All Chapters of Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku: Chapter 21 - Chapter 30
51 Chapters
Bab 21: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku  
Jangan berhenti menunjukkan kasih sayang, meski yang engkau terima adalah pengkhianatan. Sebab, setelah perpisahan, merekalah yang akan paling menderita. Sedang dirimu sedang sibuk berbahagia.-@bemine_3897--“Bang, kok enggak dijawab, sih?” rengek Ida sembari mengguncang lengan suaminya.Perempuan itu memasah wajah murung sebab Bang Bayu seperti enggan bersuara. Dia mengapit bibir, dan hanya duduk seperti tidak bernyawa di sofa mahal itu. Sikapnya jelas memaksa agar Bang Bayu menjelaskan sosok mana yang sedang ditunggu olehnya. Sedangkan aku dan keluarga berada di seberangnya, memandang ke arah sepasang suami dan istri tersebut. Sesekali, aku menjatuhkan sorot ke arah Bang Fuad dan Ida, mencoba memastikan sekali lagi jika mereka memang punya hubungan gelap.Sebab, hingga saat ini, ada titik di mana aku ingin semuanya tidak pernah terjadi. Perasaan membuncah untuk Bang Fuad meski dirinya begitu kaku dan dingin, atau rasa bangga bertemankan wanita hebat seperti Ida, semua itu tida
Read more
Bab 22: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Apa maksudnya ini?” Suara Ida meninggi sendiri.Namun, tidak ada yang bergegas menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita yang memakai dress mahal itu. Dia komat-kamit menuntut Bang Bayu agar lekas menjawab dirinya, lagi-lagi hanya embusan angin yang menjawi balasan untuk perempuan itu.Bang Bayu membiarkan sang pengacara tersebut mengambil alih situasi. Dia memilih untuk kembali menempati sofa tanpa mengajak istrinya agar turut serta bersama.“Tolong duduk dulu, Nyonya? Kita bicarakan secara kekeluargaan, ya?” pinta sang pengacara tersebut.Pria berkepala plontos bernama Tamtama berkata tegas. Dia mengetuku punggung penanya di atas berkas, meminta dengan jelas agar kami semua duduk dengan tenang di sofa dan membiarkan dirinya yang berbicara seorang diri.“Silakan dimulai saja, Pak Pengacara!” Bang Bayu berujar.“Apanya yang dimulai, Bang? Bukannya hari ini mau rayain ulang tahun putri kita?” tuntut Ida bingung.Kasihan sekali perempuan itu. Dia dilanda kepanikan saat seluruh b
Read more
Bab 23: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Harusnya kau sadar diri, Yu! Wajar kalau anakku tertarik dengan perempuan secantik itu. Bukannya protes, harusnya kau juga belajar agar bisa berpenampilan sepertinya,” cela mamak mertua saat aku mengayunkan langkah untuk pergi dari sana.Nyeri ulu hati mendengarnya. Bagi perempuan yang bahkan tidak memberikan kontribusi apa-apa dalam hidupku, sungguh tidak pantas lidahnya bersilat sedemikian kejam.Kuusap dada, aku tidak ingin bertengkar dan bertingkah sangar di rumah ini. Tapi, pergi tanpa menjawab hinaan itu juga akan meninggalkan luka di dalam hatiku.“Lihat penampilannya, lihat penampilan kau! Bahkan orang buta saja bisa membedakannya,” tambah mamak mertua.Kian kasar lidahnya bertutur. Tidak ada kebijaksanaan sama sekali dalam setiap kalimat yang dilontarkan olehnya. Aku paham jika mamak mertua begitu mencintai Bang Fuad, namun ada jutaan orang lain yang bisa bersikap sebaliknya. Mereka tahu cara membentuk hubungan dan berkomunikasi dengan manusia, apa lagi menantunya sendiri.“
Read more
Bab 24: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Sesaat, pikiranku buyar usai mendengar permintaan itu di bawah guyuran hujan. Sebanyak apa pun aku mencoba untuk berpikir jernih, jeritan serta hinaan dari mamak mertua di atas teras terus mengusik diriku agar menuruti perkataan dari pria ini. “Kamu ingin terus di sini?” Bicaranya dingin dan tajam, memaksaku agar segera mengambil keputusan. “Aku baru saja selesai mengantar Ida ke rumah orang tuanya, lalu mampir kemari karena hapemu tertinggal di sofa. Sepertinya keadaan di sini jauh lebih buruk dari bayanganku.” Bibirku kian kelu, dan tangisku pecah kembali. Haruskah aku katakan iya pada permintaan Bang Bayu? Pria ini adalah suami Ida dan sangat tidak pantas andai dia yang membawaku keluar dari sini. Bukannya menyelesaikan masalah, tapi malah memperkeruh semuanya. “Ayu, masuk! Abang tidak mau kamu ikut sama dia, kita bicara dulu di dalam, Dek. Kamu jangan percaya dengan fitnah ini,” ta
Read more
Bab 25: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Sejak pergi dari rumah Bang Fuad, aku menyewa sebuah kamar kostan. Tidak ada tempat lain yang bisa kudatangi termasuk rumah peninggalan mamak dan bapak. Seumur hidup kami tinggal di rumah sewa dengan aku sebagai putri tunggal. Setelah keduanya meninggal, aku tidak mampu membayar sebab belum bekerja seperti sekarang. Jadilah, salah satu kerabat dari ayah bersedia memberikan tumpangan. Perempuan yang tidak perlu kusebutkan namanya itu membuatkanku sebuah gubuk di belakang rumahnya. Alasannya, tidak ada kamar kosong di dalam rumah yang bisa kuhuni. Aku menurut, meski tahu itu semua dusta. Makan juga seala kadar, kadang lauk-pauk disembunyikan olehnya. Padahal, sebelum menikah dengan pria bergelar pegawai negeri sipil, perempuan itu sering dibantu bapak dan mamak saat muda. Dia diberikan uang jajan untuk kuliah, dan dibantu biaya pendidikan semampu mungkin. Syukurnya, aku tidak perlu kembali ke titik itu
