Semua Bab Menantu Sampah Pura-pura Bodoh: Bab 11 - Bab 20
133 Bab
Bab 11. Planning Selanjutnya
"Ryan, lanjutkan planning selanjutnya!"Tegas, Gilang meminta Ryan untuk melanjutkan terencana mereka--terkait masalah Mario."Siap, Mas Gilang!" sahut Ryan dari seberang sana.Siang ini, Gilang menerima panggilan telepon dari Ryan di balkon kamarnya di lantai dua.Kebetulan mama mertuanya sedang pergi keluar rumah sehingga tidak ada orang yang mengawasinya."Pastikan dengan benar, bahwa harga saham perusahaan Mario benar-benar jatuh. Dan ingat, buat seperti tidak ada investor yang tertarik!"Lagi, Gilang memberikan instruksi terkait pekerjaan yang harus dilakukan Ryan."Semua sudah sesuai dengan planning, Mas Gilang. Tinggal menunggu saatnya tiba," ujar Ryan meyakinkan."Ya, aku percaya padamu."Setelahnya, Ryan memberikan laporan seperti biasa terbaik usaha yang dikelolanya."Satu jam yang lalu, sekretaris Mario juga sudah menghubungi saya, Mas Gilang. Dia berharap bisa bekerja sama denganku."Gilang tersenyum senang mendengar berita ini--rencananya akan segera terwujud!"Bagus, Rya
Baca selengkapnya
Bab 12. Perubahan Ibra
Ibra melihat adiknya yang terlihat sangat marah--membuatnya bingung."Gilang, apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat begitu marah?" tanyanya--ingin tahu.Gilang tersenyum sinis mendengar pertanyaan tersebut."Oh, kau akhirnya datang kesini, Ibra. Aku marah karena selama ini kau telah menyakiti aku tanpa henti!"Mendengar jawaban dengan suara keras dan penuh amarah, membuatnya merasa bersalah."Maafkan aku, Gilang. Aku menyadari bahwa perbuatanku menyakitkanmu. Tapi aku hanya ingin melindungimu. Percayalah!"Tapi adiknya itu menggeleng cepat, tidak mau mendengarkan penjelasannya.Bahkan adiknya juga berkata dengan keras--mencerminkan emosio yang tidak bisa ditahan."Aku merasa diabaikan dan diacuhkan olehmu. Kau selalu berpikir hanya tentang dirimu sendiri dan tidak memperhatikan bagaimana aku!"Ibra ingin membela diri, tapi ternyata Gilang tidak mau mendengarkan penjelasannya."Aku menyesal sekali telah bersikap seperti itu. Sebagai kakak, seharusnya aku lebih perhatian terhadapmu.""H
Baca selengkapnya
Bab 13. Saling Curiga
Ibra mengusap wajahnya dengan kasar-ingat akan mimpinya lagi."Huhfff ... apa ini? Kenapa aku tidak bisa berkonsentrasi?" gumamnya bertanya.Setelah berpikir lagi, Pria sukses itu memutuskan menghubungi seseorang-seseorang yang dulu pernah dipekerjakan.Seseorang itu dimintai tolong untuk menjadi "eksekutor", menabrak Gilang lima tahun lalu!Dia ingin kembali menugaskan orang tersebut mulai mengawasi adiknya-lagi."Aku tidak mau mimpi itu jadi nyata "Ibra akan memantau gerak-gerik Gilang-yang bodoh!Semua karena kegelisahannya, berpikir bahwa mimpinya adalah sebuah petunjuk, bukan sekedar mimpi biasa saja."Ini seperti memberikan gambaran, bahwa selama ini Gilang hanya pura-pura saja."Menurutnya-bisa jadi, pada akhirnya Gilang merebut perusahaan yang dikuasainya saat ini!Padahal perusahaan ini bukan milik Ibra secara mutlak, karena sebenarnya perusahaan keluarga.Seharusnya dikelola bersama-sama dengan Gilang, tapi itu jika mereka berdua sudah sama-sama dewasa dan kondisi Gilang "no
Baca selengkapnya
Bab 14. Kejutan Untuk Surya
