All Chapters of Suami Janda Paling Setia: Chapter 51 - Chapter 60
106 Chapters
BAB 51. MENJADI TAMU DADAKAN
Tanpa basi-basi aku bertanya langsung ke intinya. Tidak sabar lagi karena sangat teramat penasaran, semoga Pak RT bisa membantu kami.Meski pun dengan wajah heran, pak RT tetap ramah padaku, "Oh, para warga yang dulu ya, Mas! Setahuku ada dua tempat mereka di pindahkan, Mas! Sebentar saya lihat lagi catatannya!"Seperti mendapat angin segar, aku merasa punya harapan. Pak RT masuk ke dalam rumahnya meninggalkan aku yang masih berdiri di depan terasnya, mungkin ia ingin mengambil catatan yang dimaksud.Tak lama ia keluar lagi dengan dua buku foto kopian yang cukup tebal di tangannya. Lalu menyerahkan salah satunya padaku sambil berkata, "Ini kopian data warga yang dulu, Mas! Ada dua tempat mereka di pindahkan. Coba Mas cari di situ, saya bantu cari di sini!"Ia terlebih dahulu duduk bersila. "Sambil duduk lebih enak, Mas!"Aku pun akhirnya memilih duduk di pinggiran teras bersama Pak RT. Walau hanya di pinggir teras suasananya terasa sejuk karena ada pohon jambu air tak jauh dariku dudu
Read more
BAB 52. MENCARI TIANI
Setelah makan di rumah pak RT, kami melanjutkan perjalanan ke pemukiman G. Cukup sulit bagi kami menuju tempat ini, aku harus bertanya beberapa kali pada orang untuk sampai di lokasi ini.Di depan ada gang kecil dan sesuai petunjuk dari warga yang aku tanyai tadi, kami memang harus masuk lewat gang ini untuk menuju pemukiman G."Al, sepertinya mobil nggak bisa masuk lebih dalam lagi!" celetuk Mang Ardhan sambil menghentikan mobilnya."Iya, Mang! Mobilnya sampai di sini saja!" imbuhku yang bersiap membuka pintu mobil."Bagaimana kalau kalian menunggu di mobil saja? Biar aku yang mencari alamatnya, kalau sudah ketemu nanti aku akan langsung ke sini kembali," sambungku mengeluarkan pendapat.Mang Ardhan melihat anak-anakku, lalu mengalihkan pandangan padaku. "Bagaimana kalau kita berdua saja yang mencari? Kau benar, mereka akan kelelahan jika ikut, belum tentu juga Tiani dan Ayah Kinanti masih tinggal di sini 'kan?"Aku sangat setuju dengan pendapat Mang Ardhan, belum tentu juga langsung
Read more
BAB 53. KAKAKKU SUDAH MATI!
Seorang pria yang sedang tiduran sambil mengayun buaian anaknya di depan TV menjawab salam itu, "Waalaikumussalam!"Ia berdiri dan berjalan menghampiri Kinanti di depan pintu ruko. "Cari siapa, ya?" Raut wajahnya terlihat sangat tidak ramah. Rambut dan kumis sedikit panjang seperti tidak terurus ditambah lagi badan kurus itu tidak memakai baju, hingga tulang rusuk terlihat saking kurusnya pria ini.Aku dan anak-anak berjalan lebih cepat lagi, mereka aku arahkan duduk di bangku depan ruko bersama Mang Ardhan dan Teh Yusri. Aku langsung berdiri di belakang isteriku, niat hati akan langsung memeluknya jika seandainya ini tempat yang salah lagi."Aku cari Tiani? Betul ini rumahnya?" tanya isteriku dengan sopan.Pria itu berteriak, "Dek! Ada yang nyariin!" Tanpa menjawab Kinanti, pria itu langsung memanggil isterinya."Syukurlah kalau ini benaran rumah Tiani," batinku, aku memandang isteriku yang ternyata juga tengah memandangku dengan senyuman, matanya terlihat berbinar."Siapa, Bang?" te
Read more
BAB 54. MAKAM SUDAH RATA
