Tadi malam Roan sudah bertemu Pakde Jumio. Beliau adalah anak adiknya Mbah. Bisa dibilang sepupu ibunya Rin. Orang yang selama ini Rin percaya dititipi uang. Beliau lebih amanah dibanding saudara yang lain, dulu juga sering membantu Rin saat susah. Ketika Rin dibawa bapaknya, hanya Pakde Jumio yang khawatir dan mencari keberadaan Rin. Tapi pada akhirnya Pakde bersyukur setelah tahu Rin bisa melanjutkan SMA walaupun sembari bekerja. Pasalnya Mbah sudah kebingungan ketika Rin ingin lanjut sekolah tapi tidak ada biaya."Kalian hati-hati di jalan, kalau libur jangan lupa pulang ke sini." "Iya, Mbah. Sekitar enam bulan lagi aku pulang." Rin menjawab dengan penuh keyakinan. Tempat pulang Rin hanya ke sini, sebagian besar uangnya juga masuk ke kantung Mbah, ia tidak tega melihat wajah tua renta itu masih bekerja. Pakde Jumio hanyalah ponakan Mbah, tidak kaya. Jadi tidak bisa membantu banyak. Yang selama ini diandalan Mbah untuk biaya makan sehari-hari hanyalah kiriman uang dari Rin. Tap
Siang itu Rosa ke mall untuk mengambil tas impor dari Inggris bersama dua pelayannya. Ia juga melihat-lihat katalog promo edisi terbatas. Bibirnya yang merah dengan kulit wajah putih terlihat seperti wanita usia 40 an. Padahal tahun ini usianya menginjak kepala lima. Semua orang memuji kecantikannya, mengatakan bahwa Rosa adalah vampir karena tidak menua, wajar saja dari Korea hingga Thailand ia mendatangi dokter ahli plastik. Melakukan perawatan setiap minggu hingga tak boleh ada kerutan sedikit pun. Rahasia yang selama ini dijaga adalah dia penggemar K-Pop. Ia mengoleksi album BTS dan sering keluar negeri menonton konser. Beralasan ini itu demi haha hihi bersama teman-teman Army (fans BTS). Ia mengganti nama dan menyamar seperti anak muda, hingga tidak ada yang tahu bahwa Rosa sebenarnya sebentar lagi menjadi nenek.Rosa selalu mendapatkan segala keinginan. Dibesarkan seperti tuan Putri. Ia anak tunggal Presdir RoseGreen. Sayangnya, ayahnya Roan tidak suka K-Pop dan bisa marah be
Saat ini Roan masih belum tahu cara memberitahu Rin tentang kehamilannya, kalau dipikir-pikir ini salah Rin yang berbohong pada Mama. Bisa jadi malaikat lewat dan mengamini perkataan Rin. Wanita itu dari dulu memang selalu memiliki ide gila, pura-pura hamil tidak ada di rencana mereka. Rin spontan melakukannya, sama seperti saat malam pertama. Sekarang itu semua menjadi boomerang, Rin hamil sungguhan! Rencana mereka kacau. "Rin," panggil Roan. Ia masuk ke kamar Rin. Rin yang sedang memasukkan baju-bajunya ke koper menoleh, senyuman polos dan terlihat sangat bahagia.Gigi depan sebesar biji jagung, berkilau dengan kilatan kebersihan. Ia pernah memergoki Rin membersihkan karang giginya memakai benang. Dia tidak mau keluar uang untuk ke dokter gigi. "Iya, Pak. Ada apa?" "Sebenarnya...." Roan ingin memberitahu Rin tapi bibirnya tercekat. Takut merusak kebahagiaan Rin dan mempengaruhi kesehatan bayi mereka. Bisa jadi wanita otak uang itu menggugurkan janinnya setelah ditawar Mama sa
Beberapa hari ini aku merasa ada yang salah dengan tubuhku, dari mulai mual sampai pingsan. Mencium bau bawang saja tidak bisa. Ditambah aku sudah telat datang bulan. Walaupun ini pemikiran yang ingin aku hindari, tapi kemungkinan aku hamil sangat besar. Ingatan tentang malam panas itu menunjukkan betapa gagahnya si pangeran emas. Kalau dia menanam benih di rahimku kemungkinan besar jadi zigot.Apalagi Roan bersikeras tidak mau memberitahu penyakitku. Bilang hanya kelelahan. Dia tidak bisa berbohong, apa dia lupa beban kerja yang diberikan melebihi apapun.Aku memegang erat tespek di antara lipatan baju, tadi aku membelinya ketika istirahat makan siang. Sekarang mataku bertatapan dengan Roan, dia membicarakan hal aneh tentang perpanjangan kontrak dan kehamilan. Kecurigaanku semakin besar, aku menggodanya untuk menyembunyikan kegugupan. Jantungku berdetak kencang. Kalau benar aku hamil, bagaimana nasib anak ini? Kami hanya nikah kontrak. "Kamu mikir apa sih?" Kening Roan berkerut,
