All Chapters of KEKASIH HATI SANG PUTRI: Chapter 51 - Chapter 60
115 Chapters
Restu Ibu Suri
“Lihat, kalian tidak akan bisa saling membunuh tanpa menyakitiku.” Harvey dan Athens menarik pedangnya bersamaan, lalu menjatuhkannya di sisi masing-masing.“Aku tidak akan melepaskanmu, Elsa. Karena aku yakin, perasaanku jauh lebih besar dari pada si brengsek ini.”‘Dan juga, kau adalah alat yang bisa kugunakan untuk menjadi putra mahkota Helion.’ Lanjutnya dalam hati.“Selama aku masih hidup, itu tidak akan pernah terjadi. Satu hal lagi, namanya Ravena, bukan Elsa. Dan dia adalah calon istriku.” Harvey berhasil menyerang psikologis Athens dengan ucapannya.Terlebih suaranya terdengar sangat meyakinkan, pria itu menyeringai melihat Athens yang tampak kebingungan. Seperti anak bebek yang kehilangan induknya.“Tidak mungkin. Tidak mungkin secepat itu.” Athens menatap Ravena, menuntut penjelasan. Namun gadis itu hanya diam, tidak memberikan apa yang diinginkan Athens.
Read more
Pertarungan Dua Pangeran
“Ada apa?” Ravena berlutut untuk mengambil kertas itu, lalu membacanya.“Kau tidak akan menanggapinya, kan?” Tanya Ravena, mempersiapkan diri untuk mendengar keputusan Harvey.“Tentu saja aku harus. Athens sudah mengumumkan perang denganku. Bisa kupastikan dia juga pasti telah menyebarkannya di seluruh penjuru Helion. Bagaimana aku bisa mengabaikannya.” Ucap pria itu tenang, sama sekali tidak ada emosi di wajahnya.“Aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu.”“Aku pasti akan memenangkannya.”“Harvey. Aku percaya padamu, tapi tidak dengan Athens. Kita sama-sama tahu pria itu bisa melakukan apapun. Lagi pula, semua ini adalah salahku. Kau tidak harus menanggungnya untukku.”“Kenapa kau berpikir begitu?”“Kalau sedari awal aku tidak melibatkan diri dengan Athens, dia mungkin—““Aku memang merebutmu darinya. San
Read more
Perisai
“Lihat? Baru setengah dari kekuatanku saja, kau sudah nyaris mati seperti ini. Kau bisa menebaknya sendiri apa yang akan terjadi kalau aku meledakkan semuanya?” Athens terbatuk sembari mengeluarkan lebih banyak lagi darah segar dari mulut dan hidungnya.“Dengar, aku tidak akan mengampunimu kalau sesuatu terjadi padanya.” Ucap Harvey terakhir kali sebelum pergi meninggalkan Athens seorang diri di tengah lapangan dalam keadaan terluka cukup parah.“Uhuk! Uhuk! Brengsek! Athens meninju tanah di bawahnya sebelum akhirnya tumbang tak sadarkan diri.***Di waktu yang bersamaan…“Nona, kau harus tenang dan percaya kalau pangeran Harvey pasti memenangkan pertarungan.”“Aku percaya padanya, Naomi. Tapi entah kenapa, dari tadi perasaanku tidak enak.”“Mungkin karena kau terlalu mengkhawatirkannya.” Naomi mencoba tersenyum untuk membuat Ravena tena
Read more
Tepat Waktu
“Apa yang terjadi?” Ravena menyentuhkan tangannya pada sesuatu yang tak kasat mata—pelindungnya. Samar-samar Ravena mendengar suara langkah kaki lain mendekat dengan cepat.  Tak lama setelahnya, seluruh gua dibanjiri cahaya dan terdengar suara teriakan dan tembakan. “Ravena? Ravena!” Suara Harvey terdengar serak dan putus asa, emosi di dalam suara pria itu terasa meremas hati Ravena, dan dia tahu dia harus menenangkan tunangannya. Ravena menghambur ke dalam pelukan Harvey, dia bersyukur karena pria itu datang tepat waktu. “Syukurlah, kau datang.” Lirihnya yang nyaris tidak terdengar. “Maafkan aku karena terlambat datang.” “Aku takut sekali.” Ravena semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang pria itu. “Kau sudah aman sekarang. Apa kau terluka? Apa mereka menyakitimu?” Harvey melepas pelukannya, meletakkan kedua tangannya di sisi kepala Ravena, matanya menelusuri tubuh gadis itu dari atas hingga ba
Read more
Rencana Gagal
“Kau benar. Kalau sampai tahu bibi Lucy kehilangan salah satu kakinya akibat serangan hari ini, nona Ravena pasti tidak akan memaafkan dirinya sendiri.” “Kuharap kau bisa menjaga rahasia dengan baik.” “Aku tidak janji, tapi akan kuusahakan.” Naomi tampak berpikir sejenak, “Menurutmu, siapa yang berniat mencelakai nona Ravena?” Tanyanya. “Aku akan menyelidikinya.” “Apa kau mencurigai seseorang yang sangat mungkin untuk melakukannya? Atau hal ini berhubungan dengan orang yang berusaha meracuni pangeran waktu itu? Benar, pasti ini ada hubungannya.” “Kita akan segera mengetahuinya.” “Kau harus memberitahuku terlebih dulu kalau sudah mengetahui orangnya.” “Itu pasti.” *** Harvey sedang mempelajari kitab kuno di ruang baca ardglass saat Noland mengetuk pintu. Hari sudah sangat larut, namun Harvey seolah enggan melepaskan diri dari buku tua yang tampak using itu. “Maaf, pangeran Harvey. Apa aku
