Semua Bab Perginya Istri Manis Sang Pewaris: Bab 111 - Bab 120
129 Bab
Benar-benar Berakhir
Alexandre dan Majandra saling pandang. Dari apa yang Estelle tuturkan tadi, mereka berdua sudah bisa memahami sesuatu. Namun, baik Alexandre atau Majandra, tak berani menarik kesimpulan terlalu cepat. “Aku tak tahu secara pasti, apakah ayahku ada di balik kematian kakek atau tidak. Namun, entah mengapa tiba-tiba benakku dipenuhi oleh pikiran-pikiran tak karuan, setelah mendengar percakapan itu. Terlebih, Phillipe selalu berkata bahwa nama baik ayah ada di tangannya,” tutur Estelle lirih. “Jika memang kakek ada kaitannya dengan penyebab dari kematian kakek buyut ….” Alexandre memicingkan mata, seolah tengah memikirkan sesuatu. “Alasan apa yang melatarbelakangi dia melakukan itu?” pikir Alexandre lagi. “Daripada kita terus bertanya-tanya, kurasa akan jauh lebih baik menyerahkan kasus itu pada pihak yang berwajib. Mereka lebih kompeten untuk urusan seperti ini,” ucap Majandra menyarankan. Alexandre mengangguk setuju. Dia beranjak dari tempat duduk, lalu pindah ke hadapan Estelle. Pria
Baca selengkapnya
Mabuk Berat
Majandra tersadar. Dia segera bangkit, lalu menyusul Julien ke dalam. “Tunggu, Tuan Curtis!” cegahnya cukup nyaring. Julien yang sudah hendak pergi ke bagian dalam rumah, seketika tertegun. Dia lalu menoleh. “Aku ingin alamat Damien di Inggris,” pinta Majandra tanpa basa-basi, sambil berjalan ke hadapan pria paruh baya itu. “Berikan padaku,” desaknya. “Maafkan aku, Nak. Damien tak ingin diganggu,” tolak Julien penuh sesal. “Aku bukan pengganggu, Tuan.” Tangis Majandra kembali hadir. Kesedihan serta rasa sakit, tak mampu dielakkan. “Pulanglah, Nak.” Julien tetap bersikap lembut. Dia tersenyum simpul, seraya menyentuh pucuk kep
Baca selengkapnya
Seperti Malam Pertama
“Majandra …,” ucap Alexandre tertahan. Satu sisi hati pria itu tergoda. Namun, sisi lainnya menolak. Dia sadar bahwa sang istri tengah dalam kondisi mabuk. “Jangan tinggalkan aku,” pinta Majandra seraya bangkit, lalu duduk. Dia membuka mata. Menatap sayu kepada Alexandre yang tampak samar. Wanita cantik dengan tubuh hampir telanjang itu menyunggingkan senyuman manja penuh rayuan, tanpa melepas genggaman tangannya dari T Shirt yang Alexandre kenakan. “Aku akan mengambilkan baju ganti untukmu,” ucap Alexandre, setelah berhasil menetralkan debaran dalam dada. Namun, perasaan itu kembali hadir dan semakin kuat, saat Majandra menariknya kencang. Alexandre terpaksa duduk di tepian tempat tidur, dengan posisi menghadap sepenuhnya kepada sang istri.  “K
Baca selengkapnya
Obat Pelipur Lara
Hari berganti. Ini adalah penghujung musim dingin, di mana salju mencair dan sirna dari permukaan tanah. Majandra menyambut musim semi dengan raut masam. Tak ada yang menarik baginya, meski rembulan turun ke bumi. “Lama sekali kita tidak bertemu. Sejak kapan kau mulai merokok lagi?” tanya Agathe. Dia mengambil sebatang, dari kotak rokok yang Majandra letakkan di meja. Wanita cantik berambut pirang itu menyulut, lalu mengepulkan asap tipis dari bibirnya. “Aku hanya merokok ketika sedang suntuk,” jawab Majandra, seraya membuang abu rokok di dalam asbak. Wanita cantik itu mengembuskan napas panjang penuh keluhan. “Kupikir, kau tak akan kembali dari Nice.” Majandra menatap sekilas sahabat baiknya tadi. “Aku mencari mangsa di sana,” celetuk Agathe diakhiri tawa. Dia mengisap rokoknya, sebelum kembali berbicara. “Saat kembali ke Paris, aku dibuat terkejut dengan pemberitaan tentang ayah mertuamu. Apakah dia benar-benar ….” Agathe ragu untuk melanjutkan kata-katanya. Majandra mengangguk,
