Semua Bab Mendadak Dinikahi Om-Om: Bab 31 - Bab 40
105 Bab
Bab 31. Bahu Dewa Kuat
Seharian ini Nala benar-benar meluangkan waktunya untuk Dewa, menghibur laki-laki itu semampu yang ia bisa. Menikmati makanan yang dibeli dengan dibumbui obrolan ringan yang tak jarang mengundang gelak tawa keduanya.Hampir pukul lima sore, barulah keduanya memutuskan untuk pulang, itu juga karena langit tiba-tiba mendung."Makasih, Nal. Seharian ini udah nemenin gue, jadi pendengar gue."Gerakan Nala yang tengah melepaskan sabuk pengaman itupun terhenti, atensinya beralih pada Dewa yang masih menatapnya lembut. "Santai aja, jangan makasih-makasih mulu. Kalau ada masalah, inget! Masih ada gue buat tempat berbagi cerita. Ini bahu siap jadi sandaran lo kapan aja.""Siap.""Ah, satu lagi." Nala agak tak tega sebenarnya untuk mengatakan ini, namun apa boleh buat? Dewa pasti mengerti akan maksudnya, 'kan? "coba buka hati buat yang lain juga, Wa. Gue ngehargai banget perasaan lo ke gue, tapi mau gimana lagi, Wa? Gue udah nikah."Senyuman di bibir Dewa itupun perlahan luntur, tertampar fakta
Baca selengkapnya
Bab 32. Dirty Talk
Pertemuan dua bibir itu berlangsung lebih lama dari sebelumnya, kemampuan Nala sendiri juga sudah semakin meningkat. Bahkan, saat Bastian hendak menyudahi ciuman itu, Nala menahan tengkuk Bastian, tak rela jika ciuman itu harus berakhir.Posisi keduanya pun sudah berubah, wajah Bastian sudah ada di atas Nala, sementara tubuhnya masih bertahan di samping Nala. Bastian sendiri tak berniat untuk memaksakan kehendak, biarlah Nala menyelesaikan ciuman ini.Pada akhirnya, Nala pula yang kalah. Tangan kecilnya yang bergerak mendorong dada Bastian, wajahnya telah memerah, begitu pula dengan leher dan telinganya. Dalam kondisinya yang kekurangan pasokan oksigen, Nala masih menyempatkan diri untuk melempar senyum pada Bastian. "Makasih, Om.""Lain kali nggak perlu lama-lama, merah semua kan mukanya." Bastian mengusap lembut pipi Nala dengan ibu jarinya, tanpa mengubah posisinya saat ini. Bukannya marah, Nala malah tersenyum lebar hingga menampakkan deretan gigi putihnya."Om udah ngantuk, belum
Baca selengkapnya
Bab 33. Handjob Dikit (Cw//🔞)
"Nghh-"Posisi Bastian saat ini benar-benar di atas tubuh Nala. Tentu saja bagi perempuan polos seperti Nala ini harus ada pemanasan extra supaya tidak terkejut dan Bastian paham betul akan hal itu. Begitu tautan dua bibir itu terlepas, Bastian lekas menurunkan ciumannya pada leher dan juga tulang selangka Nala.Begitu dirasa sudah siap untuk menjalani sesi selanjutnya, Bastian pun memindahkan tubuhnya. Memandang wajah memerah Nala dari samping, tangan besarnya langsung terulur menelusup masuk ke dalam baju Nala."Ah!" Terkejut Nala akan kedatangan jari kasar dan besar itu, hingga tubuhnya terangkat selama beberapa detik. "kasar banget."Bastian tentu saja tak mengerti akan ucapan Nala, bahkan tangannya pun baru menjelajah sampai perut rata perempuan itu. "Kasar, ya? Padahal belum apa-apa."Ada gelenyar aneh yang Nala rasakan di perutnya, padahal saat ini telapak tangan Bastian dalam kondisi diam di tempat. Mungkin karena gesekan asing dan terasa dingin itulah yang membuatnya bergerid