"T-tidak, jangan bicara seperti itu! Kakak tahu, kakak telah melakukan kesalahan yang sangat besar!" Isteriku berkata dan menangis tersedu-sedu."Kalau memang sudah tahu, ya sudah pergi sana!" usir Tiani kembali.Kasihan sekali isteriku, aku takut dia akan tertekan dan akan kembali berdampak buruk pada kesehatannya. Ada rasa menyesal di hatiku saat mengikuti permintaan Kinanti untuk menemui keluarganya, kukira semua akan baik-baik saja. Ku kira keluarganya akan menyambutnya apalagi ini masih suasana lebaran, momen yang pas untuk saling memaafkan.Jika tahu begini lebih baik besok-bsok saja mencari keluarganya, saat si Sholeh sudah besar misalnya."Jangan salahkan aku yang tidak mau memaafkanmu! Kau tidak tahu betapa hancurnya kehidupanku saat kau meninggal aku!" Tiani mulai mengeluarkan isi hatinya, wanita itu bicara dengan keras dan penuh emosi.Kami masih berdiri menyimak apa yang akan ia sampaikan. Baru beberapa kalimat yang ia ucapkan aku dapat mengukur seberapa sulitnya hidup Tian
Read more
BAB 55. MEMBENTAK ANAK-ANAK
Isteriku memejamkan mata sambil memegang perutnya. Aku merasa panik melihat peluh mulai bercucuran di dahinya."Apa terasa sakit?" Aku bertanya dengan penuh khawatir aku pun mengelus perut buncit itu."Ya Allah, kuatkan istriku!" Aku berdoa dalam hati.Aku sungguh tidak sanggup lagi jika harus menghadapi kenyataan kalau si Sholeh mengalami masalah kembali. Di bulan-bulan awal dulu kandungan isteriku sempat lemah jangan sampai dia sakit lagi, hanya itu harapanku.Sementara di bangku belakang, Mixi dan Yura terus berteriak memanggil Ibu mereka. "Ibu ... Ibu sakit?"Mereka berdiri dan mengulurkan tangan pada ibu mereka yang tengah berbaring dan berbantal di pahaku. Isteriku tidak menjawab, ia masih mengelus perutnya seperti menahan sesuatu.Anak-anak itu bertanya padaku, "Ayah!!! Ibu —?""DIAM!!!" bentakku. Belum sempat mereka bertanya aku sudah bicara keras pada mereka. Entah karena apa, aku tega membentak mereka. Rasanya hatiku gelisah sekali, mungkin karena lelah badan dan pikiran. Se
Read more
BAB 56. MENIKMATI LIBURAN
Menjadi pertanyaan besar di hatiku, apa maksud Kinanti bicara kalau ia takut tidak bisa ke sini lagi nanti? Aku bisa saja mengajaknya ke pantai lagi besok. Tinggal di daerah sini pun aku bersedia."Nggak ada, Bang! Dulu aku pernah ke sini dengan abak dan Tiani. Mungkin waktu seumuran mereka." Ia menunjuk pada anak-anaknya.Mungkin ia bersikeras minta ke pantai tadi karena ingin mengingat masa-masa itu. Aku menggenggam tangannya lalu tersenyum lembut."Besok kita ajak juga si Sholeh, terus kita main pasir dari pagi sampai sore. Pasti seru!" Terbayang olehku, saat nanti keadaan sudah kondusif, saat anak dalam kandungan isteriku sudah bisa berjalan.Kaki kecilnya berlarian menginjak pasir, kami kejar-kejaran sambil tertawa. Ya ampun! Aku jadi tidak sabar. Aku mengelus perut isteriku, benar saja ia menendang merespon telapak tanganku.Aku berjongkok, lalu mencium perut itu."Ayah! Besok ajak aku ke pantai ya! Aku mau main pasir sama kak Mixi dan kak Yura!" Aku menirukan suara anak kecil s
Read more
BAB 57. FOTO MATERNITY
Beberapa saat setelahnya aku mulai berselancar di ponsel, mencari gaya foto maternity biar kayak artis-artis yang sedang menunggu momen kelahiran buah hati mereka.Beberapa foto yang menarik dan mudah diterapkan sudah aku simpan di galeri ponsel. Tiba-tiba aku terkejut saat seseorang merebut ponselku dan kini ponsel itu sudah berpindah tangan."Apasih, Yang?" protesku saat Kinanti merebutnya begitu saja."Abang tu yang apaan, dari tadi diajak ngobrol juga! Ngapain sih, Bang?" sungutnya terlihat kesal."Nggak ada!" jawabku pelan."Abang selingkuh?" salaknya. Ia melihat ponselku, lalu tersenyum begitu saja sambil berkata, "Abang mau foto kayak gini?"Aku mengangguk lalu menaik turunkan alisku. "Bagus 'kan? Bisa buat kenang-kenangan si Sholeh ketika masih dalam perut!"Isteriku tersenyum semakin lebar dan sekarang malah ia yang asik sendiri melihat foto-foto itu. "Seperti ini, Bang?" Ia memperlihatkan foto artis yang sangat bagus dengan memakai mahkota dan makeup. Prianya berdiri dan wan
