Semua Bab DIKIRA GELANDANGAN TERNYATA PEWARIS TUNGGAL: Bab 31 - Bab 40
62 Bab
Bab 31
Julian berdiam diri sejenak lalu berjalan-jalan sambil menunggu Tommy, sesekali dia melihat jam di tangannya dan sesekali juga dia melihat keluar. Dari sana terlihat ramai, lampu kerlap kerlip bersamaan orang-orang seperti pasangan yang berjalan anggun di atas karpet merah yang terbentang hingga lift yang akan mereka naiki. Julian menatap hingga memperhatikan orang-orang tersebut, dalam sekali tatap saja dia tahu siapa orang-orang tersebut dan akan pergi kemana. “Minggir! menghalangi jalan saja!” seseorang menghardik hingga menabrak bahu kiri Julian. Julian mengelus bahunya yang sakit, dia pikir hal tersebut akan berakhir disana tapi Julian salah karena tiba-tiba pria tadi menghampirinya dan langsung memarahinya. “Dasar sialan! kenapa Kau berdiri disini dan menghalangi jalanku, hah?!” hardik pria tadi. Wajah Julian terlihat bingung, rasanya aneh karena bu
Baca selengkapnya
Bab 32
“Owh! keluarga Franklin?” tanya Julian.“Yeah! sekarang Kau tahu? berurusan dengan siapa?” tanya pria yang mengakui dirinya sebagai Eddie Franklin.Julian hanya mengangguk-anggukan kepalanya, “eh. Tapi kenapa adik dari Peter ada di luar sini? sedangkan kakaknya ada di dalam sana? bukannya kakak Anda yang mengadakan pesta ini?” tanyanya.“Ekhem! ya, nanti juga saya akan ke atas.” Jawab Eddie terdengar mengelak dan ada sesuatu hal yang aneh.“Saya hanya ingin menunggu tuan Dante, katanya dia akan datang ke pesta ini.” Lanjutnya.Julian mengangguk-anggukan kepalanya, sepertinya pria bernama Eddie ini sangat menghargai pria bernama Dante, ironisnya pria itu adalah dirinya sendiri, hanya saja orang-orang tersebut tak mengenali wajah aslinya.“Siapa Dante? apa Kau mengenal wajahnya?” tanya Julian benar-benar iseng.Eddie tampak ragu, dari sikapnya yang mudah berubah itu, Julian bisa menebak k
Baca selengkapnya
Bab 33
Mendengar pertanyaan itu, Julian hanya bisa mengedikkan bahunya, lalu melengos pergi untuk mencari tempat duduk. Eddie akan segera mengikuti tapi kedua pegawainya mencegahnya.“Tuan, ada urusan yang lebih penting daripada berurusan dengan orang yang tidak penting.” Kata Si Jenius.“Ya, betul Tuan. Sebaiknya kita menunggu kedatangan tuan Dante dan mencari cara bagaimana supaya bisa masuk ke dalam.” Sahut Si Bodyguard.“Wah! tapi saya benar-benar masih emosi dengan ejekan pria itu.” Balas Eddie sambil mengusap keringat di kening juga di lehernya.“Tahan, Tuan. Ingat, Tuan harus tahu dimana kita berada.” Balas Si Jenius.Eddie menghela napas dan menenangkan pikirannya, dia juga akhirnya sadar kalau perkataan Si Jenius ada benarnya juga.“Ayo Tuan, kita duduk.” Ajak Si Bodyguard.Eddie mencari-cari tempat duduk, hanya kursi di depan pria tadi yang terlihat kosong dan beberapa lagi berada di sudut lobby. Mau bagaimana lagi, tempat itu adalah tempat yang strategis untuk melihat kedatangan o
Baca selengkapnya
Bab 34
Mendengar pertanyaan itu, Eddie terduduk lemas sambil mengangguk-anggukan kepalanya.Tommy mengangkat telapak tangannya, “tidak perlu merasa malu.” Katanya.Eddie tak berkutik, bagaimana mungkin dia tidak merasa malu? tentu saja rasanya dia ingin sembunyi saat seseorang seperti Tommy Egan saja mengetahui kelemahannya itu, kelemahan dimana dia telah dibuang oleh kedua saudaranya dan tak pernah dianggap.“Maaf, karena berkeliaran di wilayah Anda tanpa memiliki tujuan.” Kata Eddie disertai mimik kecewa.Tommy tersenyum lembut, lalu mengeluarkan satu tangannya yang dari tadi disembunyikannya di belakang.“Ini.” Katanya sambil menyerahkan sebuah undangan berwarna rose gold.Eddie berdiri karena terkejut, lalu melirik ke arah Si Jenius dan Si Bodyguard.“I-i-ini? untukku?” tanya Eddie gemetaran.Tommy mengangguk, “terimalah, dari tuan kami.”“Tuan kami? siapa?”
