All Chapters of Suami Janda Paling Setia: Chapter 41 - Chapter 50
106 Chapters
BAB 41. MIZLA XIENNA
Pria bodoh itu hanya terdiam mendengarkan aku yang berkali-kali bertanya dan menyudutkannya. Ia sama sekali tidak membela diri."Kinanti tidak perlu kata talak darimu!" Aku menegaskannya sekali lagi.Thomas nampak geram beberapa kali ia menarik nafas kasar. Heran kenapa semenjak tadi dia datang sampai saat ini tidak sekata pun ia menanyakan tentang anak-anaknya. Mungkin dia benar-benar lupa pernah membuat mereka.Aku semakin ilfil dengan Thomas, sungguh ia pria yang buruk menurutku ditambah lagi dengan tidak bertanggung jawab sedikit pun selama ini.Rumah ini tidak besar, ruang tamu, kamar ku dan kamar anak-anak masih satu ruangan lepas. Kalau dapur baru memiliki sekat. Tidak sengaja aku melihat ke pintu kamar anak-anak, aku melihat Mixi mengintip di balik gorden pintu."Mixi!!!" batinku.Sesaat Mixi juga melihat kepadaku, tatapan kami bertemu sekian detik. Ia langsung masuk kembali ke dalam kamar. Kasihan sekali anak i
Read more
BAB 42. AYAH!!!
"Benarkah? Tapi aku sudah tidak peduli lagi sekarang," jawab Kinanti kembali.Aku dan ketiga warga menjadi penonton drama mantan suami istri ini. Sebaiknya aku memang tidak perlu ikut berbicara dulu biarkan mereka menyelesaikan masalah beberapa tahun yang lalu.Aku tidak ingin jika nanti masih ada perasaan belum puas di hati mereka masing-masing. Kalaupun memang ada kesalah pahaman, biarkan mereka menyelesaikannya sekarang.Kinanti memandang padaku, aku pun memandangnya. Aku tersenyun simpul dan berkata, "Tidak apa-apa kau selesaikanlah dulu!"Aku mengerti arti tatapan istriku itu. Ia sedang bertanya pendapatku, aku sengaja mengatakan dirinya harus menyelesaikan masalahnya dulu, tidak perlu terbebani dengan kehadiranku di sini. Aku percaya seratus persen hatinya sudah milikku dunia dan akhirat."Terimakasih, Bang!" Ia membalas tersenyum padaku.Tatapanku beralih pada ketiga warga yang masih berada di rumahku. Aku rasa ini sudah ranah pribadi kami, sebaiknya mereka sudah tidak di sini
Read more
BAB 43. YULIKA CLARA
"Kenapa tidak menungguku pulang dulu, Ayah? Aku ingin melihat wajah ayah aku ingin memeluk ayah sekali saja." Tangisan bocah itu begitu memilukan, tangisan pilu penuh rindu seorang anak yang ditinggalkan ayahnya semenjak usia dua tahun.Ya Allah panjangkanlah umurku, agar si Sholeh bisa merasakan kasih sayangku nantinya. Aku diam, masih terus memperhatikan punggung mungil yang bergetar karena menangis."Aku tidak tahu wajah Ayah aku ingin melihatmu, Ayah!" Ia menekankan setiap kata-kata yang terucap.Kubiarkan ia menumpahkan rasa sesak di dadanya, tak terasa air mataku ikut menetes begitu saja saat mendengarnya. Aku jadi merindukan ayah, ibu dan juga adikku di kampung.Sudah tengah hari, cuaca begitu terik. Aku sudah merasa kepanasan, sedangkan anak itu masih bertahan dengan tangisnya. Akhirnya aku pilih menutupi Yura dengan bayanganku agar ia tidak lagi kepanasan.Aku bergeser dari tempat berdiri semula, sekarang bayanganku sudah membuatnya berteduh. Meskipun aku cukup dekat tapi ia
Read more
BAB 44. GOSIP TETANGGA
