All Chapters of Bukan Menantu Biasa: Chapter 41 - Chapter 50
53 Chapters
Bab 41
"Jawab! Bagaimana keadaan anak kita, Mas?!" Zafira mulai tak sabar."Kamu yang sabar, Sayang. Mas tahu Kamu wanita yang kuat. Mungkin belum rezeki kita, Dek. Allah lebih sayang. Insya Allah pasti Allah akan berikan lagi di waktu yang tepat." Adnan berusaha menenangkan Istrinya. Padahal hatinya sangat rapuh. Lelaki itu berucap dengan dengan suara yang serak. "Tidak mungkin, Mas. Jangan bercanda! Ini nggak lucu! Pa, Ma, Buk, kenapa kalian diam saja? Dimana janinnya Zafira!" Wanita itu menjerit histeris. Cairan bening di matanya berlomba keluar. Wanita itu menggelengkan kepala tak percaya. "Tadi dia masih disini, Mas. Mama, tadi anak Zafira masih disini." Zafira memegang perutnya yang masih tampak nyeri.Dia hendak bangkit namun tertahan karena perutnya terasa sakit.Wanita itu masih menjerit histeris. Dia masih syok kehilangan buah cinta pertamanya bersama Adnan. Buah cinta yang baru beberapa minggu mengisi rahimnya. Namun kini lenyap dengan mudahnya setelah diketahui keberadaannya.
Read more
Bab 42
"Siapa yang bertugas memasak di dapur?" tanya Pak Suryo dengan wajah datar."Sa–saya Tuan. Tapi sumpah Demi Allah, saya tidak memasukkan apa-apa ke dalam makanan Non Zafira, Tuan. Waktu saya mau ke kamar beresin sisa makanannya Non Zafira, sisa buburnya juga sudah tidak ada, Tuan," jawab Wanita yang bekerja sebagai tukang masak itu. Wajahnya sangat ketakutan.Pak Suryo menatap tajam ke arah mereka satu-persatu."Ayo ngaku! Siapa yang sudah memasukkan obat pencahar ke dalam makanan Putri saya? Mau ngaku atau saya cati tahu sendiri? Di seluruh penjuru ruangan ini ada cctv nya loh, kalau sampai saya cari tahu sendiri. Jangan harap saya akan mengampuni! Saya akan buang ke pulau terpencil yang tak berpenghuni, banyak binatang buas disana. Jadi sebaiknya mengaku saja! Karena seklipun tidak mengaku! Tetap saya akan tahu, karena ada kamera pengawas juga di dapur, juga si seluruh ruangan," ancam Pak Suryo dengan wajah datar. Tampang Lelaki itu, membuat siapa saja yang menatapnya akan langsung
Read more
Bab 43
Bu Ningsih masih syok mendengar ucapan bodyguard itu. "Bibi, tolong maafkan Mama Bi! Tolong jangan masukkan Mama ke penjara Bi." Aira memohon sambil mengguncang-guncang tubuh Bu Ningsih yang cuma terdiam karena belum bisa mencerna apa yang di dengarnya.Kini Bu Ningsih yang terduduk lunglai di kursi ruang tunggu. Ningsih menutup mulutnya dengan telapak tangannya kemudian menggeleng tak percaya."Apa salah keluarga kami? Apa salah kami? Semua sudah kami berikan tanpa perlawanan! Kenapa ini?" Bu Ningsih berucap dengan air mata yang berderai."Maafkan Mama Bi. Tolong maafkan Mama," mohon Aira dwngan wajah yang tertelungkup di kaki Bu Ningsih."Itu bukan kuasa Bibi Nduk," sahut Bu Ningsih dengan wajah sendu."Bibi pamit dulu," pamit Bu Ningsih kepada keponakannya itu."Maafkan Mama Bi." Wajah Aira tertunduk menahan malu karena perbuatan Mamanya. Wajahnya penuh sesal.Bu Ningsih berjalan dengan langkah gontai menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar tempat menantunya di rawat.Dia masih
Read more
Bab 44
