Semua Bab Wanita Buruk Rupa Pilihan CEO Kaya: Bab 11 - Bab 20
100 Bab
Bab 11 - Kecurigaan Bram
Mami Diana menyambut "Felisa" dengan baik, seperti yang dilakukan kepada Inara dulu di awal pertemuan. Dia terlihat seperti sosok wanita yang lembut, dan ramah.Terkadang, Inara masih merasa seperti mimpi. Bagaimana bisa wanita yang awalnya terlihat baik itu, bisa begitu jahat. "Ternyata, benar apa yang dikatakan Bram. Kamu sangat cantik dan seksi, Fel. Pantas saja anak Mami begitu tergila-gila sama kamu. Semoga saja, kamu mau menikah dengan Bram," ucap Mami Diana bersikap manis ketika mereka berada di meja makan untuk dinner.Inara pun mengangguk dan tersenyum manis. " Terima kasih, Tante. Ehm, tapi maaf. Aku tak bisa jika Bram masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Aku tak ingin disebut perebut kekasih orang karena aku paling tak suka perselingkuhan," sahutnya.Bram menjadi tersedak. Dia merasa tertampar dengan ucapan perempuan itu.Untungnya, sang mami langsung sigap memberikan Bram air putih. "Terima kasih, Mi."Inara tersenyum dalam hati melihat itu.Dia pun memulai seranga
Baca selengkapnya
Bab 12 - Laki-laki Yang Sama
Bram hanya bisa menatap kepergian Inara bersama kedua laki-laki berbadan besar-yang mengaku bodyguardnya. Dia masih dibuat tercengang-tak percaya. "Aku ingin tahu, siapa sebenarnya kamu?"Bram melajukan kendaraan menuju apartemen tempat dia tinggal bersama Monika. Tak butuh waktu lama, dia sudah sampai. Dia langsung menuju unit apartemennya. Suasana tampak sepi, karena Monika belum kembali dari berlibur. "Menjenuhkan sekali! Andai Felisa menjadi istriku, pasti aku tak kesepian seperti ini," ucap Bram sambil melempar jas yang dia kenakan ke sofa yang berada di ruang TV. Dia pun akhirnya memilih untuk mandi. "Apa Felisa wanita simpanan CEO perusahaan Aditama? Rasanya tak mungkin, jika dia hanya seorang sekretaris biasa. Huhf, selalu gagal aku mendekatinya!" Bram masih terus bertanya-tanya. Apa yang terjadi tadi, sungguh di luar nalarnya. Pikirannya menjadi kacau. Lamunannya terhenti, karena ponselnya berdering. Dia raih benda pipi itu di atas nakasnya. Ternyata, Monika yang mengh
Baca selengkapnya
Bab 13 - Terbongkar
"Kamu jangan salah paham dulu! Aku ini sedang berbicara dengan teman kuliahku. Ada masalah akademik yang harus aku selesaikan. Setelah kita pulang berlibur, aku harus segera mengurusnya," jelas Romeo bohong. Tentu saja dia memilih berbohong. Apa jadinya nanti, jika Monika tahu? Kalau dia selama ini menjalin hubungan dengan seorang nenek-nenek. Dia lakukan demi uang. "Ayo kita ke kamar! Kita lanjutkan yang tadi sempat tertunda. Maaf, sudah membuat kamu kesal. Makanya sekarang, aku ingin membuat kamu senang," rayu Romeo yang langsung menarik tangan Monika- mengajaknya ke kamar. Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Romeo sudah langsung melucuti pakaian Monika. Membuat tubuh Monika dalam keadaan polos. Setelah itu, dia pun melakukan hal yang sama. Kini tubuh mereka berdua sudah sama-sama polos. Berbeda halnya dengan mereka yang sedang melambung tinggi ke angkasa, Mami Diana justru merasa kesal. Merasa diabaikan. Padahal dia kerap memberikan uang yang banyak kepada Romeo. "Aku tak akan mel
Baca selengkapnya
Bab 14 - Pertemuan Bram Dengan Romeo