Read more
Bab 26: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Ya Allah, jika aku berdosa karena melakukan hal iniMaka, ampunilah aku. Sebab, menahannya terlampau sakitMembalasnya memberiku alasan lain untuk menghirup napas sekali lagi-Ayu -- “Perkenalkan, saya Ayu. Mulai hari ini saya yang akan jadi mentor sekaligus pengawas untuk kalian selama magang di kantor.” Aku memulai perkenalan dengan sepuluh siswa magang dari kampus ternama tersebut sembari tersenyum. Di depan beberapa karyawan dan siswa magang, aku memegang sebuah mic dan berdiri layaknya seorang presenter. Kali pertama melakukannya, tentu saja lututku gemetar dan suara menjadi sangat dalam. “Saya dipercayakan oleh perusahaan untuk menjadi rekan kerja terdekat kalian selama magang di sini. Saya harap, kita bisa bekerja sama dan melanjutkan misi untuk mendapatkan pengalaman bekerja untuk kalian.&rdqu
Read more
Bab 27: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Suami Si Miskin dan Si kaya ini bermain api di belakang pasangan mereka. Memadu kasih layaknya insan lajang, bahkan berani berdusta atas nama pekerjaan agar bebas staycation bersama!” umbarku kembali. Kian bergetar suara ini. Sungguh, lidahku berat untuk mengungkapkan sesuatu yang lebih dalam dibanding kenyataan jika Si Miskin itu adalah aku, dan Si Kaya adalah Ida. Di tengah guncangan yang aku sebabkan di ruangan rapat, suasana menjadi tidak terkendali. Para karyawan yang selama ini terbiasa menyalahkanku atas hilangnya status istri milik Ida, kini berpaling ke arah perempuan tersebut. Ida yang berdiri dengan wajah memerah tidak bisa menutupi fakta yang terlontar di ruangan ini. Semua topik yang aku paparkan barusan tidak lebih dan tidak kurang adalah kenyataan tentang kami berdua yang selama ini diputarbalikkan dengan kejam olehnya. “Hentikan! Apa kamu tidak sadar kalau ini ruang
Read more
Bab 28: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Apa yang sebenarnya ada di kepalamu itu?” Pria yang sedari tadi mencaci diriku kini menghempas tubuhnya di kursi putar. Dia terlihat lelah dan bingung usai menerima banyak ancaman dari wanita di dalam ruang rapat tadi. Setelah mendengar pemecatan Ida yang dilayangkan oleh wanita berkacamata tersebut, pria ini buru-buru mengajukan pembelaan. Dia meminta agar atasan dari HRD itu tidak ikut campur terlalu jauh perihal masalah di divisi kami. Tapi, pembelaan itu berakhir dengan dipanggilnya dirinya ke kantor direktur. Pria ini harus menghadap atasan paling tinggi di perusahaan hanya karena permasalahan yang sebenarnya cukup sepele. “Kamu tahu apa akibatnya sekarang?” usiknya sembari memukul meja. Jelas sekali jika pria ini tidak terima dirinya harus menanggung semua akibat setelah aku mengumbar kelakuan busuk Ida di ruang rapat. Hal itu membuat diriku kembali yakin akan sesuatu. 
Read more
Bab 29: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Maaf, Bang ... merepotkanmu selama ini.” Aku mendengar tutur dari lidah Ida setelah mediasi kami selesai. Kami keluar dari pengadilan berbarengan dengan didampingi pengacara. Bang Bayu masih mengobrol dengan pria itu sebelum Ida bersuara. Sedang diriku mengekor dari arah belakang karena gelisah dengan tingkah dan sikap Bang Fuad. Berbeda dengan Ida yang terlihat sangat pasrah, Bang Fuad malah sebaliknya. Dia terus mendekat, mengikis jarak dan membuat diriku terhimpit oleh kehadirannya. “Maaf sekali, Bang. Aku yakin kamu paling mengerti tentang situasiku,” ulang Ida sebab Bang Bayu masih enggan mempedulikannya. Ucapannya barusan membuat kami semua berhenti tepat di depan mobil WRF merah milik perempuan itu. Ternyata, di sebelahnya ada mobil milik Bang Bayu. Entah kenapa mereka bisa muncul berbarengan dan memarkir kendaraan berdekatan. 
Read more
Bab 30: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Seringai yang ditunjukkan oleh Bang Bayu membuatku terhenyak untuk sesaat. Pria itu menyeret lebih jauh benda panjang yang dikeluarkannya dari bagasi mobil. Menimbulkan bunyi berdenging yang menusuk telinga. Dia tidak berhenti saat pengacara yang bertugas mewakili kami menahan. Bang Bayu malah meminta agar pria itu tidak ikut campur dalam urusannya kali ini. Bang Bayu mendorong pengacara tersebut agar menyingkir. Dia masih memasang ekspresi yang tidak bisa kumengerti di parasnya. “Minggirlah, jangan halangi aku!” “Bang, apa yang kamu lakukan?” sergah Ida. Dia mendekati Bang Bayu karena mulai merasa ada yang janggal dari gelagatnya. “Kenapa kamu selalu membawa-bawa hadiah ulang tahunmu dariku?” Aku gegas melirik ke arah benda di ujung tangan Bang Bayu. Terlihat sangat mewah dan kuat. Benda yang hanya dibeli oleh orang-orang kaya karena harganya yang mahal juga ada d
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status