Baca selengkapnya
Bab 34. Cewek Gathel
Potongan sosis dan sayur itupun masuk ke dalam wajan, selanjutnya tangan Nala bergerak untuk menumisnya. Tak lupa juga dengan bumbu penyedap yang juga turut terjun menambah cita rasa masakan yang akan menjadi lauk terakhir untuk bekal hari ini."Hmm." Nala menganggukkan kepala, merasa rasa masakan ini sudah pas. Selepasnya ia pun mematikan kompor, membiarkan tumisan itu ada pada tempatnya, sementara kaki kecilnya melangkah menuju kulkas.Hari ini Nala pulang lebih awal karena satu mata kuliah yang tiba-tiba dibatalkan, oleh sebab itu ia mengisi hari ini dengan bermain ke tempat kerja suaminya sembari membawakan bekal makan siang.Karena cuaca yang sedang terik-teriknya, Nala pun berinisiatif untuk membawakan minuman segar, tapi nyatanya jam makan siang juga sudah mepet, membuatnya tak bisa terlalu ber-eksplorasi dalam membuat menu kompleks. "Udah, jus mangga aja, nggak ribet. Seger juga lagian." Satu buah mangga langsung diambilnya untuk kemudian dikupas kulit buahnya dan dicuci terleb
Baca selengkapnya
Bab 35. Tipuan
"Nala, tunggu!" Bastian mempercepat langkah kakinya, beberapa kali ia menyenggol lengan orang lain yang berpapasan dengannya, sampai akhirnya tangan panjangnya dapat menyentuh lengan Nala. "tunggu!"Tubuh kecil Nala yang tak sebanding dengan Bastian tentu saja langsung tertarik ke belakang. Tak senang rasanya, hingga ditampiknya dengan kasar tangan Bastian, meskipun tak sampai terlepas. "Apa?""Mau ke mana, hm?""Tau ah! Bete banget. Ngapain nyusul segala, balik lagi noh ke cewek lonte kek kontol.""Astaga Nala--Ya ampun." Bastian sontak langsung membekap mulut Nala, telapak tangan besarnya hampir menutupi wajah Nala sampai ke mata. "jelek banget mulutnya, jangan ngomong gitu lagi. Nggak sopan." Bastian menoleh ke kanan dan kiri sebelum melepaskan bekapannya dari mulut Nala.Tentu saja Nala memberikan tatapan sinis pada laki-laki yang behasil membuatnya tantrum tersebut. "Makanya, jangan diem aja kalau digatelin.""Iya, Nala. Tadi kan saya nggak diem aja, udah ngusir dia juga, 'kan? K
Baca selengkapnya
Bab 36. Dikalahkan Orang Asing
"Gimana? Jadi nongki, nggak?""Jadi, bentar tapi. Nunggu Dewa." Argi meletakkan tas punggungnya dengan kasar, pandangannya beralih ke arah luar jendela. Agak resah menunggu kedatangan Dewa yang masih belum menunjukkan batang hidungnya. "kenapa nggak langsung cerita aja?" Netra cokelatnya melirik dua wanita di belakang dari balik cermin.Gerakan tangan Nala berhenti, pandangannya beralih pada sepatu yang dikenakannya. "Gimana gue mau cerita, Gi? Ini bukan urusan gue. Takutnya juga pas gue cerita, terus Dewa tau, dia nggak lagi percaya sama gue. Jadi, ya gue berharap Dewa sendiri yang ngasih tau."Dina yang sejak tadi fokus dengan laptop-nya pun langsung menutup benda itu, beralih menatap dua temannya bergantian sebelum menghela nafas berat. Argi dan Nala tak salah, keduanya memiliki pemikirannya masing-masing."Tapi, Nal--harusnya tetep kasih tau, jangan diem aja. Berasa nggak guna banget gue, Dewa sama gue sering main bareng, tapi gue nggak tau apa-apa.""Udah, Gi. Nala nggak sepenuhn
Baca selengkapnya
Bab 37. Mau Kemana?
