All Chapters of Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku: Chapter 11 - Chapter 20
51 Chapters
Bab 11: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Jelaskan pada Abang sekarang, Dek! Kamu sudah keterlaluan sekali akhir-akhir ini.” Bang Fuad kembali meneriaki diriku. Alhasil, aku hanya bisa melempar benda pipih itu ke ranjang dan menangis dengan begitu keras. Segala hal yang membuatku tersiksa beberapa hari terakhir kini semakin membingungkan. Bagaimana bisa seseorang yang kusangka adalah Bang Fuad itu ternyata orang lain? Lantas, kenapa gawai yang terhubung dengan nomor selingkuhan Ida bisa bersama Bang Fuad kala itu? “Dek, jangan menangis, bicaralah! Apa kamu kira semua masalah akan selesai dengan menangis?” pekik Bang Fuad lagi. Aku tidak bisa menjawab dan hanya membiarkan tubuhku berguncang karena tangisan serta desakan yang terus dilayangkan oleh Bang Fuad. Segalanya telah kacau, hancur tidak bersisa sekarang. “Jelaskan pada Abang, siapa yang kamu hubungi barusan?” 
Read more
Bab 12: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Beberapa jam berkeliaran tanpa tujuan di jalanan, aku pulang ke rumah saat malam menjelang. Suasana perumahan sangat sunyi mencekam, tidak terlihat satu manusia pun berkeliaran di depan rumah mereka. Kususuri gang dengan motor menuju bangunan yang entah apa masih pantas disebut rumah. Perasaanku berkecamuk luar biasa kala mendapati rumah itu sunyi sepenuhnya. Saat memutuskan untuk pulang tadi, aku sedikit menaruh harap untuk berbaikan dengan Bang Fuad. Bukan kenapa, hanya saja ada banyak hal yang harus kami bicarakan dengan kepala dingin agar mencapai solusi. Tapi ... harapan itu pupus begitu aku berhenti di teras rumah kecil tersebut. Tidak ada siapa pun di depannya, segalanya sunyi dan hampa sama seperti rumah lainnya. “Bang Fuad tidak menunggu?” ratapku usai mematikan mesin motor. Lengang, bahkan suara kehadiran manusia juga tidak terdengar dari dalam. Pria yang se
Read more
Bab 13: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Bukankah terlalu sulit untuk percaya jika kini Bang Fuad sedang berlutut di depanku?   Pria itu memeluk kedua kakiku dan mendekapnya begitu erat. Seolah, tindakannya meninggalkanku di Lhokseumawe sendirian tidak pernah terjadi di dalam hidup kami.   “Dek, tolong jangan begini lagi,” rintihnya tanpa mengendurkan rengkuhannya.   Aku hanya bisa menghela napas. Pria itu bahkan bergeming meski aku terus menggoyangkan kedua kaki dengan harapan agar dia membebaskan diriku.   “Dek?”   “Hai, Fuad! Kenapa kamu jadi bodoh seperti ini?” Mamak mertua berteriak khas dengan logat Acehnya. Beliau mendorong pundak Bang Fuad, mungkin mencoba menyadarkan putranya tentang betapa menyedihkannya dia hari ini. “Dikasih makan apa kamu sama Si Ayu sampai kamu jadi berlutut, hah? Laki-laki mana boleh begini, kamu itu tidak boleh tunduk sama istrimu, nanti dia jadi besar kepala, Fuad!” pekiknya lagi.