"Hem, capek di dalam kamar terus. Aku mau keluar sebentar," keluh Gilang.Pria itu bosan berada di dalam rumah. Dia keluar menuju ke balkon kamarnya di lantai atas.Rumah sepi karena hanya ia saja di rumah-saat ini. Untuk pembantu rumah, mereka hanya datang saat diperlukan tenaganya saja.Dengan berada di balkon kamar, pria itu bisa melihat situasi teras depan dan samping rumah."Aku bisa melihat seandainya Diana agar bisa bersiap-siap," gumamnya."Semoga tidak ada yang mengintai lagi," ujarnya, dengan melihat sekitar rumah.Pria itu kembali sibuk dengan ponselnya, kemudian melakukan panggilan telepon dengan Ryan.Dia pura-pura idiot jika berbicara dengan orang lain, tapi tidak dengan Ryan seorang!"Lanjutkan saja rencana berikutnya," perintah pria itu dengan seseorang yang dihubungi."Baik, Mas Gilang. Pak Ibra tidak menaruh curiga atau apapun pada saya," lapor Ryan di seberang sana."Bagus. Pastikan dia masuk dalam rencana kita, biar lebih mudah."Nada bicara Gilang lebih rendah, mem
Baca selengkapnya
Bab 15. Akal Licik
Mario berada di ruangan kerjanya yang terletak di lantai atas sebuah gedung perkantoran yang megah. Ruangan kerjanya didesain dengan gaya modern dan minimalis, dengan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota yang sibuk di luar. Meja kerjanya berantakan dengan berbagai laporan keuangan, data saham, dan perangkat teknologi seperti laptop dan layar monitor.Suasana di dalam ruangan terasa tegang dan berisik dengan suara tik-tok jam dinding dan telepon yang berdering terus menerus.Tapi pemilik ruangan tetap diam tanpa merespon."Oh tidak, grafik saham semakin turun! Bagaimana bisa ini terjadi? Perusahaan ini benar-benar berada dalam bahaya."Saat menghadapi masalah dengan grafik sahamnya yang terus menurun, pria itu tampak cemas dan tegang. Dia duduk di kursi kerjanya dengan posisi badan sedikit maju, tangan bertautan di atas meja, dan mata yang sering kali terpaku pada layar monitor yang menampilkan data saham perusahaannya.Pria itu menggigit bibirnya, mengedipkan mata, menun
Baca selengkapnya
Bab 16. Gagal
"Gilang, pergi bereskan gudang!"Wanita paruh baya itu memerintah"menantu bodohnya" sambil menatap tajam.Kekasih mudanya duduk di sofa, memegang kain kompresan. Entah apa yang terjadi pada "pria parasit" itu, sebab ada beberapa obat dan air hangat diatas meja-digunakan untuk mengompres.Perasaan Gilang tidak nyaman, saat menyadari bahwa tatapan "pria parasit" itu seperti memiliki rencana jahat terhadapnya."Baik, Ma. Gilang segera ke gudang dan melakukan perintah, Mama.""Bagus, dan ingat! Jangan menambah kekacauan di gudang!" tegas wanita itu memperingatkan.Gilang memiringkan kepalanya, seperti tidak paham dengan maksud peringatan tersebut. Dia terus berjalan, tanpa menoleh lagi.Sejenak setelah Gilang pergi, Surya menepuk sofa, meminta pada wanita itu untuk menghampirinya."Ah, iya Sayang. Maaf," ucap Wanita itu tersenyum canggung."Sayang, cintaku. Aku ingin bicara denganmu tentang Gilang."Wanita itu memandang kekasihnya dengan serius. Dua tidak suka jika Surya lebih memperhatik
Baca selengkapnya
Bab 17. Kecurigaan Surya
"Mungkin itu ide yang bagus."Senyum puas tercetak jelas di bibir Diana, mendengar usulan tersebut. Dia berpikir bahwa Surya memang benar-benar pintar dengan segala akal "liciknya"."Dia memang selalu bertingkah seperti anak kecil. Kita hanya perlu bersikap seolah-olah kita terkejut dan menghiburnya," ungkap pria parasit itu, berusaha tetap tentang.Wajahnya yang lebam, terlihat menyeramkan menatap ke arah Gilang yang datar tanpa ekspresi.Sedang wanita itu tersenyum penuh kemenangan."Kita akan membuat dia semakin terlihat bodoh di depan Saras. Jangan beri tahu siapapun tentang rencana kita ini, jadi Saras akan kesal dan jengkel padanya.Wanita itu tersenyum puas setelah mendengarkan penjelasan kekasih mudanya--lagi.Dia bahkan tidak lagi memikirkan perasaan anak dan menantunya, hanya keegoisan dirinya yang ingin membahagiakan sang kekasih."Aku tahu dan mengerti, Sayang. Aku, tentunya mendukung rencana ini. Kita lihat saja nanti, betapa hancurnya perasaan Saras, saat lihat Gilang ber