"Jadi, Kak Rafi udah putus sama Vivi?" Dina membelalakkan kedua matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tak menyangkal, Dewa pun menganggukkan kepalanya. "untung aja kemarin nggak jadi gue labrak, tau gitu gue yang malu."Argi meletakkan mangkuk kosong bekas mie miliknya yang sudah habis, berganti meraih segelas jus dan menyedotnya kuat-kuat hingga menimbulkan suara sruputan besar. "Inimah info yang Nala tunggu-tunggu, sayang banget udah basi ya, Nal.""Yak, betul." Nala menganggukkan kepalanya antusias. "giliran gue udah nikah aja baru putus, fuck lah.""Kenapa nggak suka sama Dewa aja?" Dina melirik ke arah Dewa yang sejak tadi terus tersenyum menatap Nala. "padahal dia yang paling kelihatan effort-nya. Ketimbang Kak Rafi yang jangankan lihat lo, Nal. Lirik aja kagak sudi."Mak jleb. Tapi yang dikatakan Dina barusan adalah kebenaran, selama periode menyukai Kak Rafi, laki-laki itu sama sekali tak meliriknya. Hanya menganggapnya sebagai teman adiknya tanpa embel-e
Baca selengkapnya
Bab 38. Hujan
Tubuh Nala masih terdiam di tempatnya, meskipun pandangannya tak beralih dari laki-laki yang tampak terburu-buru menuju mobilnya. Bahkan, Bastian langsung masuk ke dalam mobil begitu saja tanpa ada niatan menoleh ke arahnya kembali.Mau ke mana? Pertanyaan itu terus berputar dalam otak Nala. Seiring mobil hitam itu kian menjauh darinya, semakin pula ia menerka-nerka apa yang membuat Bastian begitu terburu-buru seperti dikejar anjing."Apa ada yang urgent, 'ya?" gumamnya sebelum membalikkan tubuhnya kala mobil itu tak lagi terjangkau oleh pandangan matanya.Seketika saja sepi menerpa jiwa raga Nala. Mendadak dunia terasa senyap, ia bagaikan hidup seorang diri di dunia yang luas ini. Kenapa orang-orang selalu pergi tanpa berpamitan padanya? Diawali dengan Papa, Mama, lalu sekarang suaminya. Apa kehadirannya tidak penting?Suara detak jarum jam seakan mengiringi setiap langkah Nala dalam menaiki satu per satu anak tangga. Begitu langkah kakinya sampai di depan kamar, Nala berhenti untuk
Baca selengkapnya
Bab 39. Mulai Lelah
Nala merintih kala tanpa sengaja kakinya tersandung oleh kakinya sendiri hingga jatuh tersungkur. Lututnya terasa ngilu karena terbentur dengan kerasnya lantai. Langkah selanjutnya begitu lambat karena rasa perihnya, sampai akhirnya ia sampai di depan ruang rawat mamanya.CeklekkSeorang suster keluar dari dalam kamar mamanya dengan catatan di tangannya. Begitu pandangan mata keduanya bertemu, suster itupun tersenyum padanya. "Selamat malam.""Malam, Sus." Nala menganggukkan kepala seraya menggeser posisi tubuhnya agar suster tersebut bisa berjalan melewatinya. Begitu Suster tersebut telah pergi, Nala pun bergegas masuk ke dalam kamar rawat mamanya.Aroma khas obat-obatan dan alat-alat seakan langsung menyambut kedatangan Nala, mungkin karena ia jarak mengunjungi Mamanya, membuat Nala masih belum biasa dengan suasana ini.Begitu sepi, pasti selama ini mamanya kesepian berbaring seorang diri di sini. Wanita itu masih terlihat nyaman berbaring di ranjang dengan berbagai alat bantu yang
Baca selengkapnya
Bab 40. Agak Mirip
"Eugh." Nala mengerjabkan matanya beberapa kali kala tidurnya terusik dengan tepukan pada pipinya.Dina yang berada di sampingnya lekas meraih beberapa barang miliknya. "Udah sampai, bangun."Masih dalam kondisi belum sepenuhnya sadar kala Dina menarik tangannya di samping Dewa. Rasa lelah yang dirasakannya benar-benar membuat tubuhnya tak bertenaga. Lemah sekali.BrakkkTubuh Nala kembali terhempas saat baru saja masuk ke dalam taksi. Entah bagaimana barangnya, yang pasti Nala yakin kopernya sudah diurus oleh temannya yang lain, setidaknya itulah yang tertanam di otaknya. Tak sampai tiga menit, Nala sudah kembali tertidur pulas di dalam taksi."Kebo banget ini anak."Dewa yang duduk di kursi depan pun terkekeh mendengar keluhan Dina, apalagi saat melihat kepala Nala yang kerap kali tergelincir di pundak Dina meskipun sudah beberapa kali dipindahkan, pasti berat. "Cepek banget kayaknya."Samar-samar Nala merasakan guncangan ditubuhnya, sedikit mengganggu, namun tak sampai membangunkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status