya berdebar saat bertemu pandang dengan Tuan Ario. Pria itu tersenyum, hanya senyum terima kasih yang sopan, tak lebih dari itu. Senyuman yang wajar, yang tidak mengandung apa-apa. Jauh berbeda dengan Tuan Ario dalam bayangannya.Tapi Tini merasakan sekujur tubuhnya meremang. Seperti ada sensasi aneh yang menjalar dari ujung rambut hingga ujung kaki. Jantungnya berdetak lebih cepat, napasnya sedikit tersangkut.Dan Nyonya Arini—perempuan yang sudah bertahun-tahun hidup dengan hal-hal aneh—bisa melihat perbedaan itu. Ia melihat bagaiman

Last Updated : 2025-10-29

48. Memaafkan Tony

"Jangan dipikir dalam-dalam, Tin. Tono sudah kawin dengan si Tina."Suara laki-laki di dekat telinganya membuat Tini terlonjak dan refleks menampar bahu Toni."Tuan ini sukanya ngagetin!" protesnya kesal.Tony terkekeh—tawa yang hangat dan familiar, tawa yang dulu sering Tini dengar saat mereka masih akrab. Ia meraih tangan Tini yang akan memukulnya lagi."Masih tukang kaget kamu, Tin. Aku kangen kagetmu."Sontak Tini terdiam. Sama diamnya dengan Tony. Mereka saling menatap, mata bertemu mata dalam keremangan cahaya lampu minyak, teringat masa di mana mereka dulu pernah dekat sebagai teman. Masa-masa sederhana saat Tony pulang sore dan mengajak Tini jalan-jalan dengan Nyonya Saridewi, masa-masa saat mereka tertawa bersama tanpa beban.Tini yang tersadar dengan cepat menarik tangannya dan memasang wajah sinis. Ia berjalan melewatinya, tapi Tony menahan lengannya pelan."Tin ... sudahlah ... jangan marah terus. Aku harus bagaimana, biar kamu memaafkan?"Tini berhenti tapi tidak menoleh

Last Updated : 2025-10-29

49. Menggantikan Arini

Tuan Ario melangkah mendekat. Setiap langkahnya lambat, tatapan menghipnotis.Tini ingin mundur. Seharusnya ia mundur, menutup pintu, berteriak memanggil ibunya. Tapi tubuhnya tidak menurut. Ia hanya berdiri di sana, terpaku, menatap sosok yang semakin mendekat.Ario berhenti tepat di depannya, begitu dekat sampai Tini bisa mencium wangi tubuhnya yang memabukkan. Bukan bau obat-obatan atau perban seperti pasien biasa, tapi aroma manis yang membuat kepala Tini mulai berkabut.Jemarinya terangkat perlahan, menyentuh bibir bawah Tini dengan sangat lembut, sentuhan yang membuat seluruh tubuh Tini bergetar. "Kau mau ikut denganku, Tini?"Tini tidak bisa menjawab. Lidahnya kelu. Ia hanya bisa menatap mata kelam itu—mata yang seperti jurang tanpa dasar, yang menariknya masuk, menjanjikan kedalaman yang menakutkan sekaligus penuh rasa penasaran."Ikut denganku, Tini, " bisik Ario, tangannya turun dari bibir, menelusuri garis rahang dengan sentuhan sehalus bulu. "Ke tempat di mana tidak ada y

Last Updated : 2025-10-29

50. Seseorang yang Lebih Berhak Menyebut Istri

Mbah Kiai menatap ibu Tini yang masih menangis di samping tempat tidur. "Bu Tumirah, saya minta izin. Karena Tini sudah menggantikan Arini sebagai istri, dia harus punya seseorang yang lebih berhak menyebutnya istri."Tumirah menatap Mbah Kiai dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak sepenuhnya mengerti, tapi ia percaya pada Mbah Kiai."Apa saja, Mbah," ucapnya pelan dengan suara parau. "Asal Tini bisa kembali. Asal dia bisa hidup."Mbah Kiai mengangguk. "Insya Allah."Fajar itu, semua orang tidak lagi tidur. Semuanya sibuk menyiapkan upacara pernikahan yang sederhana tapi sakral—sesuai syariat Islam, tapi juga adat Jawa tidak ketinggalan.Istri Mbah Kiai dan anak-anak perempuannya memandikan tubuh Tini yang masih tidak sadarkan diri dengan air mawar dan melati. Mereka memakaikan kebaya pengantin berwarna putih gading, kebaya milik anak perempuan Mbah Kiai yang baru saja menikah beberapa bulan lalu.Kain batik motif khusus untuk pengantin dililitkan dengan rapi. Sanggul tinggi dibentuk den

Last Updated : 2025-10-30

1 2 3 4 5 6

SCAN CODE TO READ ON APP