Share

19. Mantan Pacarku Orang Terkaya di Desa

Pagi harinya aku terbangun setelah mendengar suara kokok ayam, suasana desa memang istimewa. Aku mengeluap sembari duduk, mengucek mata yang masih lengket.

"Astaghfirullah!" Teriakku ketika mendapati Pak Roan yang duduk dan tangannya terlipat di depan dada.

Matanya setajam elang, pipinya merah bekas tangan. Apa ada orang yang memukulnya?

"Bapak kenapa?"

"Apa kamu nggak lihat ini?"

Dia menunjuk pipinya.

"Siapa yang memukul Bapak?"

Jari telunjuk Roan mengarah padaku, raut wajahnya marah. Ha? Maksudnya aku yang memukul Roan? Mana mungkin!

"Aku nggak pukul Bapak kok."

"Kamu mau mengelak?"

Roan mengambil tangan kiriku, ditempelkan di pipinya. Cap tanganku jelas di sana.

"Sudah lihat? Kebiasaan tidurmu mengerikan," katanya kesal.

Ah, ternyata aku tidak sengaja memukulnya ketika tidur. Pipi Roan halus, aku mengusapnya tanpa sadar. Dia terdiam, mata kami bertatapan di antara sinar matahari yang hampir muncul.

"Kalian shalat subuh dulu."

Suara Nenek membuat kami menjaga jarak, ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status