Baca selengkapnya
Bab 18. Tidak Berkabar
Pria menyeramkan itu justru merasa curiga, karena Surya mengatakan sesuatu yang memang sedang dikerjakannya saat ini."Ka-mu ... k-amu mengawasi Gi-lang, iya Gilang. Be-benar, kan?"Surya mencoba bertanya tentang kecurigaannya yang tadi, meskipun dengan terbata-bata."Lalu?"Pria menyeramkan itu justru balik bertanya, tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan Surya."A-ku ... a-ku ju-juga sed-dang mengawasi pria bodoh itu."Masih dengan posisi yang tertelungkup dan ditekan pria menyeramkan itu, Surya memberitahu apa yang sedang dikerjakannya di tempat ini.Kleg kleg"Argh ... tidak!"Tapi Pria menyeramkan itu tidak percaya, bahkan mematahkan jari tangan Surya satu per satu sambil terus bertanya--siapa yang menyuruhnya."Argh..."Kleg klegSurya terus berteriak kesakitan, tapi teriakan itu tidak menghentikan Pria menyeramkan itu menghentikan aksinya."Siapa yang menyuruhmu?!" tanya Pria itu dengan geram."Arghhh ... ti-dak. Tidak ada. A-aku ... a-ku hanya merasa penasaran dengannya. A-k
Baca selengkapnya
Bab 19. Kabar Mengejutkan
Sementara Diana gelisah memikirkan Surya yang tidak berkabar, di dalam mobil yang berjalan menuju kawasan rawa-rawa terdapat seseorang yang duduk dengan pandangan fokus ke depan.Tangannya yang terletak di atas kemudi, memegang setir dengan mantap. Wajahnya tampak tenang, tanpa ada tanda-tanda kecemasan atau kegelisahan. Nafasnya teratur, mengikuti irama jalan yang datar dan lancar.Meskipun peristiwa baru saja terjadi, suasana di dalam mobil tetap sunyi. Tidak ada ekspresi kecemasan atau penyesalan di wajahnya. Tatapan matanya yang tetap stabil dan fokus mencerminkan ketenangan yang luar biasa.Drettt Drettt DretttNotifikasi pesan pada ponselnya, dibiarkan begitu saja."Tidak perlu mengirim pesan, Bos. Aku sedang membereskan sesuatu," gumamnya sendiri, seakan-akan sedang berbincang dengan seseorang."Ternyata ada seseorang yang ingin bersaing denganku untuk menyingkirkan sampah itu."Orang itu bergumam lagi, menoleh sekilas kearah belakang kemudian kembali fokus ke depan.Ada rasa k
Baca selengkapnya
Bab 20. Penipu Ulung
"Anda tidak lagi menjadi CEO di perusahan ini. Tapi ... jika Anda masih ingin bekerja, saya bisa menempatkan Anda pada devisi staff yang cocok.""Apa?!" tanya Mario cepat."Saya paham bahwa ini sulit bagi Anda. Tetapi, inilah bisnis, Pak Mario."Mario tidak terima dengan keputusan Ryan yang sepihak. Dia marah besar karena merasa disepelekan oleh orang yang dipercaya."Tapi Anda melakukannya dengan licik, Pak Ryan! Saya percaya dengan Anda, tapi apa yang Anda lakukan, Hahh?!"Ryan, dengan wajah tanpa ekspresi, memberitahu bahwa ia mengambil alih perusahaan karena merasa kepemimpinan Mario tidak lagi efektif.Dan perusahaan memerlukan perubahan drastis untuk bertahan.Pria itu merasa seperti diberondong kehancuran. Dia menyadari bahwa keserakahan dan tindakan liciknya telah kembali menyerangnya dengan cara yang pahit."Anda, bercanda?" tanya Mario, tetap tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Ya, saya tidak sedang bercanda," sahut Ryan menekankan.Sedetik kemudian, Pria itu tertegu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status