All Chapters of Terpaksa Menikahi Om Tampan: Chapter 91 - Chapter 100
130 Chapters
Bab 91 Malam Pertama Yang Sesungguhnya
Arya menyapu leher Liyana dengan lembut dan penuh gairah. Dengan sedikit ragu, tangan Arya mulai menyentuh area sensitif Liyana. Liyana pun membiarkan tangan suaminya menjelajahi tubuhnya. Liyana sudah siap menyerahkan segalanya kepada Arya suami yang kini begitu ia cintai.Arya menikmati detik demi detik kejutan yang ia dapati. Mata Arya nanar melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Arya menahan tangan Liyana saat ia hendak menutupi tubuh polosnya dengan tangan."Mas Arya, tunggu." Ucap Liyana lirih. Kini wajah Liyana memerah menahan malu. Malu tapi mau. Arya menggeleng menolak protes dari Liyana. Bukan protes tidak ingin melakukannya, tapi Liyana merasa takut, takut karena ini adalah yang pertama baginya. Namun, Arya sudah tidak dapat lagi menahan hasratnya.Liyana merasakan sensasi nikmat yang sulit di lukiskan dengan kata-kata. Pertama kalinya Liyana merasakan sesuatu senikmat ini. Membuat tubuh Liyana secara tidak sadar menggeliat seiring rasa geli dan nikmat yang tak tertaha
Read more
Bab 92 Mas Arya Yang Manja
Senyum mengembang terlihat di wajah Liyana. Hari itu pun Liyana dan Arya menghabiskan waktunya di atas ranjang hotel. Entah, Liyana dan Arya sudah bercinta berapa kali. Bisa di katakan Liyana dan Arya masih pengantin baru setelah keduanya rujuk kembali, menjadikan mereka menjadi suami istri yang sesungguhnya.Liyana dan Arya begitu menikmati masa-masa yang mereka habiskan berdua. Keduanya begitu menikmati anugerah yang telah tuhan berikan. Menikmati segala kenikmatan dan kasih sayang serta perhatian yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan.Rasanya ingin sekali selalu di manjakan dan di cintai dengan semaksimal mungkin. Hari seakan cepat berlalu, kebersamaan antara Liyana dan Arya begitu indah di rasakan. Hari yang cerah untuk dua makhluk ciptaan tuhan yang sedang di landa cinta tiba-tiba harus berubah menjadi sebuah kekhawatiran yang teramat khususnya bagi Liyana. Bagaimana tidak, setelah selesai sarapan tiba-tiba saja Arya suaminya mendadak merasakan sesak di dadanya. Liyana pun
Read more
Bab 93 Mencari Kehangatan
"Terus kita ngapain?" Tanya Liyana masih heran dengan tingkah suaminya."Gak ngapa-ngapain, cuma ingin berduaan sama kamu." Ucap Arya sembari menyandarkan kepalanya di pundak Liyana. "Ngapain pakai kunci pintu segala sih Mas kalau cuma bgeini." Gerutu Liyana, tangan Liyana mulai membelai lembut kepala Arya yang bersandar di bahunya. Membuat Arya merasa semakin nyaman."Biar gak ada yang ganggu." Sambung Arya.Liyana pun terkikik mendengar ucapan Arya. "Siapa yang berani ganggu Mas, lagian di rumah ini kan cuma ada kita, kalau pelayan mana ada yang berani. Bilang aja kalau Mas pingin mesra-mesraan, gak usah alasan gak mau di ganggu kali Mas." Ujar Liyana."Temenin sampai Mas tidur ya" Pinta Arya lagi."Iya boleh, paling sebentar lagi juga obatnya bereaksi. Pasti efek samping obatnya bakal bikin Mas Arya ngantuk banget." Liyana pun menurut saja. Masih tak tega kalau harus meninggalkan suaminya sendiri dengan kondisi tubuh yang masih lemas.Arya merebahkan tubuhnya perlahan, tiduran di
Read more
Bab 94 Rapat Mendadak
