Semua Bab Suami Miskinku Ternyata Tuan Muda: Bab 11 - Bab 20
203 Bab
11. Bertemu sebentar
Mendapat pesan dari Deren, Alif segera meninggalkan kantornya, dia keluar menuju lantai satu dan berhenti di dekat tangga saat melihat Bram sedang berdiri sembari bicara di telepon dengan seseorang."Aku tak mau tau, tempatkan Lukas di pabrik lain yang jauh dari Aska!"Nampaknya Bram sedang berusaha melindungi putranya itu, dia berusaha menjauhkan Lukas dari Alif agar segala kebobrokan bocah itu tak terbongkar oleh Alif."Aku tak mau tau, segera urus kepindahan Lukas!" Suara kesal Bram terdengar sedikit menggema.Alif sengaja diam, memilih pergi dan tak lagi memikirkan polah om nya itu, dirinya punya urusan yang jauh lebih penting sekarang. Alif berjalan menuju ke tempat parkir, seluruh staf dan satpam sudah tau siapa dirinya sekarang, hingga sikap mereka semua berubah baik.Deren sudah menunggu di depan gedung, berjalan membukakan pintu untuk bos yang juga sahabatnya itu."Kau sudah menjalankan pesanku?" Alif bertanya memastikan."Sudah, mana berani aku mmmembantah tuan muda.""Henti
Baca selengkapnya
12. Keraguan
Sepanjang perjalanan pulang, Nadia masih tetap bersikukuh lelaki yang di lihatnya sangat mirip dengan sang ayah, Dewi yang tak tau lagi harus berkomentar apa hanya bisa meng_iya kan saja apa yang putrinya yakini. Motor kecil miliknya masuk ke pekarangan rumah, Nadia turun sembari menjinjing permen kapas yang di mintanya di kota tadi, hari sudah menjelang sore saat mereka sampai ke rumah.Klek! Klek!Dewi membuka pintu rumah dan membiarkan Nadia masuk lebih dulu, dirinya sedang mengambil tas kulit yang di letakkan nya di dalam jok motor."Ibuk, ini kotak apa?"Mendengar suara Nadia, Dewi baru teringat akan dua kardus besar yang di bawa orang-orang berbadan besar itu tadi siang."Sebentar sayang!" Ucapnya bergegas masuk dan menutup pintu dengan rapat."Kok di tutup?" Nadia bertanya heran."Ibuk mau istirahat, capek." Dewi mencari alasan yang mudah di terima putrinya.Nadia hanya mengangguk dan menarik tangan Dewi mendekati dua kardus seukuran mesin cuci di depan mereka."Nadia boleh buk
Baca selengkapnya
13.
"Tunggu dulu!" Alif tiba-tiba saja teringat sesuatu, dia berjalan menuju meja di dekat jendela dan mengambil kalender yang berdiri di dekat vas bunga."Bukankah hari ini kami harus bayar kontrakan?' Alif teringat pada tanggal jatuh tempo pembayaran kontrakan mereka, Dewi bahkan tak tau tempat dirinya biasa menyisihkan uang kontrakan."Tapi Deren bilang sudah memberi Dewi uang." Tiba-tiba saja dia teringat kata Deren tadi siang."Tapi Dewi pasti tak akan pakai uang itu!" Alif yang begitu kenal watak istrinya merasa yakin Dewi bahkan tak menyentuh semua barang dan uang yang dia kirimkan."Tidak, ini tak benar, aku harus menghubungi Dewi sekarang!" Ucapnya lalu mengambil ponsel jadulnya dan menyalakannya segera.Banyaknya panggilan yang Dewi lakukan, membuat Alif sungguh merasa bersalah sekarang. Tangannya gemetar saat memencet tombol telpone di layarnya. Nada sambung terdengar pada ponselnya, membuat jantung lelaki berparas menawan itu bahkan. berdebar hebat."Mas Alif!" Suara kesal Dew
Baca selengkapnya
14. Hinaan untuk Ratna
"Buk, kenapa tidur di sini?" Dewi mengerjapkan mata dan terduduk dengan mata berat, Nadia sudah berdiri di sampingnya menatap dengan binggung."Jam berapa ini sayang?" Dewi bertanya pada Nadia, namun matanya melihat sendiri jam yang ada di dinding ruang tengah."Ya Allah hampir setengah enam! ayo Nad, kamu mandi dulu, ibu mau solat subuh sebentar." Dewi berdiri dengan panik, mendorong putrinya ke kamar mandi belakang dan membawakan handuk ke pundak sang putri.Semalam ia bahkan tak tau tidur jam berapa, setelah membawa semua kardus itu ke kamar belakang dan saat bangun dia mendapati dirinya masih tertidur di ruang tengah, di atas kursi kayu yang di buat bapak dan suaminya dulu.Dewi mengikat asal rambut nya yang tergerai, segera mengambil wudhu dan menjalankan solat subuh. Pukul setengah enam saat dirinya selesai dan melipat kembali mukena ke tempatnya, dia lalu menyusul Nadia ke kamar mandi, memandikan gadis itu dengan cepat dan segera memakaikan seragam sekolahnya."Kita sarapan apa
Baca selengkapnya
15.
