Semua Bab Bangkitnya Istri Yang Kau Hina: Bab 11 - Bab 20
24 Bab
Kamu yang maksa
POV AuthorLasmi dan Heru pulang dari restoran dimana tempat Hani bekerja dengan tangan hampa. Keduanya tidak berhasil membawa pulang sepeda motor milik Hani. "Huh! Gara-gara dua satpam pe kok itu, gagal deh bawa motor si Hani!" Lasmi ngomel sepanjang jalan. "Kamu itu jadi laki-laki harus tegas, dong! Hani itu istrimu, dia harus wajib tunduk sama kamu, Heru!" Lasmi memukul keras helm anaknya. Heru mendadak hilang kendali sebab Lasmi terlalu kuat memukul helmnya. Sepeda motor Heru oleng hingga membuat mereka terperosok ke saluran air. "Aaaaaaw! Dasar 00n kamu, Her! Bisa-bisanya kita jatuh begini?!" umpat Lasmi meringis kesakitan ia tertimpa sepeda motor. "Aaaaw! Kakiku!" pekik Lasmi kesakitan. Heru berusaha bangkit lalu membenarkan posisi sepeda motornya. Keduanya jatuh di tempat sepi. Tebeng motor Heru sebelah kiri pecah, kaca lampu juga pecah. "Aduuuuh, kakiku!" Lasmi mengaduh, meringis memegangi pergelangan kakinya. Nampak biru diantara mata kaki wanita itu. "Ibu sih, pake muk
Baca selengkapnya
menghilangnya Hani
POV AuthorSuara sentakan dari arah pintu ruang perawatan Hani membuat Heru menoleh sementara tangannya masih mencengkeram kuat rahang Hani. Ini kali pertama ia melakukan kekerasan terhadap istrinya. Tindakan Heru terlihat jelas dari pintu, tirai Hani hanya tertutup bagian samping saja. Tekanan mental yang ia hadapi saat ini sanggup membuat Heru bertindak kasar. Beban hutang yang dia tanggung sangat menggangu pikiran, ditambah sepeda motornya rusak, serta tuntutan Lasmi untuk mencari biaya operasi Caesar Rita membuat pikiran Heru gonjang-ganjing. "Huh!" Laki-laki itu melepaskan cengkraman tangannya kasar hingga membuat tubuh Hani berguncang. Wanita dengan kepala terbalut perban dan tangan menggunakan arm sling itu meringis kesakitan sebab tangan kirinya sempat tertekan Heru. "Siapa Kau? Jangan ikut campur urusanku! Dia istriku, mau kuapakan saja, suka-suka aku!" ujar Heru matanya menyiratkan api amarah. "Saya Habibi, Dokter yang merawat Nona Hani! Ada berurusan dengan saya, sebab
Baca selengkapnya
Baru terasa (bab 13)
POV Heru"Pergi dari sini! Jangan kembali lagi!" Shiiit! Dua satpam itu menyebalkan! Bisa-bisanya aku diusir dari ruang perawatan istriku sendiri. Dan dokter itu tadi benar-benar membuatku kesal. Pokoknya gimanapun caranya, Hani harus secepatnya keluar dari rumah sakit ini. Lebih baik uangnya ku buat untuk servis motorku yang hancur. Aku menuju parkiran, nampak motorku paling hancur sendiri rupanya. Ooh, tidak! Apa kata orang-orang kantor besok kalau mereka lihat kondisi motorku yang buruk rupa? Lebih baik aku pulang sekarang, biarin aja si Hani sendirian di sini, biar dia urus dirinya sendiri! Kunyalakan mesin motorku lalu pergi. Kumandang adzan Maghrib mulai menggema langit juga sedang berproses pergantian siang dan malam. Aku masih dijalanan pulang dari rumah sakit. Dompetku kering, saldo ATM ku juga limit. Aarrggh! Gara-gara Rita dan Ibu aku sampai minus keuangan. Aku menepi. Duduk di pinggir jalan pada sebuah trotoar sambil menanti kumandang Adzan berhenti. ___ "Aku janji,
Baca selengkapnya
Nona Wijaya
