All Chapters of BUKIT TENGKORAK : Chapter 81 - Chapter 90
92 Chapters
81
Rembulan mengeluarkan barang-barang dari dalam tasnya. Ada beberapa salep peninggalan Smith yang jumlahnya sampai empat. Kiranya cukup untuk menyembuhkan luka di wajahnya. Kemudian ada satu pistol revolver yang pelurunya sudah tidak ada lagi. “Terima kasih, Sir, kenang-kenangan ini akan aku ingat sampai mati. Senang bertemu denganmu.” Bulan tidak pernah mengangap Smith sebagai siapa pun selain penolong dalam hidupnya. Gadis bermata abu-abu itu merasa situasi di pesisir agak tenang tak seperti dulu lagi. Apakah Jepang benar-benar telah pergi sepenuhnya dari tanah Aceh. Ingin ia bertanya pada Angkasa. Tapi sudah beberapa hari Bulan tak berjumpa dengan pemuda itu. “Mungkin dia bertemu dengan perempuan lain,” gumamnya. Bulan mengambil jala di rumah bagian belakang. Lalu ia menuju tepi pantai dan mencari ikan untuk mengisi perutnya sendiri. Benar-benar sepi. Kapal Jepang tak terlihat lagi. “Aneh,” gumam Bulan yang merasa semua terlalu damai. Ia dapatkan beberapa ekor ikan yang cukup
Read more
82
Demi agar pernikahan Bulan dan Angkasa berjalan sah dan lancar, para ulama meminta Bulan agar memastikan benar di mana keberadaan saudara ayahnya di Arab sana. “Aku harus kembali ke rumah ayahku, barangkali ada petunjuk tertinggal di sana. Walau mungkin sudah ada yang tinggal,” ucap Bulan di depan Angkasa dan para ulama. “Situasi masih belum tenang, Anakku, terutama warga kita yang masih mendendam pada Belanda. Orang Jepang mungkin sudah hilang semua karena mereka tidak meninggalkan anak keturunan di sini, tapi tidak dengan Belanda. Sering kami dengar para warga yang lupa diri membunuh siapa pun baik laki-laki, perempuan, juga anak-anak yang memiliki ciri khas orang Belanda. Kau jangan bepergian sembarangan, walau kau tak memiliki ciri-ciri itu.” Salah seorang guru memberikan nasehat pada Bulan. “Dia tidak akan sendirian, aku akan menemani Bulan,” sahut Angkasa. “Berduaan?” tanya salah seorang guru. “Tidak, bersama pejuang yang lain. Kami harus memastikan tidak ada pembantaian as
Read more
83
Sore telah berganti menjadi malam di dalam rumah yang kini menjadi milik Bulan. Keduanya masih bingung harus melakukan apa, bahkan ketika Bulan berbaring dan Angkasa ikut, gadis itu bangkit kembali. “Kenapa?” tanya Angkasa yang tak merasa berbuat kesalahan. “Ehm, tidak ada. Aku mau ke belakang sebentar, perutku sakit.” Bulan berkilah. “Perlu ditemani, di luar gelap.” Sebagai suami yang baik Angkasa takut Bulan pergi sendirian. “Jangan, tidak perlu di temani.” Secepat kilat Bulan ke luar meski tujuannya bukanlah bagian belakang. Ia jongkok di dapur tanpa melakukan apa pun dan bingung harus apa. Tidak ada petunjuk sama sekali. Jalan buntu. Sibuk perang membuatnya tak sempat mengurus asmara. “Jadi nanti aku harus apa di kamar?” Bulan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia dengar dari para ulama, kalau sudah menikah Bulan boleh melepas kerudungnya. Itu Bulan tahu karena ibunya begitu di depan ayahnya. Nah, sisanya ia disuruh belajar sendiri harus bagaimana jadi istri. “Aku harus
Read more
84