Baca selengkapnya
Gelisah
Majandra tersenyum, seraya menerima kartu yang Julien sodorkan padanya. Di sana, tertera nama perusahaan tempat Damien bekerja. Harapan besar kembali hadir dalam diri. Musim semi ini, mungkin bukan hanya bunga-bunga yang akan tumbuh dan bermekaran. Dengan membawa senyum penuh kepuasan, Majandra kembali mengendarai mobilnya melintasi keramaian jalanan utama Kota Paris. Dia akan pulang membawa semangat, yang sempat hilang dalam beberapa waktu terakhir.“Kau sudah pulang?” Alexandre menyambut kedatangan Majandra di ruang tamu. Paras tampan sang pemilik La Bougenville tadi, terlihat sangat cerah dan berseri. “Kau lihat sendiri aku ada di sini,” jawab Majandra tak acuh. Dia melangkah begitu saja, melintas di hadapan Alexandre yang tak mengalihkan perhatian darinya. 
Baca selengkapnya
Membuang Jauh Masa Lalu
Majandra berdiri mematung. Kedua kakinya terpaku dengan kuat pada jalanan yang dia pijak. Wanita itu tak tahu harus berkata apa. Terlebih, karena debaran dalam dadanya kian tak karuan. Sementara, si pria pemilik suara tadi pun sama saja. Raut terkejut tampak jelas di paras tampannya. Namun, pria itu tak mengatakan apa pun. Dia hanya mematung. Menatap lekat Majandra, dengan sepasang iris mata abu-abu yang masih terlihat indah dan bercahaya. “Damien,” ucap Majandra pelan. Ragu, dia menyebutkan nama pria yang dalam beberapa waktu terakhir terus mengusik ketenangan hidupnya. Pria yang tak lain adalah Damien, tak segera membalas. Dia masih asyik memandang wanita cantik di hadapannya. Seseorang yang telah berhasil membawa dirinya pada pelabuhan indah, hingga Damien berpikir untuk melabuhkan kapal dari segala petualangan panjang. “Who is she?” tanya pria di sebelah Damien sambil berbisik. “She is my old friend,” jawab Damien terdengar yakin, meski raut wajahnya menyiratkan keraguan
Baca selengkapnya
Kiamat Lebih Awal
Majandra tersenyum kelu. Dia tak ingin menyaksikan pemandangan menyakitkan itu. Pergi adalah satu-satunya jalan terbaik bagi wanita cantik tersebut. “Kalau begitu, aku permisi dulu. Sekali lagi, senang bisa bertemu denganmu, Nona Hudson.” Majandra kembali mengajak Jeanice bersalaman, sebelum membalikkan badan. Lemah, Majandra merasakan tubuhnya tak bertenaga lagi. Seluruh tulang yang menjadi penopang agar dirinya bisa berdiri tegak, seperti hancur berkeping-keping. Majandra memaksakan diri melangkah di trotoar. Layu, bunga-bunga dalam hati Majandra tak jadi berkembang. Musim semi telah terhapus dari hidup wanita cantik itu. Dia merasakan musim dingin berkepanjangan. Beku dan muram. Tak ada gairah sama sekali. Damien berdiri terpaku menatap kepergian wanita yang sebenarnya sangat dia rindukan. Hingga sosok Majandra menghilang dari pandangan, pria tampan berambut gelap tersebut masih belum beranjak dari tempatnya. “Siapa wanita tadi? Apakah dia merupakan salah satu dari sekian banya