Hari ini berlalu begitu saja, sore harinya aku kembali menjalankan aktivitasku seperti biasa. Menjemput pakaian tetangga yang sudah mengirim pesan padaku tadi.Aku menghampiri Kinanti sedang berada di dapur, ia berkacak pinggang sambil menggoreng kerupuk. Aku mendekat lalu memeluk pinggangnya dari belakang. "Sayang, Abang pergi ambil orderan dulu!"Berniat bersikap romantis setelah melalui badai yang dibuat Thomas tadi pagi. Aku bahagia dia memilihku, sama sekali tidak terpengaruh dengan mobil mewah yang dibawa sang mantan suami."Iya, Bang!" Ia melepas tanganku di pinggangnya. "Lepas, ih!!!"Tentu saja ia merasa risih gara-gara tanganku gerakannya jadi tidak bebas. Aku tidak terima tanganku dilepaskan begitu saja, sengaja kupeluk pinggangnya semakin erat dan kusandarkan daguku di bahunya."Abang, nanti kerupuknya hangus!" Ia berteriak dan menampar tanganku.Perlakuan romantis yang aku berikan tidak berjalan dengan mulus, aku malah dapat tamparan dari isteriku tersayang."Udah ah! Gal
Read more
BAB 45. SIKAP CUEK IBU
"Nggak! Bukan begitu," sanggahku. "dia hanya bilang belum menyampaikan talak secara lisan, itu aja!"Semoga gosip tentang Thomas yang masih menganggap Kinanti isterinya tadi tidak tersebar lebih jauh lagi. Takutnya orang akan berkomentar lain tentang pernikahan kami, aku tidak ingin ada masalah lagi.Aku menyalakan becakku dan mulai memutar gasnya, aku mulai berbelok hendak pergi. Biarlah terserah mereka saja, jika aku ladeni bisa sampai tengah malam. Aku teringat masih ada beberapa pakaian yang harus kujemput. "Aku pergi dulu ya, Bu ibu!""Tunggu sebentar, Mas Al!" Seorang di antaranya malah menahan aku di sini.Aku usahakan tetap bersikap ramah karena mereka smua adalah pelanggan ku, aku tidak ingin mereka tersinggung dan memilih menyeterika pakaian sendiri. Akan berdampak buruk pada usahaku.Agaknya mereka belum puas dengan pernyataanku, entah bagian mana yang kurang yang masih ingin mereka ketahui. Mereka masih melanjutkan menginterogasiku."Yang aku tahu, waktu itu Thomas pergi ke
Read more
BAB 46. DUKUNGAN NEYSA
Neysa menjeda ucapannya sejenak. "Mungkin karena Abang nikahin janda, Bang! Anaknya dua lagi!" sambungnya.Apa yang salah dengan janda beranak dua? Yang salah itu nyinyiran para penggunjing."Loh ... yang nikahin janda siapa? Abang 'kan? Kalau ayah yang nikah baru ibu boleh tidak setuju!" ketusku.Aku sudah muak dengan alasan itu. Memang waktu itu Neysa pernah cerita, katanya setelah pesta pernikahanku, ibu diledekin sama saudara-saudaranya karena aku tidak pandai memilih jodoh. Aku yang masih perjaka malah nikah sama janda beranak dua, itu yang menjadi bahan gunjingan, hingga ibu semakin tidak mau menerima Kinanti."Iya juga ya, Bang! Status janda atau duda bukan aib loh! Ya udah, kalau begitu Abang nggak usah pulang, kita lihat aja sampai di mana ego ibu sama ayah!" sungut Neysa yang sekarang malah mendukungku."Emangnya sepenting apa ucapan orang-orang di banding kebahagiaan anaknya? Begitu kan, Bang?" sambungnya seperti meminta pendapatku.Aku jadi ingin tertawa dapat dukungan dar
Read more
BAB 47. BETAPA SULITNYA WAKTU ITU
Keesokan harinya aku terbangun, lalu kami sholat subuh berjamaah. Sebelum pagi menjelang aku dan isteriku telah selesai membuat sarapan.Meja makan telah rapi dengan menu nasi goreng, telur ceplok, goreng tahu dan sambal terasi.Hmmm ... bahagianya setiap pagi seperti ini. Kami telah duduk di kursi biasa kami duduki saat makan, tinggal menunggu anak-anak untuk sarapan. Tak lama terdengar suara menyapa kami, "Selamat pagi, Ibu, Ayah!"Mixi duduk di kursinya, ia hanya datang sendiri tanpa Yura adiknya."Loh ... Yura mana?" Kami kompak bertanya.Aku merasa heran kenapa hanya ada satu bocah, yang satu lagi kenapa tidak ada? Biasanya mereka selalu datang bersama dengan seragam masing-masing.Mixi mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, kami menunggu penjelasan darinya."Masih di kamar, Ibu!" balas Mixi."Dia nggak sekolah?" tanya isteriku yang juga mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng.Mixi menggeleng, lalu menjelaskan pada kami, "Semalam Yura minta aku ceritakan wajah
