Все главы Suami Janda Paling Setia: Глава 21 - Глава 30
106
BAB 21. RINDU ABAK
Aku menatapnya sendu, masih menunggu ia melanjutkan ceritanya."Dulu ketika aku baru tamat SMA, abak memintaku bekerja. Ia minta tolong dengan sangat, agar aku bisa membantu biaya sekolah adikku yang masih tinggal dua tahun lagi. Aku pun mencari pekerjaan!" Ia menjeda ucapannya sambil menghapus air mata."Terus apa kamu dapat pekerjaan?" tanyaku masih menyimak ceritanya."Aku kerja menunggu toko grosir makanan. Gajinya lumayan besar waktu itu. Semenjak bekerja aku membantu biaya sekolah adikku, abak pun bisa berobat." Ia tersenyum, mungkin membayangkan masa itu.Syukurlah, tadinya kukira karena tidak dapat pekerjaan Kinanti merasa gagal, tapi aku salah. Ia dapat pekerjaan dengan gaji yang lumayan."Abak sakit? Sakit apa?""Abak sakit gula, Bang! Ia sering merasa lelah. Namun demi aku bisa menamatkan SMA, ia tetap memaksakan diri bekerja sebagai tukang bangunan."Aku pun merasa kasihan, membayangkan ayahnya Kinanti yang tetap bekerja dalam keadaan sakit. Aku jadi dapat merasakan lelahn
Читайте больше
BAB 22. SHOLAWAT
Apa-apaan adikku ini. Bukankah tadi sudah aku bilang jangan sampai kinanti tahu.Aku langsung melotot ke arah Neysa. Lalu ku alihkan pandangan ke isteriku, ia terlihat melebarkan mata. Aku harus segera mengalihkan pikirannya."Ah, Neysa sok tahu! Siapa bilang janinnya lemah, anaknya ayah Alfa ini. Pasti kuatlah seperti bapaknya," kelakarku yang mencoba meyakinkan Kinanti.Aku pun mendekati ranjang isteriku."Ahh iya, ini, kan, keponakan aunty Neysa yang cantik, pasti kuat! Maaf kak Kinan tadi aku asal ngomong saja," imbuh Neysa akhirnya.Namun senyum di wajah isteriku tidak juga kunjung terbit, aku jadi mengkhawatirkannya. Pandangannya memang sering menerawang akhir-akhir ini."Bang, jadi karena itu perutku sering terasa ngilu? Karena si sholeh lemah?" Air matanya menetes. Ia bicara tanpa melihat ke padaku.Aku duduk di ranjang samping Kinanti, kuambil sebelah tangannya untuk kucium."Bukan, Sayang! Dokter nggak bilang begitu, kok!" ucapku sambil menampilkan senyum terbaik, aku pun be
Читайте больше
BAB 23. HARUS KE MANA?
Pagi ini lumayan cerah, kami semua sudah bangun. Aku membuka semua jendela dan juga pintu belakang, agar udara segar masuk dalam ruangan ini. Sudah berhari-hari di sini rasanya sudah sangat lelah, padahal tidak ada hal berat yang aku lakukan.Aku pun segera mandi karena ada tugas lain yang sudah menunggu. Setelah selesai, aku mengambil uang dalam dompet. Yura yang sedang duduk di depan jendela langsung memanggilku, "Ayah, nanti beliin susu kemasan yang pink, ya," pinta Yura.Aku mengangguk lalu memandang Mixi."Aku beliin teh aja, Yah!" Hanya memandangnya saja, Mixi mengerti aku sedang bertanya apa yang ia mau."Baik," jawabku singkatSekarang rasanya aku sudah lebih dekat dengan anak-anak, mereka juga sudah tidak segan lagi meminta sesuatu padaku.Aku mendekati isteriku. "Sholeh pesan apa?" tanyaku lembut sambil meraba perutnya yang masih rata."Sholeh mau pepaya sama melon, Ayah!" jawab isteriku seperti suara anak-anak. Kami terkekeh mendengar suara Kinanti seperti itu. Aku pun terba
Читайте больше
BAB 24. PENGAKUAN