POV HaniMataku mengerjap perlahan serta rasa sakit di kepala ini mulai terasa lagi. Rasanya berat saat ingin melek membuka mata lebar. "Aaaaw." Aku bergerak dan merasakan tanganku sakit sekali. "Aaaaaaw!" "Mbak Hani." Mendengar suara laki-laki memanggil, aku pun berusaha untuk membuka mataku. Jam dinding berwarna putih adalah benda pertama yang bisa kulihat, lalu pandanganku mengedar, kesemua arah. "Sepi?" Aku baru sadar, jika ini bukan ruang perawatan yang tadi, ini dimana? Kenapa berbeda? Perlahan kucoba bangkit namun tangan ini terasa amat sakit. "Pelan-pelan, Mbak! Tangannya jangan banyak gerak dulu." Bayu membantuku.Oh, iya aku baru ingat, tanganku 'kan retak. Sambil mengerjap perlahan aku minta untuk diposisikan duduk. "Kenapa kita ada disini, Bay?" "Semua demi kebaikan dan keselamatan Mbak Hani. Dokter Habibi yang mindahin Mbak kesini. Dia nggak mau Mbak semakin ngedrop gara-gara kelakuan Mas Heru. Kenapa Mbak nggak crita kalo suami Mbak itu temperamen?" Bayu nyeroc
Baca selengkapnya
Heru kalang kabut
Yuuk, baca lagi, yuuk ... POV AuthorHani meletakkan ponselnya di bed pasien dimana ia berbaring, mengabaikan telepon dari Heru. 'Sementara waktu, biarlah dia kuabaikan dulu. Aku malas diomelin.' Hani berusaha memejamkan mata, namun ia belum mengantuk. "Bay, aku nggak ada baju ganti, masa selama rawat inap disini aku nggak ganti, yang bener aja?" Hani menoleh Bayu. Laki-laki berparas tampan dengan kumis tipis itu mendekat. "Nih, pilih aja barang kebutuhan Mbak, biar nanti dikirim kesini." Bayu tersenyum. "Hah? Beli onlen? Kenapa nggak ngambil dari rumah aja? Buang-buang duit!" ketus Hani. Ia memang terbiasa hidup berhemat. Bayu menarik kursi lalu duduk di dekat bed Hani. "Mbak, dirawat disini itu bukan atas nama Hani, tapi Nona Wijaya, semua itu untuk menghindar dari suami Mbak. Tolonglah, jangan kacaukan rencana ini. Nanti, kalau Mbak udah sembuh, mau pecicilan terserah," ujar Bayu. Hani nyengir kuda, lalu mengangguk. "Ya udah, cariin aku br a, cd, dan baju tidur sama daster,
Baca selengkapnya
Kemana aku harus mencarimu (16)
POV AuthorHari telah berlalu, Heru kebingungan mencari dimana keberadaan istrinya. "Hani, kemana aku harus mencarimu?" Ia frustasi sebab datang ke restoran dan menghubungi rekan kerja istrinya, hanya sia-sia belaka. Mereka tidak ada yang tahu dimana keberadaan Hani. Jam istirahat kantor digunakan Heru untuk mencari keberadaan istrinya. Sementara di rumah sakit ... "Bay, aku mau pulang. Bosen disini," ujar Hani. Berada di ruangan VIP membuatnya kesepian. "Enggak! Mbak nggak boleh pulang dulu. Pengobatan Mbak belum tuntas," sahut Bayu. Jelas saja Bayu melarang, ia tak ingin terjadi sesuatu pada kakak kesayangannya itu. Hani duduk di brankar pasien, ia sudah mandi dan berganti pakaian dibantu oleh Suster. "Tapi, Bay ... aku kesepian disini." Hani memelas. Bayu bangkit lalu mendekati kakaknya. "Mbak mau pulang? Kita pulang kerumah bapak, bukan pulang kerumah suaminya Mbak!" Hani spontan menatap Bayu, ia menelisik mata adiknya itu, sorot serius terpancar dari mata indah itu. "Aa
Baca selengkapnya
mulut bvsvk Rita
POV Hani"Haniii! Buka pintunya!" Aku menutup telinga mendengar gedoran pintu kamar oleh si Rita pemalas itu. Teriak dan gedor saja sekuatmu, Ta! "Busyet, tuh iparmu rese bener ya, Han?" Lea nyengir duduk di lantai yang kini sudah digelari karpet. "Biarin ajalah, ntar juga capek sendiri. Masa dia nyuruh aku buat beberes dapur, katarak dia. Pokoknya akan kuberi pelajaran dia dan ibunya, Lee. Kebangetan lho, sakit begini masih aja disuruh-suruh." Aku ingat saat aku hamil dulu, setiap hari ada aja perintah dari Bu Lasmi maupun Rita, terlebih saat persiapan pernikahan anak itu, kebetulan aku sedang hamil trimester ke dua, seenak j1dat mereka mendikte perintah ini dan itu. Waktu hamil tua, hmm lebih parah lagi. Bahkan aku sampai tertekan hingga menyebabkan tensi darahku tinggi. Kutenteng map cokelat berisi hasil foto Rontgen tanganku, biar saja nanti mas Heru atau Bu Lasmi melihat sendiri kondisi tanganku. "Haniii! Kurang 4jar kamu, ya!" Terdengar umpatan Rita terhadapku dari luar