Read more
Bab 14: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Bab 14: Jembatan Perselingkuhan Suami dan SahabatkuSesuai dengan permintaan Bang Fuad, aku langsung pergi ke sebuah toko ponsel di daerah Penayong. Membawa uang sebanyak tiga juta lebih yang baru aku ambil dari ATM, kuputuskan untuk mampir ke sebuah toko ponsel satu pintu.Saat aku masuk ke dalamnya, dua pekerja di sana mengulas sebuah senyum. Mereka langsung menghampiri, lalu bertanya tentang apa yang aku cari di sini.Usai kuutarakan tentang jenis gawai yang aku cari, dua pekerja itu menggelengkan kepala. Mereka mencoba bertanya pada seorang perempuan yang sedang sibuk meng-scroll layar gawainya. Namun, jawaban yang dikembalikan padaku tidak banyak berbeda.“Coba Kakak cari di toko lain, jenis yang ini belum masuk lagi di kami, Kak. Cuma kalau Kakak berminat, kami bisa tawarkan jenis lain yang tidak kalah bagusnya!” jelas pria bersuara mendayu itu.Aku langsung menggelengkan kepala. Ada niat tersembunyi yang terpatri saat memilih jenis gawai yang satu ini. Sebab itulah, aku bersedi
Read more
Bab 15: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Setelah pertemuan itu, aku pulang ke rumah dengan hati yang lebih gusar. Keinginan untuk tetap berdamai dengan Bang Fuad terpaksa kuurung, sebab perkataan Bang Bayu telah memberiku banyak tanda tanya. Aku tidak boleh memercayainya seratus persen seperti dulu jika tidak ingin terluka sendirian.Apa benar Bang Fuad sudah berubah? Bagaimana kalau ini semua hanya siasatnya untuk membuat diriku tetap percaya padanya?Dan lagi, sikap Ida jauh berbeda dengan sebelumnya. Dia jadi lebih tenang, tidak banyak tingkah apa lagi sampai membicarakan soal bagaimana bahagianya dia dengan sang selingkuhan.Kuputuskan untuk tetap tegar sembari menunggu Bang Fuad pulang. Pria itu baru terlihat batang hidungnya saat malam menjelang dan azan Magrib berkumandang di masjid.“Assalamualaikum, Dek?” sapanya saat aku membuka pintu untuknya.Wajah Bang Fuad sangat cerah, senyumnya merekah seperti musim semi. Dia bersikap sangat manis sampai mencium kening
Read more
Bab 16: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Sejak hari itu, kekhawatiranku akan Bang Fuad dan Ida semakin meningkat. Pria yang sudah aku nikahi terlihat jauh berbeda, tidak hanya sikap dan perlakuannya padaku, namun juga saat kami berhubungan seperti kemarin malam.Aku merasakan jika Bang Fuad tidak lagi puas dengan diriku. Seperti, dirinya terjebak dalam suatu fantasi liar yang tidak ada di dalam pernikahan kami. Sampai, saat dirinya mencapai puncak kenikmatan, dia meninggalkanku sendirian dan langsung berlalu ke kamar mandi.“Yu? Pinjem dong hape barunya.” Suara Ida menggelegar di tengah lamunanku. Untung saja, di ruangan itu hanya ada kami berdua.Ternyata sudah jam istirahat, pantas saja seisi kantor terlihat lengang. Aku terlalu banyak pikiran hingga tidak lagi mampu fokus dengan keadaan sekitar. Pekerjaan hari ini berantakan, saat aku harusnya membantu atasan, malah aku yang dibantu olehnya.“Yu? Bengong lagi, deh!” Ida berseru.“Tidak, pakai hape sendiri
Read more
Bab 17: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
