Share

Bab 11 - Kecurigaan Bram

Mami Diana menyambut "Felisa" dengan baik, seperti yang dilakukan kepada Inara dulu di awal pertemuan.

Dia terlihat seperti sosok wanita yang lembut, dan ramah.

Terkadang, Inara masih merasa seperti mimpi. Bagaimana bisa wanita yang awalnya terlihat baik itu, bisa begitu jahat.

"Ternyata, benar apa yang dikatakan Bram. Kamu sangat cantik dan seksi, Fel. Pantas saja anak Mami begitu tergila-gila sama kamu. Semoga saja, kamu mau menikah dengan Bram," ucap Mami Diana bersikap manis ketika mereka berada di meja makan untuk dinner.

Inara pun mengangguk dan tersenyum manis. " Terima kasih, Tante. Ehm, tapi maaf. Aku tak bisa jika Bram masih menjalin hubungan dengan kekasihnya. Aku tak ingin disebut perebut kekasih orang karena aku paling tak suka perselingkuhan," sahutnya.

Bram menjadi tersedak. Dia merasa tertampar dengan ucapan perempuan itu.

Untungnya, sang mami langsung sigap memberikan Bram air putih.

"Terima kasih, Mi."

Inara tersenyum dalam hati melihat itu.

Dia pun memulai serangan keduanya. "Kamu kenapa? Apa kamu dulu selingkuh dari pasanganmu? Jika ya, tolong menjauh. Aku tak ingin memiliki suami tukang selingkuh yang hanya menyakiti hati istrinya," ucap Inara lembut, tapi lagi-lagi menohok Bram.

Wajah pria itu langsung berubah pucat pasi. Dia juga terlihat gugup.

Namun, dia tak ingin melepaskan "Felisa".

Menyadari itu, Mami Diana langsung bertindak. Wanita itu pun berkata, "Oh... Untuk itu, kamu tak perlu khawatir. Bram itu tipe laki-laki yang setia. Hanya saja, dia kurang beruntung dalam percintaan. Mantan istrinya pergi meninggalkan dia dengan selingkuhannya. Bram sempat tak ingin menjalin hubungan dengan seorang wanita, sampai akhirnya dia bertemu dengan Monika. Tapi ternyata, Monika pun tak tulus mencintainya. Dia hanya mengincar harta kekayaan Bram saja."

"Maka dari itu, Mami meminta Bram untuk memutuskan hubungannya dengan Monika. Mami merasa kamu wanita yang baik dan serasi untuk Bram," tambahnya, "pasti, kalau kalian memiliki anak, anak kalian sangat cantik dan tampan."

Bram mengangguk.

Keduanya tampak kompak, sama seperti yang dilakukan saat Bram masih berstatus suami Inara.

Inara hanya bisa mengehela nafas, berusaha sabar. Kelakuan ibu-anak ini luar biasa!

'Sebentar lagi, giliran kamu yang dibuang seperti aku dulu. Bersiaplah Monika!'

Inara tersenyum dalam hati.

Cepat atau lambat dia akan melihat Monika di tendang oleh Bram. Terlebih, jika Bram tahu kelakuan Monika di luar sana.

"Kamu memanggil Mami jangan Tante dong! Panggil Mami saja, biar terdengar lebih akrab," pinta Diana kepada Felisa.

"Maaf, aku gak bisa Tan. Aku belum bisa menerima Bram. Aku ingin Bram memutuskan hubungan dengan Monika dihadapkan aku. Agar aku merasa yakin, kalau dia mereka benar-benar putus!" pinta Inara.

Bram dan sang mami tampak saling menatap, seakan saling bertanya. Siapa yang akan mencoba menjelaskan kepada Inara.

Sungguh permintaan yang sulit dilakukan Bram. Monika bisa saja membongkar semua yang terjadi di hadapan Inara, karena tak terima.

"Monika itu wanita yang keras. Bisa saja dia melukai kamu, saat itu juga. Mami yang akan jamin, kalau Bram sudah benar-benar putus darinya. Kamu tak perlu khawatirkan itu!" Mami Diana yang mencoba memberi pengertian kepada Inara.