Ini terasa begitu canggung, belum ada yang mau naik ke atas ranjang. Roan terlihat gelisah dan serba salah. Tubuhnya terus bergerak ingin menghindar tapi ia tidak menghindar.Kalau sampai kami tidur seranjang dalam keadaan seperti ini, bisa dipastikan kejadian membuahan akan terulang. Sebulan kita menahan diri setelah mencicipi rasa enak. Sekarang sudah sulit dikendalikan. Aku pernah dengar dari teman sekantor, dia sudah bersuami tapi jarang bertemu karena beda kota. Katanya dia cinta suaminya tapi tubuhnya tidak bisa menahan untuk kebutuhan pembuahan. Kebetulan setiap hari ia bersama rekan kerja pria, kemanapun berdua. Dari sentuhan ringan hingga berakhir perselingkuhan di ranjang, aku masih tidak mengerti kenapa mengkhianati cinta demi nafsu. Apa sesusah itu menahan diri? Sementara aku dan Pak Roan bekerja berdua selama 4 tahun tapi tidak terjadi apapun. Kami memiliki kode etik dan profesionalitas.Yah, itu semua sebelum negara api menyerang. Setelah malam pertama dan kami merasak
Sebenarnya aku memiliki orang yang aku kagumi, seniorku di kampus. Setiap reuni, aku selalu memerhatikannya. Dia adalah orang baik yang selalu menjadi pusat perhatian. Aku mengidolakan tanpa berani mengambil tindakan. Aku juga punya mantan pacar, dia bekerja di perusahaan developer. Kami pacaran cukup lama, sekitar satu tahun. Putus dengan alasan aku sibuk melanjutkan S2 sementara dia mengajakku menikah.Waktu itu aku sangat sedih, orang yang mau serius ingin menjadikanku keluarga harus dilepaskan. Meskipun aku sempat goyah, tapi hutang-hutangku berkata lain. Aku tidak ingin membebaninya. Ah, kalau diingat lebih jauh, aku juga punya satu mantan pacar lagi, dia sangat kampret sampai rasanya melekat di hati. Dia adalah teman sekelas waktu SMA. Waktu itu aku masih menjadi pesuruh Yua, bertugas mengerjakan tugasnya dan membawa semua keperluan Yua. Kalau dipikir, sebenarnya Yua mengajariku menjadi asisten serba bisa. Yua dulu sangat jahat, dia selalu mengancam akan membuatku putus sekol
Hubungan profesional yang sudah terkontaminasi jadinya seperti ini, manis-manis sialan gimana gitu. Tidak fokus kerja, senyum-senyum tidak jelas, saling lirik dan canggung. Apalagi ketika tidak sengaja bertatapan dan Roan tersenyum, duh aku langsung meleyot. Gigiku bisa kering jika seperti ini terus, aku memegang pipi yang terasa panas, padahal masih banyak pekerjaan tapi aku tidak bisa fokus. Tanganku beralih ke bibir, ciuman dengan Roan kini terasa seperti candu. "Ehem, cie. Kayaknya udah lama jadi pengantin baru, kenapa baru sekarang senyum-senyum nggak jelas?" tanya Mirna menggoda, dia meletakkan berkas ke mejaku. Aku mengambil berkas itu dan pura-pura melihat dengan teliti. "Apaan sih, nggak gitu kok." "Apa ini efek ibu hamil?" tanya Mirna. Dia mencondongkan tubuhnya. Aku mundur karena dia terlalu dekat, alisnya terangkat menggoda. "Dari mana kamu tahu aku hamil?" "Kan Pak Roan yang ngumumin waktu rapat," jawabnya, membuatku ingat.Ah, semua orang tahu lebih dulu dari aku.
Roan tidak tahu menjadi seorang ayah akan mendebarkan, tidak seperti dia mengurus Ikram dan Ikrima yang merupakan keponakannya, sekarang ia memiliki anak sendiri, darah dagingnya. Ia bahagia mendengar detak jantung kecebongnya. Perasaan sayang itu otomatis muncul, dia tidak sabar menimang bayinya, mengajari naik sepeda dan mengantar sekolah. "Itu anak kita, Rin." Roan memberitahu dengan antusias. Meminta foto USG untuk dipajang di rumah."Iya, aku dengar detak jantungnya." Roan merasa sempurna, hubungan dengan Rin juga sangat baik, hari ini saja mereka sudah ciuman dua kali. Bergandengan tangan setiap ada kesempatan. Kalau sudah di rumah nanti, mereka akan lebih bebas sayang-sayangan. Setelah urusan selesai, mereka berjalan keluar dari ruangan dokter. Niatnya belanja kebutuhan ibu hamil sebelum pulang. Tapi Roan tidak sengaja menyenggol seseorang hingga membuat foto bayinya terjatuh. "Roan, kamu ngapain di sini?" tanya Tasya. "Aku nemenin istriku periksa kandungan," jawab Roan.