“Maaf, tapi aku tidak bisa berpikir hal lain lagi selain ini,” jelas Bang Bayu di sampingku.Dia menyetir mobil mewahnya di tengah gelapnya malam dengan begitu buru-buru. Ekspresi Bang Bayu terus menggambarkan betapa paniknya dia malam ini.Pria itu muncul di depan pintu hanya dengan kaos polos dan celana ponggol di bawah lutut. Tapi, dia tidak lupa memakai sebuah jam berlayar penuh yang modern itu, serta membawa dompet dan clutch yang kutebak berisi begitu banyak uang.Namun, dibandingkan itu semua, hal yang membuat batinku nyeri adalah penumpang di jok belakang. Seorang balita kecil terlelap di car seatnya yang terlihat begitu canggih. Dia diselimuti kain tebal, juga memakai topi rajut untuk menghalau panas.Dadaku sesak, bukan hanya karena kami akan mengejar fakta, tapi juga membayangkan apa yang terjadi dengan gadis kecil ini nanti. Dia masih terlalu belia untuk paham dengan situasi yang sedang terjadi.Bagi seorang anak, keluarga y
Read more
Bab 18: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku  
Tangis aku tahan dalam keheningan di sepanjang perjalanan. Rasa tidak percaya jika saat ini aku sedang mengejar Bang Fuad dan perempuan selingkuhannya terus menusuk dada.Di dalam mobil mewah ini, aku mendapatkan jawaban atas semua kecurigaan. Bang Fuad dan Ida, dua insan itu telah terlibat sesuatu yang sangat tidak masuk akal.Kami berada dalam rentang beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi oleh Bang Fuad dan Ida. Bang Bayu seperti menjaga jarak dengan mereka hingga sekalipun tidak pernah menyalip mobil-mobil lain.Sedang diriku, hanyalah seonggok manusia di jok sebelah kemudi. Tidak ada yang bisa aku lakukan, selain mengambil beberapa gambar, dan merekam bus tersebut. Seperti kata Bang Bayu sebelumnya, dia membutuhkanku untuk membantunya mengumpulkan semua bukti-bukti perselingkuhan istrinya dengan suamiku.“Jangan menangis, laki-laki seperti dia tidak perlu ditangisi! Tidak ada alasan untuk bersedih karena pria seperti itu.” Bang Ba
Read more
Bab 19: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Tiga jam berlalu. Aku dan putri kecil Bang Bayu masih menunggu di lobi hotel. Syukurnya, anak itu terlelap meski hanya beralaskan sofa dan sebotol susu pekat. Tidak rewel, tidak menangis apa lagi menjerit. Dia hanya merengek kecil, menunjukkan jika ini sudah waktunya tidur.“Mbak, ada yang bisa kami bantu?” Salah satu hotelier mendatangi kami berdua yang sudah mendekam di sofa tinggi tersebut untuk waktu yang lama.Perempuan berwajah cantik, dia menggelung rambutnya seperti seorang pramugari. Saat dirinya berdiri di dekat sofa, aroma harum menyeruak, menebas bulu hidung dan menyentuh hingga ke indera.“Apa ada yang Mbak tunggu di hotel kami? Atau ada sesuatu yang sedang Mbak cari?” tanyanya dengan intonasi yang sangat syahdu.Tidak lupa, perempuan tersebut tersenyum ke arahku. Lirikannya sempat jatuh ke arah putri Bang Bayu, sebelum dirinya berkata, “Apa Mbak butuh ruang yang lebih tenang? Apa Mbak mau check in atau ....”“Tidak, Kak. Saya menunggu ayah putri ini, dia sedang ....”“Ah
Read more
Bab 20: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku
Keesokan harinya, Bang Fuad pulang ke rumah. Dia datang tepat saat aku hendak berangkat bekerja. Wajahnya semringah. Pundak dan langkahnya terasa sangat ringan, seolah dirinya baru saja naik jabatan. Aku yang pagi itu memakai celana panjang longgar dan blouse kombinasi melirik ke arahnya. Bang Fuad mendekat, dia memamerkan padaku oleh-oleh napol yang dibawanya dari Medan tanpa rasa bersalah. “Dek, lihat Abang bawa apa?” “Ah, ini kan oleh-oleh yang terkenal itu, Bang. Punya artis, kan? Harganya mahal banget,” balasku. Tidak lupa, aku memainkan trik untuk menghadapinya hari ini. Bang Fuad pasti sedang menguji diriku, mencoba membaca apa yang sudah terjadi selama dirinya pergi. Ditambah lagi, dia juga mengecek keadaanku melalui ibunya. “Iya, Dek. Mau dimakan dulu atau nanti saja pulang bekerja? Abang enggak masuk hari ini, jadi engg
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status