Selesai mencatat semuanya Liyana melangkah keluar kamar sekedar untuk mengambil cemilan ke dapur. Namun, saat Liyana kembali masuk ke dalam kamar suaminya sudah tak terlihat di atas ranjang."Mas Arya kemana? Apa dia sudah bangun?" Liyana pun meletakkan beberapa cemilan dari tangannya kemudian berkeliling kamar untuk mencari keberadaan Arya. Beberapa saat mencari, Liyana di kagetkan saat mendapati Arya yang sedang mengenakan pakaian untuk ke kantor. Arya terlihat sedang mengancingkan kemejanya. "Mas mau kemana?" Tanya Liyana penuh selidik."Mas mau ke kantor sebentar Li." Arya menjawab."Ke kantor? Mas Arya kan belum sembuh mana boleh pergi ke kantor, lagian ini udah lewat jam makan siang sebentar lagi juga jam kerja selesai Mas." Protes Liyana.Arya tidak menjawab, ia pun meneruskan kegiatannya untuk memakai pakaiannya. "Mas kenapa tidak menyuruh asisten Mas saja untuk datang ke sini kalau memang ada urusan yang penting. Jadi, Mas gak perlu datang ke kantor." Liyana melanjutkan pr
Read more
Bab 95 Cemas
Liyana melirik benda bulat yang menempel di dinding kamarnya. Sudah lebih dari jam delapan malam. "Kenapa Mas Arya belum pulang ya? Apa rapatnya belum juga selesai? " Liyana bertanya-tanya dalam hatinya.Liyana sama sekali tidak bisa tenang sepanjang sore hingga malam. Tentu saja karena memikirkan keadaan Arya suaminya. "Kalau tahu bakal lama begini mending tadi aku ikut, ya walaupun mungkin gak akan di izinkan sama Mas Arya." Liyana bermonolog sendiri."Apa Mas Arya baik-baik saja? Atau jangan-jangan malah kenapa-napa lagi? Aduuuh Mas kenapa belum pulang juga sih. Tidak-tidak, Mas Arya pasti baik-baik saja." Liyana mencoba menghalau kecemasannya.Liyana mencoba menenangkan pikirannya dengan menyiapkan beberapa bahan masakan untuk makan malam, meskipun bukan dirinya yang akan memasak, justru Liyana harus memperhatikan setiap bahan makanan yang akan di masak pelayan rumahnya. Liyana ingin menyambut kepulangan suaminya dengan menyediakan makan malam romantis.Beberapa lama kemudian, bah
Read more
Bab 96 Pagi Hari Di Kantor
"Maaas, aku gak bisa napas" protes Liyana tatkala Arya memeluknya semakin erat. Mendengar protes dari Liyana Arya justru malah semakin mendekap Liyana bukan melepaskannya.Liyana pun berusaha melepaskan dirinya dengan memukul ringan dada Arya. Pemberontakan itu justru malah membuat Arya kian menempelkan wajah Liyana ke dada bidangnya."Maas, udah gak tahan ni." Liyana pun mengeluarkan reaksi megap-megap seolah kehabisan napas. Akhirnya, Arya pun melepaskan pelukannya dan mendaratkan kecupan di kening Liyana istri kecilnya. Liyana pun bangkit dari duduknya, mengambil kotak bekal yang di bawanya dari rumah.Liyana berkutat mempersiapkan makanan yang ada di dalam kotak bekalnya. Membukanya satu persatu dan menaruhnya di atas meja yang ada di hadapan Arya. "Kita makan malam dulu yuk Mas" ujar Liyana setelah menata dan menyajikan makanannya di atas meja.Arya pun mengangguk mengiyakan."Makan yang banyak Mas, biar cepet sehat dan gak lemes lagi." Ucap Liyana seraya menyodorkan satu pir
Read more
Bab 97 Tanggung
Arya hanya diam saja tidak menjawab, ia mencoba mempertimbangkan permintaan istrinya. Dari pada berdebat Arya pun akhirnya mengiyakan. Liyana pun tersenyum senang, Liyana merasa lega karena Arya suaminya menuruti permintaannya.Beberapa saat kemudian ada sesuatu yang mengusik ketenangan sarapan Liyana. Ada sedikit noda di wajah tampan Arya. Bekas remahan sarapan yang belepotan di sudut bibir Arya. Liyana pun dengan spontan mencoba menghapus remahan makanan dari sudut bibir Arya. Liyana mendekat dan mengulurkan sebelah tangannya ke wajah Arya. Mencoba menghapus sisa makanan di sudut bibir suaminya dengan jemarinya. Namun, pandangan Liyana justru malah fokus ke bibir Arya.Arya merasa kaget karena perlakuan Liyana yang tiba-tiba lembut dan menggoda. "Mau ngapain Li? Mau minta jatah yah?" Arya bertanya seraya mengamati tingkah Liyana dengan bersemangat. Menantikan tindakan Liyana selanjutnya.Liyana meletakkan sendok yang ia pegang, kemudian melanjutkan meletakkan jemari tangannya di wa