Antara malu dan mau yang pada akhirnya mengantarkan Bulan dan Angkasa benar-benar menjadi suami istri di malam dingin di wilayah pesisir. Di kamar peninggalan mendiang Kenanga. Sepasang pejuang itu merasakan hal yang berbeda hingga terlelap dalam tidurnya dan bangun ketika hari hampir pagi. Bulan yang mandi belakangan setelah Angkasa, berdiam diri di rumah ketika suaminya memutuskan pergi ke surau terdekat. Wanita bermata abu-abu itu kini mengemas tas milik Angkasa dan membereskan barang-barang miliknya. Secara tak sengaja buku harian dan pena peninggalan Smith jatuh di lantai. “Apa kabar dia, ya? Katanya ingin kembali menemuiku dan melarang menikah dengan Angkasa. Mana ada, penipu! Tapi terima kasih atas pertolongan dan salepmu. Meski wajahku tak secantik dulu, tapi setidaknya lukanya tak terlalu kasar.” Untung saja Bulan tak mudah dirayu oleh Smith. Apalagi mengikuti saran letnan itu untuk tak menikah dengan Angkasa. Satu-satunya alasan yang membuat Smith belum jadi berangkat ke
Read more
85
Sepasang kekasih yang hidup bersama itu menghadiri perjamuan di mana ratu juga datang. Ada orang tua Smith dan Natali juga. Pembicaraan yang sangat serius. Kalau sudah ratu mengambil keputusan maka tidak akan bisa dibantah lagi oleh siapa pun. Keputusan untuk menikahkan Smith dan Natali diambil sudah. Sang jenderal bintang dua hanya bisa pasrah walau tak rela atas pernikahan kedua putrinya. Rumor sudah pasti tersebar dan sulit untuk dibendung. Tadinya Natali ingin mengatakan tentang kehamilannya, tapi Smith memberikan kode padanya agar jangan gegabah. Ia paham bagaimana raut wajah beberapa orang yang kecewa. Tidak dengan William yang senang sekali ketika putranya akan menikah. Ia menepuk bahu putranya dan memberikan sedikit nasehat. “Jalani saja hidupmu di sini dan jangan pernah memikirkan gadis itu lagi. Dia pasti sudah bahagia dengan orang lain seperti halnya Cempaka yang membohongiku.” Smith mengangguk saja. Benar, bisa jadi Bulan telah menikah dan tak memikirkannya lagi. Tap
Read more
86
Indonesia tahun 1947 Bulan sedang mendengar radio milik Angkasa yang dibawa masuk ke dalam rumah. Pada dasarnya, wanita yang baru saja menggenapi usia 19 tahun itu memang rajin belajar dan tekun seperti halnya sang kakek dulu. Melalui radio pula ia mencatat beberapa poin penting untuk disampaikan nanti pada Angkasa. Suaminya sibuk mencari nafkah dengan memanfatkan truk miliknya. Tak banyak uang yang didapatkan tapi cukup untuk hidup berdua saja. Mereka juga belum memiliki anak. Pena yang diberikan oleh Smith beberapa tahun lalu akhirnya habis juga isi tintanya, bersamaan dengan rampungnya informasi yang dicatat oleh Bulan di atas kertas usang. Membelinya sangat susah ditambah harganya mahal, jadi kalau basa-basah sedikit kena air lebih baik dijemur saja. Angkasa pulang di sore hari dengan tubuh berpeluh. Seharusnya pengalaman keduanya sebagai pejuang tangguh mampu menghantarkan Angkasa dan Bulan menjadi salah satu tentara resmi dengan seragam khusus. Namun, hal itu tak mereka amb
Read more
87
Tubuh Bulan yang tidak sadarkan diri diseret paksa oleh seorang tentara Belanda dan memasuki rumah kosong. Wanita itu terkena pukulan di bagian kepala hingga mengakibatkannya jatuh pingsan. Tentara Belanda yang melihatnya jadi tergiur. Bentuk tubuh Bulan yang ramping membuatnya gelap mata meski wajah wanita itu rusak. Dengan tangan tergesa-gesa lelaki itu mulai melucuti selendang dan kain panjang yang melilit di pinggang Bulan. Ia sudah tak sabar menikmati tubuh molek dari seorang pejuang yang pasti rasanya luar biasa. Hanya saja ketika kain Bulan mulai disingkap. Sebuah peluru menembus kaca rumah dan tertancap di kepala tentara Belanda tersebut. Mata hijau itu terbelalak dan ia pun roboh di sebelah tubuh Bulan. Peperangan di luar sana masih terus berlanjut ketika Bulan tak sadarkan diri. Hari sudah gelap ketika wanita itu sadar. Ia terkejut dan langsung berdiri ketika kain di pinggangnya terbuka dan roknya tersingkap, ditambah selendangnya yang tersangkut di jendela. Apalagi a