Ratna kesal saat tiba di rumah, membanting sarapan yang dia beli di atas meja dan berteriak dengan kesal di dalam kamar."Ark!" Teriak nya kesal."Sialan itu si Dewi, bikin malu saja!" Umpat nya lagi meremas kesal uang dua ratus ribu yang di berikan Dewi pada nya tadi."Kenapa kamu teriak-teriak!" Hendra yang baru selesai mandi melihat istrinya terduduk dengan kesal di tepi ranjang."Tanya saja sama kakak iparmu itu, dia kasih aku uang ini di warung makan, dia beli semua lauk yang ingin aku beli, mas tau dia bilang apa saat memberiku uang ini, dia suruh aku beli ayam buat Juan, katanya kasihan sama Juan karena aku nggak bisa masak!" Ucap Ratna berapi-api.Hendra tersenyum simpul. "Jangan bercanda kamu, dari mana mbak Dewi punya uang buat beli banyak lauk dan kasih kamu juga?""Kamu nggak percaya sama aku mas? ibu-ibu di warung itu jadi saksi semua, mbak Dewi bayar sarapan mereka semua tadi, sudah gitu dia ungkit juga waktu aku ambil ayam Nadia." Ratna memayunkan bibirnya."Jangan kony
Baca selengkapnya
16
Sementara Hendra sangat marah saat tau kakaknya Dewi telah merendahkan Ratna istrinya di depan banyak orang, terlebih karena masalah itu dirinya jadi kehilanngan hari yang indah pagi tadi. Hendra memutuskan mampir ke rumah Dewi sebelum berangkat kerja, dan menatap Dewi dari dalam mobilnya."Itu dia orangnya!" Ucap Hendra saat melihat kakaknya.Dewi sedang memasukkan motor ke dalam teras rumah saat Hendra datang dan memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu halaman. Dewi baru saja pulang mengantarkan Nadia ke sekolah saat Hendra mendekat dengan wajah marah menatapnya."Tumben mampir?" Dewi langsung saja bicara saat adiknya itu berjalan masuk ke dalam teras rumahnya."Mau melihat kakak kandungku yang tega sekali mempermalukan adik iparnya di depan banyak orang!" Ucapnya tak lagi menunjukkan sikap baik."Oh, sudah dapat laporan apa kamu dari Ratna?" Dewi dengan santainya menjawab ucapan Hendra. "Maksud mbak Dewi apa ya? mbak Dewi iri dengan hidup kami atau bagaimana?"Dewi tersenyum mend
Baca selengkapnya
17. Masalah baru
Matanya Alif lalu menatap ke arah Tri yang berdiri di barisan depan, sebab dia termasuk pemimpin di perusahaan ini. Tri tergagap saat matanya bertemu pandang dengan tatapan tajam Alif, wanita itu memilih pergi dengan segera meninggalkan aula lewat pintu belakang.Sementara Alif tersenyum kecut menikmati keterkejutan kakak iparnya itu. Dia lantas memberikan sambutannya dengan wibawa.Tri bergegas masuk ke dalam ruang kerjanya, dirinya tak berhenti gemetar, sebab lelaki bernama Askara itu begitu mirip dengan Alif, bahkan sorot mata itu seolah ingin menerkamnya hidup-hidup.Apakah dia benar Alif? bagaimana bisa dua orang dengan identitas berbeda bisa memiliki wajah bak pinang di belah dua? bagaimana bisa?Tri terus bertanya sendiri, dia benar-benar takut jika Askara adalah Alif, mungkin saja dirinya akan terkena masalah setelah ini..Tri duduk diam di dalam ruangannya, dia ingin sekali memastikan lelaki itu bukanlah Alif yang dia kenal, tapi bagaimana dia bisa mencari tau itu, sementara
Baca selengkapnya
18.Gadis pembual