Read more
Bab 98 Arya Menginginkan Seorang Bayi
Mobil yang membawa Arya pun melaju membelah jalanan yang sudah mulai padat. Dalam perjalanan pulang, Arya melirik Liyana yang sedari tadi duduk terdiam.Tiba di kediamannya Arya keluar dari mobil dengan di bantu oleh pelayan yang sudah siap menyambutnya. Saat hendak melangkah masuk ke dalam rumah, Liyana dengan sigap meraih lengan Arya dan menggandengnya. Keduanya pun melangkah bersama-sama menuju kamar mereka.Pagi sudah berubah siang saat Arya dan Liyana tiba di dalam kamarnya. Arya yang merasakan badannya mulai lengket oleh keringat pun langsung melangkah menuju kamar mandi untuk kembali membersihkan tubuhnya.Setelah dua puluh menit Arya pun keluar dari kamar mandi. Ia pun kemudian berjalan menghampiri Liyana yang sedang duduk anteng di atas kasurnya seraya menatap ponsel yang ada dalam genggamannya."Li, ada yang mau Mas bicarakan" ucap Arya saat dirinya sudah duduk tepat di sisi Liyana."Bicara aja Mas, aku pasti dengerin kok." Jawab Liyana dengan pandangan masih ke layar ponsel
Read more
Bab 99 Dua Garis Merah
"Li, Mas mau ke ruangan kerja sebentar. Kamu mau ikut atau mau di sini saja?" Arya bertanya, semenjak rujuk kembali dan menjadi pasangan suami istri yang sesungguhnya sikap Arya memang begitu hangat terhadap Liyana. Arya menjadi begitu perhatian, pun sama halnya dengan sikap Liyana terhadap Arya."Enggak ah Mas, aku mau rebahan di sini saja." Jawab Liyana.Arya tersenyum memperhatikan Liyana, kemudian Arya melangkah mendekati Liyana, memberikan kecupan di kening Liyana. Seketika Liyana memjamkan matanya untuk beberapa saat, menikmati perlakuan lembut suaminya."Mas, keluar sebentar ya." Ucap Arya seraya mengusap lembut puncak kepala Liyana.Liyana pun mengangguk. Memandangi Arya yang mulai keluar dan menghilang dari balik pintu kamarnya. Liyana mengalihkan pandangannya ke sebuah benda pipih yang masih tergeletak di atas kasur. Liyana meraih benda tersebut, jemarinya mulai menari di layar ponsel.Setelah beberapa saat Liyana mulai bosan dengan ponselnya, ia pun memutuskan untuk memejam
Read more
Bab 100 Menjadi Lebih Perhatian
Entah, Liyana harus merasa bahagia atau sebaliknya. Liyana merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Perlahan Liyana keluar dari toilet membawa benda kecil dengan dua garis merah dalam tangannya.Liyana menyerahkan benda tersebut kepada sang dokter setelah ia duduk kembali pada kusri yang bersebelahan dengan Arya di hadapan dokter tersebut.Setelah sang dokter melihat benda tersebut ia pun segera memberitahukan hasil dari pemeriksaannya. Dan dokter mengatakan bahwa Liyana sedang hamil. Arya adalah orang paling bahagia saat mendengar kabar kehamilan Liyana. Apa yang di harapkannya benar-benar terjadi. Arya begitu gembira, angan-angannya akan menjadi seorang ayah akan segera terwujud.Spontan, Arya mengecup dahi Liyana seraya mengucapkan terima kasih kepada istri kecilnya tanpa menghiraukan keberadaan dokter di hadapannya. "Terima kasih Li," ucap Arya seraya memeluk Liyana. Namun, Liyana tak membalas pelukan suaminya. Ia hanya tersenyum hambar melihat kegembiraan suaminya. Pelukan Ary
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status