"Lebih baik aku mundur, jika serumit itu!" Inara mengancam.

Tentu saja Bram tak mau hal itu terjadi. Dia ingin mendapatkan Felisa. Jika cara baik-baik tak bisa, Bram berniat menjebak Inara. Hingga akhirnya Inara tak bisa terlepas darinya.

Bram belum berhasil mendapatkan Inara. Inara tampak mengulur-ulur waktu, karena dia memang tak benar-benar menginginkan Bram.

Tiba-tiba saja Inara merasa pusing, bayangan apa yang terjadi waktu itu dengannya hadir di pikirannya. Wajahnya terlihat pucat, dan keringat dingin bercucuran membasahi wajahnya.

"Kamu kenapa?" tanya Bram yang melihat perubahan di wajah Inara.

"Aku ingin pulang! Tiba-tiba saja kepalaku pusing. Permisi," ucap Inara.

"Tunggu, aku akan antarkan kamu!"

Bram tak mengizinkan Inara pulang sendiri. Dia yang akan mengantarkan Inara. Akhirnya, mereka pamit pulang kepada Mami Diana. Namun, Inara tak mencium tangan mantan mertuanya itu. Dia tak ingin berkontak fisik. Dia takut, dia akan semakin parah.

"Ya Allah, aku mohon kuatkan aku! Aku harus bisa menghancurkan mereka!"

Mereka sudah dalam perjalanan pulang. Inara tampak memegangi kepalanya.

Bram berniat licik. Ini kesempatan baginya!

Bram membelokkan mobilnya ke sebuah hotel. Tentu saja hal itu membuat Inara semakin panik.

"Aku ingin pulang! Mengapa kamu membawa aku ke hotel?" tanya Inara. Dia begitu ketakutan.

"Kita bermalam di sini! Aku akan menyembuhkan sakit yang kamu rasa," sahut Bram tersenyum mesum.

Meskipun Inara tak fokus, karena merasa sakit yang luar biasa. Tapi, dia bisa melihat wajah licik Bram.

"Kamu jangan macam-macam! Aku bukan wanita murahan, seperti kekasihmu itu! Berhenti, aku turun di sini!" pekik Inara.

"Sudahlah Baby, jangan munafik! Kita sama-sama sudah dewasa. Temani aku malam ini! Kita habiskan malam ini bersama. Aku ingin buktikan rasa cintaku kepadamu!" rayu Bram.

Inara mencoba melepaskan diri.

"Ya Allah aku mohon, lindungi aku!" ucap Inara dalam hati.

Untungnya, Rizky mempekerjakan dua orang bodyguard yang akan melindungi Inara. Dia selalu mengikuti kemanapun Inara pergi.

Bram menarik tangan Inara dengan paksa dan kasar. Rasa trauma yang dia rasa semakin menjadi. Memori Bram menarik dirinya paksa waktu itu semakin terngiang.

"Lepaskan Nona Felisa!" ucap seorang Bodyguard.

Bram terperanjat kaget, saat mendengar suara barito itu.

"Siapa kalian? Jangan ganggu kesenangan kami!" Bram bersikap jagoan.

"Nona Felisa, menjadi tanggung jawab kami! Kami bodyguard-nya. Jangan berani mengganggunya! Kecuali ... kamu siap tulang-tulang kamu patah!" ancam seorang bodyguard.

Mata Bram membulat sempurna. Mengingat gaji seorang sekretaris, harusnya tak akan mampu membayar pengawal seperti ini.

'Sebenarnya, siapa dia? Mengapa dia memiliki bodyguard? Apa dia benar-benar hanya sekretaris biasa?' Bram bermonolog dalam hati.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rini Rachmawati
wih untung itu ada bodyguard jika tidak entah apa yg terjadi dengan inara
goodnovel comment avatar
Risty Hamzah
Aduuuuhh klo trauma inara kmbuh mulu gmn mau bales dendam nya inara
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
wah untung sih si risky gercep nyediain baju juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status