Baca selengkapnya
perhatian palsu
POV Hani"Aku nggak jadikan sakit ini alasan. Memang aku perlu istirahat dan jangan banyak gerak dulu, tanganku retak. Atau, gini aja ... kalo kalian keberatan merawatku selama sakit, gampang ... aku akan minta Bayu menjemput kesini, dan pergi dari rumah ini selamanya. Buat apa punya suami dan mertua yang nggak peduli terhadapku?" "Apa?! Kau bilang, suami dan mertua nggak peduli sama kamu?!" Mas Heru berkomentar. Kutatap kedua ibu dan anak ini bergantian. "Iya. Emang bener, 'kan? Bahkan Mas sendiri tega menyakitiku saat di rumah sakit kemarin." Bodo amat sama perasaan mereka. Wong mereka aja nggak peduli dengan perasaanku. Kalau bicara masalah dendam, tentu saja iya. Balas dendam itu dosa! Hanya Allah yang tahu. "Hani, jangan kau kuliti aib keluargamu didepan orang lain!" Mas Heru mencengkeram kuat bahu tanganku yang sakit. "Aaaw, sakit! Lepas!" Kupukul tangan suamiku. Kurang 4jar emang, dia sengaja apa gimana sih?! Tu buh ini di dorong oleh Mas Heru hingga membuatku limbung. Ooh
Baca selengkapnya
jangan bahas perceraian (19)
POV HaniAku menautkan alis menatap sekilas suamiku yang tumben banget berubah sikapnya, ada apa ini? "Yuk, kita istirahat aja, Dek! Mas temenin!" Mas Heru menggamit lembut tanganku. Widih, ciyus? Kok jadi lembut kek brownis kukus begini, wah patut di curigai ini! Aku merasa aneh dengan perubahan sikap suamiku. Nggak ada angin, nggak ada hujan, dia yang tadinya cuek secuek bebek mendadak lembut dan romantis, wah kurasa ada yang nggak beres ini. Okelah, kita ikuti saja alur yang dibuat Mas Heru, ada misi apa sebenarnya? Kok hatiku bilang, dia sedang melakukan modus demi sesuatu, aku harus waspada! Mas Heru membimbingku masuk kamar. Mataku menyipit melihat bungkusan plastik serta paper bag pemberian Aryan. Kuambil plastik itu, oooh rupanya berisi buah. Baguslah, buah ini aman dikamarku. "Apa ini, Dek?" Mas Heru meraih paper bag pemberian Aryan. "Jangan! Ini dari menejerku!" Refleks tangan kananku langsung merebut paper bag itu. Bukan tanpa sebab, tadi sempat ku intip ada amplop d
Baca selengkapnya
Mau kemana sepagi ini? (20)
POV Hani Aku masih mengompres tanganku sambil duduk di ranjang. Mas Heru masih berdiri di dekat meja kerjanya. "Hani, bukanya istri itu tugasnya melayani suami, kau tau 'kan?" Dia mendekat. Aku mengerling sekilas, menatapnya sambil tersenyum. Kini dia membahas perihal tugas istri. Baiklah, akan kubahas juga tugas suami. "Iya, melayani urusan syahwat terutama. Sebab, pernikahan memang bertujuan untuk berkembang biak, bukan diperbudak. Dan selama ini, aku merasakan, hidup bersamamu dirumah ini, hanya dijadikan babu gratisan serta pemuas n4fsv mu aja. Kau tak pernah peduli dengan kebahagiaanku, kesejahteraan ku. Yang ada di pikiranmu cuma kebahagiaanmu dan keluarga intimu saja, ibu dan Rita, tanpa aku." "Tapi, Han ... surgaku ada pada ibuku, dan surgamu ada padaku!" Dia ngegas. "Ya udah kalo gitu. Kamu tetap pada pendirianmu, aku juga akan milih jalanku sendiri. Kalo kamu nggak bisa berubah, maaf ... aku mending nggak punya suami, deh! Buat apa punya suami, kalo kenyataannya lahir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status