Baca selengkapnya
Bab 35
Julian tampak pasrah dengan perlakuan tersebut, emosinya stabil meskipun tubuhnya didorong-dorong agar menjauh dari tempat itu bagaikan seonggok sampah.“Pergi Kau manusia hina!”Tiba-tiba seseorang datang berseru dan itu suara Victor Flaming.“Lancang! apa yang kalian lakukan?!”“Singkirkan tangan kotormu itu!” Victor tampak murka.Penjaga yang berbuat kasar barusan terlihat bingung, apalagi saat Victor tiba-tiba saja menjauhkan tangannya dari pria yang membawa undangan berwarna gold tadi.“Apa Kalian sudah gila?!” bentak Victor sambil menunjuk semua penjaga, tak ada satupun dari mereka yang luput dari pandangannya.Sebagian tamu yang belum masuk bahkan para penjaga yang mengetahui dia adalah Victor Flaming sangat terkejut saat melihat pria itu marah besar karena membela seseorang.“Ma-maaf Tuan, kami hanya tidak mengijinkannya masuk.” Elak petugas yang bersikap kasar pada Julian tadi.“Memangnya aku tidak memiliki mata? aku melihat apa yang Kau lakukan.” Bentak Victor.“Tuan, kami t
Baca selengkapnya
Bab 36
Mendengar itu, Victor, Tommy bahkan Eddie yang kini sedang melihat kejadian itu ikut memandang ke arah orang-orang yang Julian tunjuk. “Habislah mereka.” Gumam Eddie dan Tommy ikut ngangguk-ngangguk. “Katanya siapapun yang berani menyinggung tuan Dante, keluarganya juga bisa lenyap.” Lanjutnya masih berbisik. “Ya, menurut rumor sih begitu. Tapi aku belum yakin,” balas Tommy. “Hump!” gumam Eddie. “Buktinya, Anda dilepaskan begitu saja.” Sambung Tommy membuat Eddie merasa malu sendiri. Keduanya kembali memperhatikan Victor, terdengar Julian kembali berbicara. “Mereka hanya orang-orang rendahan, Victor. Bekerja menjaga pintu untuk menyambut para tamu saja sudah sangat arogan.” “Ah… tapi entah kenapa aku merasa tak kecewa apalagi sakit hati dengan perlakuan mereka. Karena begitulah sifat manusia, hanya saja… tolong Kau perbaiki a
Baca selengkapnya
Bab 37
Peter tertegun linglung.“Karena… siapa tahu dia adalah orang yang Anda inginkan untuk bertemu.” Sambung Victor lagi.Peter menghela napas berat sambil melihat ke arah para bodyguardnya yang serentak menundukkan kepalanya.“Urus mereka, tuan Dante tak mau melihat perlakuan begini lagi.” Kata Victor sambil bersiap pergi.“Eh, Tuan. Pestanya?”“Itu ‘kan pesta Anda, terserah Anda mau bagaimana.” Jawab Victor dan kini benar-benar pergi meninggalkan Peter yang putus asa.***Julian keluar dari dalam lift, terlihat dari jauh Jemima tampak cemas hingga akhirnya tersenyum ceria saat melihat kedatangannya.“Hey! itu kan lift__”“Ah, salah naik.” Potong Julian segera mengelak.“Hm, Kamu ya, hati-hati.” Balas Jemima dengan mimik kesal.“Kalau tuan Diego lihat, habislah kita.” Lanjutnya.“Hm.”Lift terdengar terbuka dan Tommy keluar, pria itu ingin mengejar Julian tapi langkahnya segera terhenti saat tahu pria itu kini sedang mengobrol dengan Jemima. Tak lama kemudian, Eddie dan dua pegawainya ju
