Aku tidak bisa diremehkan seperti ini, dia menggoda hingga membuat pipiku merah bagai tomat. Aku balas menatap matanya. Mendekatkan wajah kami seolah berani. Jemariku meraba dadanya yang basah, kuku panjang karena malas dipotong itu pasti menimbulkan sensasi merinding."Bukankah Bapak juga sudah pernah menggigitku?" tanyaku dengan bibir menyeringai. Mata kami bertatapan begitu dekat, aku belum pernah melewati batas seperti ini. Tangannya memegang kedua pundakku. Lembut lalu tiba-tiba kuat. Setahuku, Roan memang pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita, dia digosipkan pacaran dengan model papan atas dan putri konglomerat. Aku selalu disuruh membereskan tanpa tahu apakah itu benar atau tidak. Hampir semua masalah yang terjadi pada Roan selalu aku yang mengatasi.Pernah dia menabrak tiang listrik, malang sekali tiang listrik itu hingga menyebabkan satu kecamatan mati lampu. Aku yang membereskan dengan mengganti pengemudinya. Roan dirawat di rumah sakit tanpa ada yang tahu, be
Pagi harinya aku terbangun setelah mendengar suara kokok ayam, suasana desa memang istimewa. Aku mengeluap sembari duduk, mengucek mata yang masih lengket. "Astaghfirullah!" Teriakku ketika mendapati Pak Roan yang duduk dan tangannya terlipat di depan dada. Matanya setajam elang, pipinya merah bekas tangan. Apa ada orang yang memukulnya? "Bapak kenapa?" "Apa kamu nggak lihat ini?" Dia menunjuk pipinya. "Siapa yang memukul Bapak?" Jari telunjuk Roan mengarah padaku, raut wajahnya marah. Ha? Maksudnya aku yang memukul Roan? Mana mungkin! "Aku nggak pukul Bapak kok." "Kamu mau mengelak?" Roan mengambil tangan kiriku, ditempelkan di pipinya. Cap tanganku jelas di sana. "Sudah lihat? Kebiasaan tidurmu mengerikan," katanya kesal. Ah, ternyata aku tidak sengaja memukulnya ketika tidur. Pipi Roan halus, aku mengusapnya tanpa sadar. Dia terdiam, mata kami bertatapan di antara sinar matahari yang hampir muncul. "Kalian shalat subuh dulu." Suara Nenek membuat kami menjaga jarak, ak
Roan adalah pria sejati, dia tidak akan menyentuh wanita sembarangan. Apalagi sudah pernah membuat kesalahan di malam pengantin. Tidak mungkin ia mengulangi hal yang sama. Hanya saja Rin yang tidak peka menyulitkannya, bisa-bisanya memakai baju basah dan menggodanya. Kalau Roan tidak menahan diri, sudah pasti ia akan jadi pria brengsek untuk kedua kalinya. Kalau seumpama Rin mengangguk setuju, maka berkah untuknya. Sayangnya Rin tidak setuju, tidak mungkin Roan memaksa.Hubungan profesional yang mereka jalin selama 4 tahun tidak boleh rusak hanya karena nafsu, Roan merasa tidak ada sekretaris yang cocok dengannya selain Rin. Wanita itu tahu semua tentangnya, tidak disuruh pun Rin selalu siap siaga. Roan tidak bisa kehilangan Rin sebagai rekan kerja."Selamat, istri anda hamil," kata Pak Mantri. Tersenyum lebar.Sejenak Roan linglung, dia yang dijuluki genius mendadak tidak bisa mencerna ucapan Pak Mantri. Keningnya berkerut. "Hamil?" "Iya, sebentar lagi anda akan jadi seorang aya
Tadi malam Roan sudah bertemu Pakde Jumio. Beliau adalah anak adiknya Mbah. Bisa dibilang sepupu ibunya Rin. Orang yang selama ini Rin percaya dititipi uang. Beliau lebih amanah dibanding saudara yang lain, dulu juga sering membantu Rin saat susah. Ketika Rin dibawa bapaknya, hanya Pakde Jumio yang khawatir dan mencari keberadaan Rin. Tapi pada akhirnya Pakde bersyukur setelah tahu Rin bisa melanjutkan SMA walaupun sembari bekerja. Pasalnya Mbah sudah kebingungan ketika Rin ingin lanjut sekolah tapi tidak ada biaya."Kalian hati-hati di jalan, kalau libur jangan lupa pulang ke sini." "Iya, Mbah. Sekitar enam bulan lagi aku pulang." Rin menjawab dengan penuh keyakinan. Tempat pulang Rin hanya ke sini, sebagian besar uangnya juga masuk ke kantung Mbah, ia tidak tega melihat wajah tua renta itu masih bekerja. Pakde Jumio hanyalah ponakan Mbah, tidak kaya. Jadi tidak bisa membantu banyak. Yang selama ini diandalan Mbah untuk biaya makan sehari-hari hanyalah kiriman uang dari Rin. Tap