Read more
88
Anak Smith telah lahir. Ia merupakan seorang putri yang amat sangat cantik dan memiliki mata seindah dirinya. Amora, begitu princess itu diberi nama, dan keluarga kerajaan menyambut dengan penuh suka cita. Juga sejak kelahiran Amora, Smith tak lagi memikirkan tentang Bulan. Baginya harapan itu terlalu usang untuk dikejar. Lebih baik hidup dengan apa yang ada di depan mata saja. Natali menjadi pengusaha berlian yang amat kaya raya. Sudah tak terhitung berapa banyak korban yang berjatuhan di tangannya. Ia tak segan-segan menurunkan militer dan membayar menggunakan uang pribadinya. Anaknya pun lebih sering diurus oleh baby sitter. Lain hal dengan Smith yang sejak tidak bekerja lagi di rumah sakit kini menjadi salah satu agen PBB dalam organisasi baru yang dibentuk dan berurusan dengan kehidupan manusia. Perang di Aceh telah mengubah cara pandangnya menjadi lebih dermawan. Smith dan istrinya memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Lelaki bermata biru itu sangat aktif membela hak-hak
Read more
89
Natali mendatangi salah satu tentara Inggris yang akan memimpin pasukan bergabung dalam agresi militer Belanda II di Indonesia. Tentara itu tahu siapa yang datang. Lalu ia bangkit dan mempersilakan tuan putri duduk di kursinya dan sesegera mungkin memberi hormat. Siapa yang tidak kenal bagaimana Natali bertangan dingin. “Ada yang bisa aku bantu, Madam?” tanyanya dengan sikap tegak. “Duduklah. Pembicaraan ini tidak resmi, tapi aku memberikan tugas ini tidak main-main untukmu, tentu saja aku akan memberikanmu upah.” Natali mengeluarkan beberapa lembar uang miliknya. Jumlah yang membuat tentara itu membelalakkan mata. “Siap. Sebutkan saja apa tugasnya, Madam.” “Kalau sampai gagal, kau yang akan aku tembak.” Wanita berambut pirang itu mengeluarkan lukisan wajah Bulan yang dibuat oleh Smith.Diam-diam ia mengulik barang pribadi milik suaminya ketika lelaki itu tidak sedang di rumah. Dari mana Natali tahu keberadaan Bulan? Dari suaminya yang sering mengigau dan meracau nama yang sama b
Read more
90
Agresi militer Belanda jilid kedua memang menimbulkan banyak pertentangan dan perlawanan di tanah air. Tak hanya jalan peperangan saja yang ditempuh tapi jalan diplomasi juga. Berbagai macam kongres perdamaian terus diupayakan agar Belanda angkat kaki dari Indonesia.Nyatanya tidak mudah, negara itu terus saja merongrong kemerdekaan Indonesia. Aceh merupakan salah satu bentuk perlawanan yang paling sengit sejak dulu. Bisa dikatakan daerah paling istimewa merupakan yang paling tidak pernah istirahat tenang sejak didatangi Portugis, sampai Belanda kalah, datang Jepang lalu kalah lagi dan Belanda kembali merampas semuanya. Satu dari sekian banyak pejuang yang ada yaitu Angkasa dan Bulan. Sepasang suami istri yang harus terpisahkan karena keadaan. Bulan menjalani berbagai macam pelarian dari satu tempat ke tempat lain. Tidak, dia bukan pengecut yang tak pandai berjuang. Hanya saja dia tak akan sanggup sendirian melawan tentara Belanda yang membawa perlengkapan sangat banyak. Bulan tak
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status