Read more
BAB 58. PEMUDA ASING
Pemuda asing itu menggaruk kepala, lalu melepas kamera dari tangannya begitu saja. Kamera itu langsung tersangkut karena ada tali yang ia kalungkan di leher. Penampilannya terlihat seperti seorang fotografer sungguhan dengan baju kaos oblong dan kemeja yang dilepas kancingnya, lalu dipadukan dengan celana pendek selutut.Dia berjalan mendekati kami, aku menurunkan istriku dari gendongan. Merubah mimik wajah menjadi sedikit sangar."Maaf, Bang! Aku tidak bermaksud mencuri foto Abang, hanya sedang mengabadikan momen matahari terbenam kebetulan melihat Abang sedang berfoto romantis sekali, tangan saya langsung ingin mengabadikannya," terangnya panjang lebar seperti tanpa rasa bersalah."Tapi untuk apa?" tanyaku kembali dengan nada yang sedikit lebih keras.Isteriku sampai memegang lenganku, mungkin ia takut aku akan terbawa emosi kepada pemuda itu."Bukan untuk apa-apa, Bang! Ini namanya hobi." Ia memandangku lekat. "Abang tahu apa itu hobi 'kan?"Oh, berani sekali dia berkata demikian, o
Read more
BAB 59. SUDAH AKRAB
Entah kenapa semenjak baru saja melihatnya tadi emosiku langsung naik, ditambah lagi pemuda itu dengan sengaja beberapa kali menggodaku."Sudah siap difoto, Bang? Jangan cemberut nggak akan bagus hasilnya." Dia masih saja menggodaku dengan gayanya yang terkesan sok keren.Benar juga sih, jika aku tidak tersenyum percuma pakai kamera bagus pasti hasilnya tidak akan bagus. Akhirnya aku ikhlas hari ini mengalah pada pemuda yang belum kuketehui namanya itu, biarlah ia mengejek atau mengolok-olokku, kupaksakan tersenyum demi hasil yang bagus."Ok, saya sudah siap!" jawabku setelah menetralkan perasaanku.Pemuda itu mulai mengarahkan kami. Berbagai gaya maternity yang simpel tapi unik diberitahukannya pada kami. Kami tinggal mengikuti arahannya dan tersenyum di depan kamera. Aku merasa jadi artis saja sekarang, aku bahkan lebih percaya diri dibanding Mang Ardhan tadi.Setelah beberapa kali berinteraksi dengan pemuda itu, aku baru menyadari ternyata memang kepribadiannya suka bercanda, semak
Read more
BAB 60. PENGINAPAN
Beberapa saat, ia mengembalikan ponselku, terlihat di situ akun sosial media dengan nama Xander E Cavillano.Tak lama ia mengeluarkan ponselnya dan berkata padaku, "Sudah aku konfirmasi pertemanannya, Bang! Nanti kuedit sedikit supaya lebih bagus. Ditunggu, ya!"Aku hanya membalasnya dengan anggukan. Tak terasa warna jingga yang indah sudah berubah menjadi gelap, berarti senja sudah berubah menjadi malam.Pemuda itu pamit pada kami setelah berjanji akan mengirimkan gambar lewat media sosial nantinya.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. "Mang, habis ini ke mana? Cari penginapan di mana?" Aku menggeser duduk lebih dekat dengan Mang Ardhan."Kalau penginapan Mamang tahu yang murah, Al! Coba lihat ke sana saja?" ajak Mang Ardhan padaku."Ok, Mang!" Aku setuju nginap di mana pun yang penting nyaman. Besok masih ingin jalan-jalan jadi malam ini harus cari penginapan biar besok terasa segar kembali. Masih banyak tempat yang ingin aku kunjungi di kota. Ke mall belum, ke kolam berenang jug
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status