Read more
BAB 48. LEBARAN
"Ai Mak mertua baru suami awak! ucap wanita itu. Ia lalu memutar kamera ke arah Mas Thomas yang sedang ijab kabul. Rasanya begitu sesak menyaksikan kata sahh suamiku dengan wanita lain."Kali ini Kinanti benar-benar menangis bahunya sampai bergetar hebat. Aku lingkarkan tanganku di bahunya lalu kuusap bahu itu untuk memberinya dukungan."Kau sangat hebat! Bisa melalui semua itu!" aku memujinya dengan tulus.Sudah dapat aku bayangkan bagaimana sakitnya Kinanti kala itu. Pantas saja Mixi tahu itu video pernikahan ayahnya, ternyata wanita dalam ponsel menjelaskan pada Mixi.Anak sekecil itu sudah dipaksa mengerti. Mungkin itu juga yang membentuk karakter Mixi, bocah itu lebih cuek tapi terlihat lebih kuat. Jarang sekali merengek apa lagi mengeluh."Jangan menangis lagi, ada Abang di sisimu! Yang akan menjagamu sampai kapanpun." Aku meraih dagunya dengan tanganku. Kupandang wajah isteriku yang sembab karena menangis, lalu kuhapus air mata di pipinya. Sungguh tak akan aku biarkan air mata
Read more
BAB 49. RENCANA JALAN-JALAN
Tapi aku salut sama ibunya Bang Panji, meskipun anaknya tidak boleh pulang ke kampung tapi beliau masih berusaha menemui anaknya. Bahagianya lebaran bertemu sanak saudara. Berbeda denganku, aku masih boleh pulang kampung, tapi ibuku tidak mengajak aku pulang.Andai saja sepatah kata ibu atau ayah bilang 'pulang, Al'. Meski harus merangkak aku akan pulang.Untuk sesaat aku hanyut dalam lamunanku. Tak lama ada seorang lagi yang mengajakku bicara. "Al, nggak pulang?"Ternyata Mang Ardhan, aku langsung berdiri dan menyalaminya. "Mohon maaf lahir dan batin, Mang!""Iya, mohon maaf lahir dan batin juga, Al! Oh iya kamu nggak pulang kampung?"Mang Ardhan mengulang kembali pertanyaannya. Aku hanya menggeleng pelan lalu mencari alasan, "Lagi mikir pulang ini, Mang! Tapi bawa dua bocah juga."Hanya itu yang dapat kujawab di tengah-tengah orang ramai. Tidak mungkin aku menyebutkan, jika orang tuaku belum menerima isteriku."Nanti ibumu kesini?" Mang Ardhan kembali bertanya.Mang Ardhan memang ti
Read more
BAB 50. KE KOTA
Malam sebelum berangkat kupastikan lagi tujuan jalan-jalan kami pada isteri dan anak-anakku."Gimana? Jadi ke kota saja?" tanyaku, saat kami baru selesai makan malam. Biasanya kami tidak pernah makan malam bersama, karena hari ini lebaran jadi spesial kami makan bersama lesehan di tengah rumah.Anak-anak langsung mengangguk setuju, sedangkan isteriku menatap lama padaku, aku pun membalas menatapnya.Akhirnya ia berucap, "Kalau nanti abak tidak mau menerimaku bagaimana, Bang?"Ternyata ada ketakutan dalam hati isteriku itu, setelah sepuluh tahun tidak bertemu pasti ada rasa risau di hatinya. Terlebih semalam ia mengira, mungkin ayahnya tidak pernah berusaha mencarinya, atau malah mencarinya tapi tidak ketemu."Kalau soal itu Abang juga nggak tahu, Yang! Tapi sebaiknya kita coba temui dulu, Abang rasa abak tidak mungkin menolak cucunya 'kan?"Jika bertemu abak, aku rasa beliau akan menerima Mixi, Yura dan juga si Sholeh. Tidak mungkin ia akan tega menolak cucu kandungnya. Tapi entahlah,
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status