Monika sudah sampai di Jakarta, dia langsung berpisah di bandara dengan Romeo. Mereka akan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. "Sayang, aku sudah kembali. Sekarang, aku sudah sampai di apartemen. Aku tunggu ya! I love you," Monika menuliskan pesan chat kepada Bram. Sambil menunggu Bram kembali, Monika memutuskan untuk berendam di bathtub untuk merilekskan tubuhnya. Tubuhnya terasa remuk, karena ulah Romeo. Hal yang sama dilakukan Romeo. Sesampainya di kosannya. Romeo pun langsung menghubungi Mami Diana. Mendengar kekasihnya sudah kembali, dia merasa begitu senang. Diana mengajak Romeo ke rumah, untuk makan malam bersama. Sekaligus dia ingin mengenalkan Romeo kepada anaknya. Romeo menyambutnya dengan senang hati. Namun sebelumnya, dia meminta Mami Diana mengirimkan uang sebanyak 5 juta ke rekeningnya. Dengan alasan, dia ingin pulang kampung menemui orang tuanya untuk membicarakan tentang pernikahannya kepada orang tuanya. "Benar 'kah, kamu akan melakukan hal itu? Kamu yakin
Baca selengkapnya
Bab 15 - Memutuskan Hubungan
"Mampus gue! Ternyata dia anak Diana. Gue harus hati-hati ini. Kalau tidak, bisa gagal rencana gue untuk mengeruk harta nenek-nenek ini," Romeo bermonolog dalam hati. "Kamu kenapa Bram?" tanya sang mami. Perasaan Romeo kala itu menjadi tegang. Terlebih ekspresi wajah Bram, penuh tanda tanya menatap ke arahnya. "Sebelumnya, apa kita pernah bertemu? Melihat lo, rasanya gue gak aneh. Jangan bilang, lo mau mainin mami gue ya! Kalau sampai hal itu terjadi, lo akan berhadapan sama gue!" Bram berucap to the point kepada Romeo. Melihat ketegangan anaknya dengan kekasihnya, Mami Diana mencoba mencairkannya. Dia mengajak mereka untuk makan malam dulu. Kini mereka sudah di meja makan. Bram terlihat hanya diam. Dia merasa tak suka melihat kemesraan maminya dengan berondongnya. Dia pun dengan Monika tak seperti itu. Prang!Bram membanting sendok dan garpunya dengan kasar, dan beranjak bangkit. Membuat Mami Diana dan Romeo terperanjat kaget, dan menatap ke arah Bram. "Kamu ini kenapa sih?" pe
Baca selengkapnya
Bab 16 - Penderitaan Monika Dimulai
"Teman kampus. Biasa, mereka suka iseng. Sudahlah, tak penting! Aku tak ingin merusak momen kebersamaan kita. Lupakan saja," ucap Romeo berbohong. Romeo memilih menonaktifkan ponselnya. Dia tak ingin Mami Diana curiga, kalau dia menjalin hubungan dengan wanita lain. Selain dengannya. Dia masih membutuhkan uang Mami Diana. "Sial, sekarang nomornya tak aktif.""Ya Tuhan, aku harus kemana ini. Kalian berdua begitu menyebalkan," ucap Monika. Dengan perasaan terpaksa, Monika pergi meninggalkan apartemen Bram. Dia menjadi dendam kepada Bram. "Jika aku tak bisa memiliki kamu, dia pun tak boleh memiliki kamu!"Monika tak habis pikir, mengapa Bram bisa mendapatkan foto-foto itu. Dia yakin, kalau ini semua rencana Bram untuk bisa bersama Felisa. Tanpa Monika bisa menuntutnya. "Aku pikir, kamu tak akan menyuruh orang untuk mengikuti aku. Aku memang benar-benar bodoh! Aku menjadi kehilangan segalanya. Romeo juga menyebalkan, disaat aku membutuhkannya. Dia tak bisa dihubungi," Monika bermonolo
Baca selengkapnya
Bab 17 - Menjalin Hubungan Dengan Keduanya
"Pasti kamu terkejut 'kan? Kami berdua akan menikah. Kamu kesini mau ngapain? Bukankah hubungan kamu sudah berakhir dengan Bram? Itu tandanya, aku sudah tak ada hubungan lagi denganmu," ucap Mami Diana dengan sombongnya. "Brengsek! Dia menipuku. Ternyata, dia menjalin hubungan dengan Nenek-nenek itu. Ehm, apa aku bilang saja ya tentang hubungan aku dengannya? Biar sekalian hancur semua," Monika bermonolog dalam hati. "Hei, mengapa kamu diam? Sudah sana pergi! Jangan pernah tampakkan wajah kamu di depanku lagi! Aku tak ingin melihatmu lagi," Mami Diana mengusir Monika. Monika merasa geram, dia merasa terhina! "Jangan terlalu bangga! Apa Anda sudah mengenal lebih jauh, siapa laki-laki di sebelah Anda saat ini?" sindir Monika. Wajah Romeo berubah pucat. Bom atom sepertinya akan segera meledak. Terlebih saat ini, Diana menatapnya lekat. "Jangan dengarkan apapun yang dia bicarakan! Dia itu merasa iri dengan hubungan kita. Apalagi kamu mengusirnya dari sini," ucap Romeo. Romeo mencoba