Baca selengkapnya
Bab 38
Jemima menatap lekat ke arah Julian, gadis itu tampak mengasihinya. Lalu tangannya mengusap rambut kepala Julian, seperti mengusap anak kecil yang sedang bersedih.“Aku janji, aku akan secepatnya mencari tempat juga pekerjaan baru.” Katanya.Julian terkejut, “hah?! pekerjaan baru?”Jemima mengangguk, “ya. Jadi… tolong bersabarlah, ya.” Pintanya dan sekarang satu tangannya itu berpindah posisi, menepuk-nepuk pundak Julian.“Kenapa?” tanya Julian.“Hm?” balas Jemima.“Kenapa harus mencari kerja lain? apa disini tidak baik?” tanya Julian lagi.Wajah mungil cantik itu tersenyum lembut dengan tatapan mata genit, terlihat sangat menarik, hingga dada Julian berdebar-debar.“Ayolah… aku hanyalah pekerja magang, jadi aku bisa mencari pekerjaan tambahan lainnya. Apalagi sekarang aku memiliki misi lain,” jelas Jemima.Julian tampak bingung, “misi?”“Ya, mi
Baca selengkapnya
Bab 39
Julian menatap penuh tanda tanya. “Kamu pikir, aku bohong?” tanya Julian. Jemima menggeleng-geleng, “eh, ini kan kamar tamu hotel.” “Iya, memangnya Kamu berharap kamar presidential?” balas Julian. “Ayolah… bukan begitu… maksudku__” “Ah, masuk saja. Aku benar-benar mengantuk,” potong Julian sambil melengos pergi dan segera duduk di sofa. Melihat sikap Julian yang tampak lelah, akhirnya Jemima hanya bisa mengikuti pria itu masuk kedalam. Matanya amat berbinar senang, dia tak menyangka akan diberi fasilitas sebagus ini. “Maaf, ranjangnya cuma ada satu.” Kata Julian. Jemima mengangguk tak peduli, pandangannya masih terpukau dengan kamar tersebut. “Terima saja, namanya juga numpang.” Kata Julian lagi. “Eh, Kamu anggap aku apa?” tanya Jemima, tatapan genitnya mulai datang lagi.
Baca selengkapnya
Bab 40
“Tidak bisakah Kau melayani dengan baik, siapapun tamu di hotel ini? tidak bisakah Kau diam tak menggangguku?!” tiba-tiba saja Julian berteriak di depan wajah Roberto yang sedari awal seakan mengajaknya adu jotos.Beberapa tamu yang kebetulan berada di Lobby Hotel itu terlihat penasaran dengan apa yang terjadi, tak hanya itu saja, beberapa petugas penjaga pintu masuk pun segera berlarian ke arah keributan tersebut.“Ada apa? sudah malam, bisa mengganggu tamu lain.” Tanya salah seorang petugas.“Usir langsung, seret dia keluar, Roberto!” seru petugas satunya lagi, tampak emosi.“Ya, memang seharusnya aku lakukan sedari tadi.” Balas Roberto, lalu menarik kerah Julian hingga tubuhnya pun tertarik beberapa langkah jika saja Julian tak segera menghentikannya.BRUAK!ARGH!AH!Suara tubuh jatuh bersamaan erangan kesakitan itu terdengar menggema di gedung Lobby yang megah tersebut. Belum selesai di sana, para penjaga yang merudung Julian terdengar ikut berteriak karena terkejut dengan kejadi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status