"Lisa terluka mbak, kayaknya Nadia merebut botol minum Lisa mbak, bocah itu sudah miskin banyak tingkah lagi!" Ratna membelalak seakan mendramatisir kisah nya.Tri hanya diam, hatinya panas mendengar anak nya di sakiti."Awas saja sampai anakku terluka, akan aku balas kamu Dewi!" Ucapnya geram dan segera menginjak pedal gas menuju sekolah anaknya!Sampai di halaman sekolah, Dewi memarkirkan motornya di bawah pohon, sementara mobil Tri masuk dan mencari tempat yang teduh. Dewi bergegas masuk ke dalam gedung sekolah, di susul Tri dan Ratna dari belakang.Nadia duduk di sudut ruangan, mengengam tanganya yang merah dengan banyak luka cakaran. Lisa duduk di samping seorang guru pembimbing, bibirnya terlihat di kompres dengam batu es."Nadia!". Dewi memeluk putrinya yang takut, terlebih saat Tri dan Ratna datang dengan tatapan tajam pada gadis kecil itu."Kenapa bibirmu Lisa?" Tri memeriksa bibir putrinya dan menemukan benjolan sebesar kelereng di sana."Di dorong Nadia!" Teriiaknya dengan k
Baca selengkapnya
19. Hasutan Tri
Dewi melihat mobil Tri keluar dari sekolah, wanita itu berhenti di pelataran dan kembali masuk ke dalam gedung sekolah setelah memastikan mobil Tri tak lagi terlihat."Nadia ibu boleh tanya sesuatu?" Dewi bertanya setelah masuk kembali ke dalam gedung sekolah, mereka duduk di dalam ruang tunggu orang tua sekarang."Ibu mau tanya apa?" Nadia bertanya dengan polosnya.Dewi membelai wajah bersih Nadia, gadis itu begitu cantik dengan bulu mata yang lentik dan lebat."Ibu percaya dengan Nadia, ibu percaya putri ibu nggak mungkin bohong, tapi kan bude Tri nggak percaya kalau mbak Lisa yang memulai, Nadia bisa cerita kenapa mbak Lisa ambil botol minum Nadia?"Gadis itu menganggukkan kepala. "Nadia mau ke taman buk, mbak Lisa datang dan ambil botol minum Nadia.""Di mana mbak Lisa ambil?" Dewi bertanya dengan lembut."Di dekat kelas mbak Lisa." Ucap Nadia lancar, gadis itu masih mengingat dengan baik apa yang terjadi."Lalu Nadia dorong mbak Lisa?" Dewi kembali bertanya, ada keyakinan putriny
Baca selengkapnya
20. Keluarga kejam
Tri datang ke kantor Aziz, menunggu cukup lama di ruang bawah dan suaminya turun setelah jam kantor hampir usai."Ada apa ke sini?" Aziz bertanya pada Tri, wanita itu berdiri dari tempatnya duduk dan menarik lengan suaminyya menjauh dari keramaian."Mas nggak baca pesanku?""Pesan apa? aku baru selesai rapat dan langsung mendapat kabar kamu di sini, ada apa? Apa nggak bisa bicara saja di rumah?"Tri menatap ke aarah parkiran, Lisa membuka kaca jendela saat melihat mamanya menatap."Kamu datang dengan Lisa?" Aziz melihat putrinya di dalam mobil sang istri."Iya, dia terluka dan meminta datang kemari mencarimu.""Terluka bagaimana?""Ya tanya saja sama ponakan miskinmu itu mas, dia berebut botol minum dengan Lisa."Aziz bergegas menuju parkiran dan menghampiri mobil istrinya. Lisa duduk di kursi depan, jantungnya berdetak kencang saat papanya datang dengan tergesa dari kejauhan."Lisa! ada apa sayang?" Aziz terlejut melihat memar di bibir putrinya itu, membuat lelaki itu kini menatap ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status