Baca selengkapnya
Bab 18 - Menumpang Hidup
Akhirnya, Monika ikut bersama Romeo. Selama dalam perjalanan, Monika terlihat hanya diam saja. Dia juga lebih memilih menatap ke arah jalanan. Bukan itu saja, Monika juga terlihat menghempaskan tangan Romeo. Saat Romeo bersikap usil, berusaha menggodanya"Ayo, kita turun! Apa kamu mau ikut supirnya saja?" goda Romeo sambil memainkan alisnya. Romeo terkekeh melihat ekspresi wajah Monika yang baginya begitu menggemaskan. Sebenarnya, dia memiliki perasaan cinta kepada Monika. Namun sayangnya, Monika masih saja ingin mempertahankan Bram. Hingga akhirnya, mau tak mau Romeo harus membuang perasaannya cintanya kepada Monika. Bram memiliki segalanya, sangat berbeda dengan Romeo. Tentu saja, dia tak ingin hanya makan cinta saja. Terlebih, Romeo seorang gigolo. Dia tak percaya, kalau Romeo mencintainya. Monika selalu menghindar, jika Romeo berkata cinta kepadanya. "Ayo masuk! Memangnya, kamu mau di sini terus? Kosan aku memang tak semewah apartemen mantan kekasih kamu. Tapi paling tidak, kamu
Baca selengkapnya
Bab 19 - Memilih Memendamnya
"Katakan saja, tak usah berbohong!" sindir Rizky."Sejak awal aku menikah dengannya, aku memang tak pernah mencintai dia. Aku hanya terpaksa menerima perjodohan dengannya. Apalagi, saat seperti sekarang ini. Tujuan aku hanya ingin membalaskan dendam kepadanya. Sebenarnya aku—" Inara menghentikan ucapannya. "Ada apa?" tanya Rizky. Namun, Inara justru menggelengkan kepalanya.Tiba-tiba saja, dia teringat apa yang dilakukan orang tua Rizky kepadanya dulu. Hingga akhirnya Inara memilih untuk diam, dan memendam perasaannya. Sebenarnya Rizky berharap Inara mengatakan perasaannya kepadanya. Namun akhirnya, Rizky mencoba mengerti. Yang terpenting baginya saat ini, Inara tak pernah mencintai Bram. "Ya sudah, tak usah dibahas lagi!" ucap Rizky. "Aku akan menunggu, sampai saatnya tiba! Semoga saja kita bisa berjodoh!" Rizky berkata dalam hati. Saat ini, Pak Susilo sudah berada di rumah sakit di Singapura. Dengan bantuan Rizky, Inara ingin menyembuhkan mantan mertuanya itu. Selama ini Pak Sus
Baca selengkapnya
Bab 20 - Memenangkan Tender
"Iya, aku mau," jawab Monika. Romeo langsung memeluk tubuh Monika, meluapkan rasa bahagianya. "Makasih ya, Sayang! Aku janji, aku akan berusaha membahagiakan kamu. Meskipun aku tak sehebat mantan kekasih kamu," ucap Romeo. Pikir Monika, paling tidak dia memiliki tumpuan untuk bertahan hidup. Disaat Bram membuangnya seperti sekarang. Bram sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Hari ini dia akan berjuang keras untuk mendapatkan tender besar, dia akan bersaing dengan pengusaha lainnya. "Aku yakin, kalau aku yang akan memenangkan tender itu. Dengan seperti itu, perusahaan papi akan bertahan. Dengan rasa percaya dia memasuki tempat pertemuan. Dia datang sendiri kala itu. Hatinya terasa panas, saat Rizky datang bersama wanita pujaannya. Rizky sengaja duduk di sebelah Bram, agar memudahkan dia membuat Bram semakin kesal. Melihat kemesraan dia dengan Felisa. "Jika nantinya, tender ini saya yang menang. Anda tak boleh melarang saya, untuk memiliki sekretaris Anda!" ucap Bram dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status