Read more
Calon Menantu
“Athens, apa yang kau lakukan di sini?” Camilia hendak mendekati putranya sebelum pria itu mengangkat tangannya, memberitahu ibunya agar berhenti di tempat.“Sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan? Dan gadis siapa yang kalian maksud? Apa itu—Elsa?” Athens memincingkan matanya, dalam hati berharap kalau dirinya salah dengar.“Athens kau harus banyak istirahat, nak.”“Katakan!” Camilia dan Fraign terperanjat mundur mendengar bentakan Athens yang menggema ke seisi ruangan.“Apa kalian berniat melenyapkan Elsa tanpa sepengetahuanku? Fraign? Kau tahu aku menyukainya, kan?” Mata Athens dipenuhi amarah saat melihat adiknya yang sedari tadi menunduk, menghindari bertatapan dengannya.“Kak, biar kujelaskan.”“Katakan, apa dia masih hidup?” Sahut Athens cepat.“Ya. Harvey berhasil menyelamatkannya.”“Hah, kau
Read more
Balas Budi
“Kenapa?” Raja Helion menatap tak percaya pada putranya, begitu pun Ravena. Gadis itu menganga mendengar jawaban Harvey.“Sejak awal itu adalah tempatku. Aku tidak setuju kalau ayah menggunakan pernikahan kami sebagai perisai, seolah-olah hanya dengan itu aku bisa menjadi putra mahkota.”“Mungkin menurutmu ini tidak adil. Tapi percayalah, ayah juga tidak ingin memberikannya pada anak ayah yang lain. Jadi ayah sengaja mengulur waktu dan menunggu saat yang tepat. Kau tidak punya pilihan lain selain menikahinya sebelum hari penobatan tiba.”“Apa ayah sedang berusaha melakukan penawaran denganku?” Harvey cukup mengagumi kemampuan ayahnya dalam hal bernegosiasi.Tapi karena dia adalah putranya, jadi dirinya juga tidak akan menyerah begitu saja.“Terserah kau menyebutnya seperti apa. Tapi memang itu adalah cara tercepat kau bisa mendapatkan posisimu kembali.” Raja Hames meningga
Read more
Pengumuman Pertunangan
“Siapa?” Harvey menatap Ravena dengan serius.“Fraign Luther.”“Kau yakin dia orangnya?” Pria itu mencoba memastikan.“Ya. Aku melihatnya berada di dalam gua, menjadi salah satu dari sekelompok orang berpakaian hitam yang mencoba mencelakaiku.”“Kenapa kau baru mengatakannya?”“Karena aku berniat membuat perhitungan sendiri dengannya. Tapi setelah melihat apa yang dia lakukan pada bibi Lucy, sebaiknya langsung kubunuh saja dia sekarang!” Ravena berdiri dan berjalan cepat ke luar kamar, hendak menuju kastil Llyn untuk melaksanakan niatnya.“Tunggu!”“Apa? Jangan coba-coba menghalangiku hanya karena dia adalah saudaramu.” Ravena menatap Harvey tajam.“Aku tidak akan membiarkan kau mengotori tanganmu hanya untuk membunuhnya.”“Pangeran benar. Biar aku saja yang melakukannya. Kupastikan akan mela
Read more
Serangan Para Gadis
“Yang mulia ibu suri, apa baru saja anda menggeleng?” Ravena bertanya untuk memastikan. Terakhir kali kunjungannya ke nearon, wanita tua itu hanya bisa berbaring dan berkedip untuk merespon ucapan seseorang.“Ya.” Ravena meletakkan tangannya untuk menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Ibu suri juga bisa berbicara!“Yang mulia ibu suri, anda juga berbicara. Saya akan meminta bibi Layla untuk memanggil tabib kerajaan.”“Tidak, jangan.” Ravena menghentikan niatnya saat mendengar penolakan itu.“Kenapa? Ada apa?”“Duduklah.” Gadis itu mengangguk dan menurut untuk kembali duduk di tempatnya semula.“Sejak kapan yang mulia ibu suri bisa berbicara? Apa orang-orang di kerajaan sudah mengetahui hal ini?” Ibu suri menggeleng.“Belum, tidak satu pun dari mereka kecuali dirimu.”“Sej
Read more
Ingatan Masa Lalu
“Kau, siapa? Jangan coba-coba ikut campur masalah kami.” Zaria memincingkan mata untuk mengamati pria itu.“Alexander Hadley.”“Siapa itu, aku tidak pernah mendengar namamu di daftar kerajaan manapun!”Ravena menengadahkan wajahnya lebih tinggi untuk memperhatikan pria itu.Pria dengan tinggi sekitar 189 sentimeter, dengan rambut hitam dan mata abu-abu terang itu juga menatap ke arah Ravena. Wajahnya melembut setelah mengenali gadis itu. Menarik napas panjang sebelum melanjutkan.“Apa kalian tidak malu melakukan perundungan seperti ini? Satu lawan empat, huh?”“Pergi kau, jangan ikut campur urusan kami!” Sahut Caecilia.“Para tuan putri yang budiman, bisakah kalian bersikap layaknya wanita bangsawan yang terhormat?” Tanyanya dengan senyum mengejek.“Mari ku bantu.” Pria itu mengulurkan tangannya.Ragu-ragu, Ravena akhirny
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status