Siang itu Rosa ke mall untuk mengambil tas impor dari Inggris bersama dua pelayannya. Ia juga melihat-lihat katalog promo edisi terbatas. Bibirnya yang merah dengan kulit wajah putih terlihat seperti wanita usia 40 an. Padahal tahun ini usianya menginjak kepala lima. Semua orang memuji kecantikannya, mengatakan bahwa Rosa adalah vampir karena tidak menua, wajar saja dari Korea hingga Thailand ia mendatangi dokter ahli plastik. Melakukan perawatan setiap minggu hingga tak boleh ada kerutan sedikit pun. Rahasia yang selama ini dijaga adalah dia penggemar K-Pop. Ia mengoleksi album BTS dan sering keluar negeri menonton konser. Beralasan ini itu demi haha hihi bersama teman-teman Army (fans BTS). Ia mengganti nama dan menyamar seperti anak muda, hingga tidak ada yang tahu bahwa Rosa sebenarnya sebentar lagi menjadi nenek.Rosa selalu mendapatkan segala keinginan. Dibesarkan seperti tuan Putri. Ia anak tunggal Presdir RoseGreen. Sayangnya, ayahnya Roan tidak suka K-Pop dan bisa marah be
Saat ini Roan masih belum tahu cara memberitahu Rin tentang kehamilannya, kalau dipikir-pikir ini salah Rin yang berbohong pada Mama. Bisa jadi malaikat lewat dan mengamini perkataan Rin. Wanita itu dari dulu memang selalu memiliki ide gila, pura-pura hamil tidak ada di rencana mereka. Rin spontan melakukannya, sama seperti saat malam pertama. Sekarang itu semua menjadi boomerang, Rin hamil sungguhan! Rencana mereka kacau. "Rin," panggil Roan. Ia masuk ke kamar Rin. Rin yang sedang memasukkan baju-bajunya ke koper menoleh, senyuman polos dan terlihat sangat bahagia.Gigi depan sebesar biji jagung, berkilau dengan kilatan kebersihan. Ia pernah memergoki Rin membersihkan karang giginya memakai benang. Dia tidak mau keluar uang untuk ke dokter gigi. "Iya, Pak. Ada apa?" "Sebenarnya...." Roan ingin memberitahu Rin tapi bibirnya tercekat. Takut merusak kebahagiaan Rin dan mempengaruhi kesehatan bayi mereka. Bisa jadi wanita otak uang itu menggugurkan janinnya setelah ditawar Mama sa
Beberapa hari ini aku merasa ada yang salah dengan tubuhku, dari mulai mual sampai pingsan. Mencium bau bawang saja tidak bisa. Ditambah aku sudah telat datang bulan. Walaupun ini pemikiran yang ingin aku hindari, tapi kemungkinan aku hamil sangat besar. Ingatan tentang malam panas itu menunjukkan betapa gagahnya si pangeran emas. Kalau dia menanam benih di rahimku kemungkinan besar jadi zigot.Apalagi Roan bersikeras tidak mau memberitahu penyakitku. Bilang hanya kelelahan. Dia tidak bisa berbohong, apa dia lupa beban kerja yang diberikan melebihi apapun.Aku memegang erat tespek di antara lipatan baju, tadi aku membelinya ketika istirahat makan siang. Sekarang mataku bertatapan dengan Roan, dia membicarakan hal aneh tentang perpanjangan kontrak dan kehamilan. Kecurigaanku semakin besar, aku menggodanya untuk menyembunyikan kegugupan. Jantungku berdetak kencang. Kalau benar aku hamil, bagaimana nasib anak ini? Kami hanya nikah kontrak. "Kamu mikir apa sih?" Kening Roan berkerut,
Ini terasa begitu canggung, belum ada yang mau naik ke atas ranjang. Roan terlihat gelisah dan serba salah. Tubuhnya terus bergerak ingin menghindar tapi ia tidak menghindar.Kalau sampai kami tidur seranjang dalam keadaan seperti ini, bisa dipastikan kejadian membuahan akan terulang. Sebulan kita menahan diri setelah mencicipi rasa enak. Sekarang sudah sulit dikendalikan. Aku pernah dengar dari teman sekantor, dia sudah bersuami tapi jarang bertemu karena beda kota. Katanya dia cinta suaminya tapi tubuhnya tidak bisa menahan untuk kebutuhan pembuahan. Kebetulan setiap hari ia bersama rekan kerja pria, kemanapun berdua. Dari sentuhan ringan hingga berakhir perselingkuhan di ranjang, aku masih tidak mengerti kenapa mengkhianati cinta demi nafsu. Apa sesusah itu menahan diri? Sementara aku dan Pak Roan bekerja berdua selama 4 tahun tapi tidak terjadi apapun. Kami memiliki kode etik dan profesionalitas.Yah, itu semua sebelum negara api menyerang. Setelah malam pertama dan kami merasak