All Chapters of Terjerat Hati Teman Kecil: Chapter 51 - Chapter 60
60 Chapters
Kecewa
“Sayangnya, aku yang tidak mau dan tidak akan pernah mau menerima kamu untuk kembali, Mas. Bagiku, dibohongi selama puluhan tahun adalah penghinaan yang tidak bisa termaafkan. Aku, tidak akan mengulang kesalahan. Jangan pernah berharap apapun lagi, Mas. Cukuplah kamu menorehkan luka yang sangat dalam buatku.” Air mata Maura turun membasahi pipinya. Ia membalikkan badan dan melangkahkan kakinya mantap. Meskipun hatinya masih ada perasaan sayang pada pria itu, logikanya kini telah hidup. “Aku bisa melalui semua ini. Ya Allah kuatkan aku,’ gumam wanita itu.Berusaha keluar dari hubungan yang beracun adalah pilihan yang berat. Butuh sebuah tekad kuat dan harus tegar di saat sebuah ilusi menawarkan sebuah kebahagiaan palsu. “Belum tentu jika aku memaafkan Mas Ali. Hidup kami akan jauh dari sebuah pengkhianatan lagi. Bisa jadi, itu hanya sikap manipulatif seorang pelaku untuk memperdaya kita kembali.” kata Maura meyakinkan dirinya.“Kamu sudah benar Maura! Jangan berhenti dari langkahmu.
Read more
Wanita Seksi
Danilo menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia kini duduk di ruang tunggu usai sang kekasih siuman. Kenyataan yang memukul sang kekasih, membuatnya ikut hanyut dalam kesedihan.“Aku janji, Dek. Kita lewati ini sama-sama.” Danilo mengingat kalimatnya usai Vika mendapati dirinya yang harus menerima kenyataan pahit.“Aku lumpuh, Mas. Aku gak bisa jalan lagi. Hiks…” kata Vika dengan menangis tersedu.“Iya, tapi dokter bilang masih ada harapan buat kamu bisa berjalan lagi, Dek. Pasti kamu bisa jalan lagi. Percaya sama Mas.”Danilo mengingat kejadian beberapa saat lalu. Di mana dirinya menenangkan Vika. Kekasihnya itu tertidur usai dokter memberikan suntikan penenang. “Dek, kasihan kamu.” gumam Danilo.*“Bastian, jangan masukkan ke dalam hati. Istrimu sedang tidak menyadari perkataannya.” kata Maura menenangkan sang menantu.Bastian tersenyum kecut mendengarnya. Pria itu hanya mampu diam, tanpa melawan ujaran kebencian sang istri padanya. Dia tahu, Cilla sedang sedih. Dia me
Read more
Saling Memiliki
Prang.Suara nampan berbahan stainless steel jatuh bersama piring kaca. Sedetik piring itu pecah berkeping-keping di lantai, menyebabkan makanan di atasnya berhamburan bersama pecahan-pecahan. Setiap hari, rumah Arum penuh dengan keributan antara dirinya dan sang anak, Vika."Vika, tolong jangan terus seperti ini," kata Arum dengan suara yang tertahan."Kenapa aku tidak bisa mati saja, Bu? Mengapa aku harus menanggung balasan dari kesalahanmu?" seru Vika tanpa ampun.Seperti biasa, Vika menolak untuk makan makanan yang sangat ibu bawakan padanya. "Ini ujian, Vika," ucap Arum, mencoba menahan perasaannya."Jangan bicara tentang ujian, Bu. Ibu dengan sengaja merebut suami orang. Tidak usah sok suci!" Vika menghardik tanpa mempedulikan efek dari perkataannya terhadap ibunya. Kekecewaannya telah melampaui batas yang bisa dikendalikan."Vika, dia adalah ayahmu. Ayah kandungmu, semuanya sudah berlalu. Kita bisa melupakan masa lalu," usaha Arum mencoba membujuk."Melupakan dosa, Bu? Bagaima
Read more
Merubah Sudut Pandang