Aku memperhatikan sekitar, dalam hati aku bertanya, "Adakah di antara mereka yang memiliki masalah lebih berat dariku?"Tidak lama seorang nenek lewat di depanku, ia terlihat berjalan dengan kakinya yang pincang. Ia terus mendorong kursi roda suaminya dengan pelan. Pakaian mereka sangat lusuh, aku terus melihat mereka karena menarik perhatianku.Nenek itu duduk sejenak di bangku panjang yang tidak jauh dariku, kudengar ia berkata, "Kita berhenti dulu ya, Bang! Kakiku sudah terasa keram."Seketika aku merasa cobaan nenek itu pasti juga berat, kakinya sendiri sakit, tapi masih harus mengurus suaminya yang sakit. Aku lihat mereka asik bercerita dan sesekali tertawa, hingga aku simpulkan nenek itu ikhlas dan sabar menjalani cobaannya.Mereka yang sudah renta saja masih kuat menjalani cobaan, apalagi aku yang masih muda. Sekarang aku menata hatiku kembali agar lebih ikhlas lagi menjalani cobaan ini. Aku sadari satu hal, Allah SWT sedang mengujiku untuk mengangkat derajatku.Aku menarik naf
Читайте больше
BAB 25. MEMINTA MAAF
Aku tersenyum meremehkan, ternyata itu yang tadi membuat Siska berlutut di kakiku. Sangat mudah baginya memfitnah kami beberapa hari yang lalu. Sekarang sangat mudah pula mengakuinya, zaman memang seaneh itu."Kenapa dia mengaku, Pak?"Harusnya aku bersyukur ia telah mengaku tapi aku malah bertanya kenapa. Iya aku sungguh heran, baru kemarin dia membuat drama yang sangat meyakinkan, sekarang dia sendiri yang mengakuinya. Apa sebenarnya yang terjadi pada Siska?"Jadi begini, Mas! Dari yang saya dengar, tangannya Siska itu semakin parah! Tadi pagi ia mengaku telah memfitnah Mbak Kinan pada warga. Ia juga mengaku melakukannya atas dasar ide dari Panji.""Eh ... bagaimana?" aku bertanya kembali, karena belum terlalu paham.Jadi tangannya Siska semakin parah, separah apa hingga membuat ia mengaku. Aku jadi penasaran.Bu RW menjelaskan kepada kami, "Jadi, Siska nekat memfitnah kalian karena Panji berjanji akan menikahinya!"Aku hanya mangut-mangut, masih di luar nalar aku rasa. Apa hubungan
Читайте больше
BAB 26. MELUAPKAN EMOSI
"Aku hampir kehilangan kewarasan! Kau tahu 'kan? Aku lagi hamil, kau berikan aku tekanan yang sangat luar biasa. Aku juga hampir kehilangan janinku, jika saja Bang Alfa tidak berada di sisiku," pekik Kinanti meluapkan emosinya.Ia benar-benar menyampaikan isi hatinya. Ia begitu terlihat berapi-api saat bicara pada Siska, seandainya ia kuat untuk berdiri, aku yakin ia sudah memukul Siska.Kinanti benar, ia hampir kehilangan segalanya. Ia juga hampir gila, aku kemaren beberapa kali melihatnya menerawang jauh, beberapa kali juga ia berteriak histeris sampai hilang kesadaran. Saat ini pun janin kami masih dalam keadaan lemah.Kinanti akhirnya kembali menangis. Nafasnya sangat cepat. Aku masih berdiri mematung di samping ranjangnya. Mixi dan Yura dengan sigap menghapus setiap air mata yang menetes di pipi ibu mereka."Betapa sulit bagi saya untuk bertahan, jika tidak memikirkan Mixi dan Yura yang sudah tidak punya siapa-siapa mungkin aku biarkan setan menarikku dalam ke tidak warasan. Kau
Читайте больше
BAB 27. KEMBALI KE RUMAH
"Sayang, tenang ya! Pak RW akan mengganti semua kerugian kita," bujukku.Aku sempat terkejut mendengar suara pekikan Kinanti yang sangat kencang. Aku istighfar dalam hati, "Astaghfirullah."Mixi dan Yura juga menangis. "Boneka kami bagaimana, Bu?"Ternyata saat mengetahui rumah di rusak warga dan pakaian telah dibakar yang mereka khawatirkan adalah boneka. Lucu sekali pikiran anak-anak. Ada banyak barang di rumah mengapa memilih mengkhawatirkan boneka?"Kalian cuma ingat boneka saja? Emang kalian nggak sedih kalau seragam sekolah kalian yang di bakar?" tanyaku iseng.Mereka berdua saling pandang, lalu semakin menangis. Mungkin mereka tersadar kalau ada hal-hal lain di rumah yang juga harus mereka khawatirkan."Ibu, bagaimana kami akan sekolah? Hiks ... hiks!" Mereka semakin menangis tersedu-sedu. Ya ampun aku jadi pusing, ada rasa menyesal menggoda mereka barusan. Mandengar anak-anak nangis begini ternyata sangat memekakkan telinga.Kinanti mencoba menenangkan mereka, "Sudah ya, Sayan