Baca selengkapnya
Berjuang Melawan Kematian
Damien mengendarai jeep kesayangan, yang selama ini hanya dia pergunakan sesekali. Selama tinggal di Inggris, pria itu lebih senang berjalan kaki atau memakai transportasi umum. Setelah beberapa saat di perjalanan, pria itu akhirnya tiba di depan hotel berbintang tempat Majandra menginap. Akan tetapi, Damien tak segera turun dari kendaraan. Dia merasa ragu untuk menemui Majandra secara langsung. Pri tampan tersebut tampak gelisah. Berkali-kali, dirinya mengembuskan napas berat penuh keluhan. Setelah berpikir cukup lama, pria itu memutuskan pulang ke flat-nya. Damien merasa begitu bodoh. Dia seperti remaja belasan tahun, yang baru pertama kali menghadapi permasalahan dalam cinta. Kenyataannya, Damien tak bisa tenang. Sepanjang malam, dia merasa gelisah. Pikiran pria berambut gelap itu terus melayang, pada sosok wanita yang selama ini telah membuat hidupnya menjadi sangat berbeda. Hingga lewat tengah malam, barulah Damien dapat memejamkan mata. Pria itu terbangun, ketika merasakan s
Baca selengkapnya
Berita Buruk Dari Inggris
“Apa?” Dokter yang sedang memberikan penjelasan kepada Damien dan Alexandre, terperanjat mendengar laporan perawat tadi. Dia bergegas masuk ke ruang observasi, untuk memeriksa kondisi Majandra. Sementara, Damien dan Alexandre dibuat semakin khawatir. Kedua pria itu saling pandang sesaat, sebelum memilih duduk kembali dengan posisi sama. Damien dan Alexandre mencondongkan tubuh ke depan, lalu meraup kasar wajah masing-masing. Helaan napas berat penuh beban pun, menghiasi kegelisahan para pria tadi. “Majandra terus meminta agar aku menceraikannya,” ucap Alexandre memecah kebisuan. Pria itu berkata tanpa mengubah posisi duduk, atau menoleh kepada Damien yang meliriknya sekilas. “Dia ingin agar kami segera berpisah. Namun, jujur saja bahwa aku memang mengulur waktu. Kupikir, selama itu aku bisa menarik perhatiannya lagi. Akan tetapi, semua yang kulakukan hanya sia-sia,” tutur Alexandre pelan. Sementara, Damien hanya diam mendengarkan. “Dalam beberapa bulan terakhir, aku melakukan b
Baca selengkapnya
Koma
Hening. Miguel tak segera menanggapi ucapan Alexandre. Sikap ayahanda Majandra tersebut membuat Alexandre tak menentu. Alexandre menjadi kian gelisah. Rasa bersalah pun semakin menjadi. “Apa kau mendengarku, ayah?” tanya Alexandre memastikan. Meski ragu, tapi dia harus menerima apa pun konsekuensi yang akan dirinya terima nanti, andai kedua orang tua Majandra mengetahui kejadian yang sebenarnya. Ya, semua permasalahan yang dulu tertutup rapat dan hanya menjadi rahasia berdua, mungkin sudah saatnya untuk diketahui seluruh anggota keluarga. “Apa maksudmu, Alex?” Nada bicara Miguel tiba-tiba berubah. “Beberapa bulan yang lalu, aku mendapat kabar mengejutkan tentang ayahmu. Lalu, sekarang … apa-apaan ini?” Miguel terdengar tak menyukai laporan Alexandre tentang kondisi Majandra. “Sebaiknya ayah segera datang kemari. Saat ini, aku sedang berada di rumah sakit pusat Kota London. Ayah bisa melihat sendiri keadaan Majandra yang sebenarnya,” ucap Alexandre tetap berusaha tenang. “Aku juga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status