“Terimakasih, Sayang.” ucap Bastian sesat menaikkan celananya kembali.Dia memandang sayang sang istri yang berantakan karena ulahnya. Usai dengan dirinya, Bastian membantu menaikkan resleting baju terusan sang istri. Pria itu juga mengusap rambut panjang sang wanita sedikit merapikannya.“Harusnya kita tidak melakukannya, Biang kerok.” ucap sang istri.Tangan pria itu berhenti dan menariknya cepat dari rambut sang istri. Kalimat itu seakan-akan membuat harga diri Bastian tersakiti. Ya, mungkin saja Cilla merasa menyesal telah bercinta dengannya.“Jadi kamu tidak menginginkan aku?” jawab Bastian menatap tajam sang istri yang masih merapikan bajunya.“Bukan…” kalimat Cilla terhenti saat sang suami menyela ucapannya yang belum lengkap.“Apa sebegitu tidak inginnya kamu sama aku, Kopi? Sudah aku duga. Kamu tertarik dengan pria pemilik restoran itu!” ujar Bastian emosi.Cilla tertegun mendengarnya. Wanita itu menyipitkan matanya menatap sang suami yang sudah dalam keadaan emosi. Sebenarny
Read more
Penderitaan yang Runtuh
“Mas gak ke Mbak Cilla?” tanya Vika sesaat sampai rumah.Bastian hanya diam tidak menjawab perkataan sang adik. Vika pagi ini berlatih berjalan sendirian hingga ke rumah Bastian. Jika biasanya dirinya menggunakan dua kruk, kini ia mencoba menggunakan satu kruk saja.“Mas tuh gak boleh tauk diamin istri sendiri. Apa gak pengen bikin keponakan lagi buat aku?” goda Vika membuat Bastian berdecak kesal.“Ck, apa sih Ubi Cilembu! Harusnya aku yang tanya, kamu kan habis ketemu keluarganya Danilo. Gimana rencana pernikahan kalian?”Vika menyipitkan mata, seakan tahu dengan jelas. Bastian mengalihkan pembicaraan.“Gak usah ngalihin topik deh, Mas.”“Ubi, aku cuma gak mau bahas kopi. Dia benar-benar gak mau sama aku. Bahkan sekarang lagi dekat sama pengusaha restoran itu.”“Oh, masalahnya cemburu nih?” tebak Vika tepat. “Astaghfirullah Mas Bas, Mas sama mbak Cilla tuh udah dewasa kalik. Masa iya kayak anak ABG labil gitu.”“Aku ngomong kenyataan, dia lagi pdkt sama pemilik restoran yang di deka
Read more
Mencekam
“Aku senang kamu dateng. Aku kesepian setiap hari tanpa kamu. Ini rumah kamu juga. Kenapa harus ke rumah ibu?” kata Bastian pelan dalam pelukannya bersama Cilla.Cilla terdiam menikmati harum tubuh sang suami. Aroma kayu dan perpaduan bau badan Bastian diam-diam menjadi favorit Cilla. Kalau bisa jujur, Cilla juga sangat merindukan sang suami. Namun, bibirnya terlalu berat untuk mengakuinya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk mengutarakan isi hatinya.“Kopi, kamu dengar apa yang aku katakan?” tanya Bastian seraya mengurai pelukan.Mata sipitnya yang basah oleh air mata menatap wajah sang istri yang menunduk. Dia mencoba mencari jawaban dari sana.“Iya, dengar.” jawab wanita itu menyembunyikan wajahnya.“Kenapa kamu gak mau tinggal di sini aja?” tanya pria itu lagi.“Aku, aku harus nemenin ibu, Tian. Aku juga sebenarnya masih gak bisa ketemu bapak. Hatiku masih begitu sakit.” kata Cilla. Lantas dirinya berbicara di dalam hati. “Aku juga sebel kalau lihat kamu sama Elka. Masih saja kalia
Read more
Menerima Kenyataan
“Kamu gak punya malu ya, Mbak Elka. Dasar ulat bulu!” geram Vika pada Elka.Iya, tamu yang datang adalah Elka. Vika tentu merasa kesal dengan kata-kata yang tidak pantas didengarkan itu.“Jangan ikut campur Vika. Kamu hanya anak haram di sini. Ah, apa kamu sedang berusaha mengambil hatinya Cilla supaya kamu diterima begitu?”Vika kini merasakan kemarahan menekan hatinya secara cepat. Tangannya memegang selang dengan kuat, ia sangat terlihat menahan emosinya. Kalimat Elka memang memprovokasi dirinya.“Nah, diam lebih baik. Dan kamu Cilla, kapan sih kamu ninggalin Bastian? Bukannya sudah beberapa bulan ini kamu tega biarin dia sendirian? Sekarang, justru kamu balik lagi.” kata Elka dengan mata yang tajam, seakan akan keluar dari tempatnya.“Elka, dia suamiku. Mau aku datang, tinggal di sini ataupun aku mau apapun itu sesuka hatiku. Kamu, tidak perlu repot-repot bertanya.” balas Cilla santai.Dia adalah nyonya di rumah ini. Tentu itu tidak akan tergantikan siapapun juga. Apalagi, posisin