Читайте больше
BAB 28. BIANG KEROK
Ia terlihat sangat lemah tapi masih memaksakan untuk tetap bicara padaku. Aku mengusap kepalanya, ku berikan senyum terbaikku. Aku sungguh tidak masalah direpotkan olehnya."Tidak apa-apa! Abang bersihkan dulu ya."Sebenarnya dulu aku sangat jijik dengan muntah dan kotoran, tapi entah kenapa sekarang semuanya telah berubah. Sedari di rumah sakit kemarin aku telah membersihkan muntahan Kinanti siang dan malam, itu sama sekali tidak menjijikkan bagiku. Aku ikhlas melakukannya seperti dia yang ikhlas mengandung buah hatiku.Aku pergi ke belakang mengambil kain pel dan membersihkan muntahan itu. Setelah selesai, kususun kembali barang-barang yang telah kami bawa dari rumah sakit tadi.Akhirnya semua selesai. Sekarang aku pun merasa lapar, aku pamit pada isteriku untuk membeli makan siang, "Sayang, Abang sudah laparnih! Abang rasa anak-anak juga sudah lapar.""Iya, Bang! Sudah sesiang ini mereka belum makan siang!""Abang beli lauk dulu, ya!" pamitku.Aku pun keluar dari kamar, namun tak k
Читайте больше
BAB 29. SERAGAM SEKOLAH
Beberapa menit berlalu, belum juga ada tanda-tanda mereka bangun. Akhirnya kuketok lebih keras pintu itu hingga beberapa kali."Iya, Ayah!" Terdengar langkah kaki menuju pintu, aku pun bergeser ke kiri agar tidak melihat isi kamar anak-anak gadis itu.Ternyata Mixi yang ke luar. Wajahnya benar-benar lelah, ia menguap sambil menutup mulutnya."Sudah maghrib! Bangunkan Yura, ayo sholat!"Gadis itu masih bengong beberapa saat."Oh iya, tadi Ayah sudah belikan speaker mini buat dengar sholawat." Aku menyerahkan speaker itu pada Mixi. "Nanti habis sholat kalian bisa dengar nyanyi sholawat."Mixi tersenyum padaku, wajah lelah dan mengantuknya hilang ketika, saat mendapat speaker itu. "Makasih, Ayah!"Saat speaker itu beralih ke tangannya ia langsung mencoba menyalakan dan memencet tombol on. Terdengar seseorang mengucapkan bahasa Inggris, entahlah apa artinya. Ia memperhatikan tombol lain di speaker sambil menyerngitkan dahi. Ini benda baru bagi Mixi, hingga ia terlihat sangat penasaran.Ak
Читайте больше
BAB 30. JANJIKU
Bu Guru itu tersenyum, lalu bicara padaku, "Pak, sebenarnya seragam sekolah Yura dan kakaknya ada di rumah saya!"Aku heran mendengar penuturannya, sontak aku pun bertanya, "Bagaimana, Bu?"Ia menarik nafas dalam dan mulai bercerita, "Malam kemaren aku dengar dari suami, katanya warga yang biasa nongkrong di kedai bersamanya akan membakar pakaian Bapak dan keluarga. Tujuan mereka supaya Bapak tidak perlu lagi datang ke rumah itu setelah ibunya Yura keluar dari rumah sakit, warga ingin Bapak dan keluarga langsung mencari tempat baru,Tengah malam, warga sudah berkumpul termasuk saya yang ingin melihat-lihat saja. Pakaian itu sudah terkumpul dan siap menunggu api. Namun hati saya tidak tega melihat seragam menjadi debu, akhirnya saya putuskan untuk memungutnya sebelum warga menyiramnya dengan bensin," papar Bu Guru itu.Rumah kami memang tidak terlalu jauh, jadi sangat mungkin jika Bu guru Yura ini hadir dalam peristiwa pembakaran malam kemarin. Aku pun hanya bisa memakhlumi, bersyukur
Читайте больше
Предыдущий
123456
...
11
DMCA.com Protection Status