Read more
Denial
“Dasar singa lapar!” ejek Cilla seraya mencium rambut berantakan sang suami. Pria itu mengernyitkan dahinya sesaat membuka matanya sedikit. Bastian masih saja tidur meskipun siang hari telah datang. Pria itu menggeram saat terganggu tidurnya.“Hmm, Kopi!” keluhnya dengan mata yang masih terpejam.Cilla tersenyum melihat sang suami terbangun. Ia menatap penuh wajah lelah pria itu. Rambutnya yang berantakan sedikit menutup dahinya itu disuap olehnya.“Kamu gak lapar?” tanya wanita itu seraya merapikan rambut sang suami yang berantakan.Hari yang indah tanpa sebuah perdebatan atau pertengkaran dari mereka berdua. Mungkin, ini adalah titik di mana seharusnya mereka bersikap. Ataukah, justru ini hanyalah sementara? Sebuah rindu yang menyatu dan terobati dengan kebersamaan membuat mereka tampak akur.“Emmmh, lapar tapi aku ngantuk, Kopi.” jawab sang suami dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Dasar, yaudah tidur satu jam lagi ya. Udah Dzuhur, bangun jam satu nanti ya.” bisik Cilla
Read more
Hiduplah untuk Hari Ini Saja
“Maaf yah nungguin lama,” ucap Danilo pada sang kekasih yang sudah menunggunya di ruang tamu kosnya.Vika usai dari rumah sakit tidak segera pulang. Danilo mengajak sang kekasih mampir kosnya, sebab ada temannya yang tiba-tiba datang dari luar kota.“Gak apa-apa Mas. Ini mau langsung anterin aku?” Teman Danilo sudah pulang setelah sebelumnya mereka sedikit lama mengobrol. “Iya, langsung aja pulang.” Mereka keluar dari kos. Vika masih berjalan secara hati-hati. Walaupun sang dokter memastikan bahwa gadis itu sudah pulih sepenuhnya, dia masih sangat takut.“Obatnya tadi udah, Dek?” tanya Danilo.Belum terjawab pertanyaan itu, mereka dikejutkan dengan suara pertengkaran. Mata mereka berdua jatuh pada dua perempuan yang sedang bersitegang.“Kamu sudah berani ya Maura!”Suara bentakan itu membuat Vika membulatkan matanya. Gadis itu melihat sang ibu tersungkur di trotoar dengan Maura yang berdiri di depannya. Ia mengatakan kata ‘Ibu’ pelan sambil menatap kedua perempuan itu.“Kamu yang t
Read more
Kemarahan Cilla
Pagi itu, Bastian usai menggunakan baju rapi dengan sarung. Pria itu berbisik pada sang istri.“Yang, aku ke mushola dulu ya.” bisiknya.Belum dirinya bangkit sang istri terlonjak bangun. Wanita itu bahkan masih menggunakan baju tidurnya.“Tian, aku ikut!” ujarnya sambil mengucek mata. Wanita itu melirik jam di dinding. Ia segera masuk ke kamar mandi. Sedang Bastian, merapikan kasur yang berantakan. Lima menit kemudian Cilla berteriak meminta sang suami mengambilkan handuk.“Tian, tolong handuk dong.” Bastian segera menarik handuk dan membawanya ke kamar mandi. Pria itu mengetuk pintu.“Makasih suami raja lemper,” kata Cilla seraya mengedipkan matanya genit.Bastian melihat mata sang istri yang terlihat masih membengkak akibat menangis semalam. Sudut bibirnya terangkat mendengar perkataan wanita itu.Mereka segera ke mushola dekat rumah untuk ikut jamaah subuh. Cilla senang akhirnya ia bisa ke mushola lagi setelah sekian lama ia tidak melakukan kegiatan itu. Selesai jamaah subuh, wa
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status