"Jadi mereka juga yang memb*nuh Ayahnya Adnan?!" Suara Lelaki itu tak percaya. "Kumpulkan bukti-buktinya, tidak bisa ditolerir lagi!" titah Pak Suryo dengan wajah geram.Zafira sudah mulai pulih, tapi masih sering menangis karena merasa gagal menjadi Ibu.Adnan selalu berada di samping istrinya. Tidak sekalipun dia beranjak dari sisi istrinya. Kecuali kalau mau sholat.Seharian di terus menggenggam tangan Istrinya dan membisikkan kata-kata motivasi. Juga mensugesti istrinya untuk terus bersabar dan menerima takdir yang sudah digariskan.Perlahan Wanita itu mulai menerima kenyataan. Senyuman mulai yerpancar lagi dari bibir mungilnya yang tampak pucat."Papa sudah menemukan pelakunya, orang itu memang sengaja mencampurkan obat pencahar kedalam bubur Zafira," ungkap Pak Adnan kepada semua orang. Saat itu Zafirah tengah tertidur setelah meminum obat. Sebentar lagi mereka sudah diperbolehkan pulang."Siapa Pa? Kurang ajar sekali orang itu!" Bu Anin tampak geram. "Pekerja di rumah Bu Bes
Read more
Bab 45
"A-pa? Jangan sembarangan kamu Nan! Kamu mau saya laporkan ke polisi? Dengan kasus pencemaran nama baik? Kurang ajar kamu, ya. Asal nuduh aja," sanggah Bude Siti tak terima.Aira juga menatap Adnan dengan tatapan bingung. Selama ini sepupunya itu belum pernah berbohong. "Kami punya bukti-buktinya Bude! Saya hanya ingin tau, alasan kalian memb*nuh Ayah saya?!" Bentak Adnan yang sejak tadi menahan emosi dengan mata yang memerah."Kamu salah paham Nan, semua bukti itu pasti bukti palsu, bagaimana kami tega membunuh orang lain? Kami tidak mungkin berani Nan," kilah Bude Siti dengan wajah yang memelas. Wanita itu berusaha meyakinkan Adnan.Sedangkan Pakde Rusdi hanya menggeleng. Lelaki itu merasa menyesal dengan perbuatannya di masa lalu. Pintu ruangan itu terbuka, Dokter muda dengan Nama Al Gibran itu masuk ke dalam ruangan itu. "Maaf, Pak Rusdi harus di rawat di ruangan yang berbeda," ujar dokter muda itu setelah memeriksa pasien ya itu."Lho, kenapa pak?" tanya Bude Siti sambil menat
Read more
Bab 46 (Ending season 1)
"Bu Siti dan Pak Rusdi! Bukti-bukti sudah ada dan kalian tidak bisa mengelak lagi. Pak Rusdi biar di rumah sakit khusus tahanan. Bu Siti sepertinya Anda sehat-sehat saja. Maaf, ini perintah," ujar Lelaki berseragam polisi itu dengan nada tegas."Kalian memang tidak ada rasa kemanusiaan sedikitpun! Suami saya ini butuh perawatan intensif. Kalian tolong mengertilah!" Bude Siti berucap dengan nada tinggi.Polisi itu hanya menggelengkan kepala. Sudah salah masih terus ngeyel. "Silahkan nanti anda jelaskan di kantor polisi," ujar polisi itu sambil memberikan perintah kepada anak buahnya."Kalian pasti sudah makan suap. Makanya orang yang sakit dan lemah juga kalian tangkap. Dasar polisi mata duitan!!" Bude Siti mengamuk.Wanita itu lalu memecahkan gelas di nakas ruangan itu lalu mengarahkan kepada polisi yang hendak berjalan ke arahnya."Berani kalian mendekat, akan kugor*k leher kalian! Sini mendekat! Biar ku b*nuh sekalian!" Wanita itu sudah seperti orang depresi. Dia mengancam anggota
Read more
Bab 47 (Season 2)
Gadis 20 tahun itu menarik senyum simpul menatap gedung kampus impiannya. Amira Syarifah–Nama Wanita berparas ayu itu. Adik dari Adnan Syarif. Putri kedua Pak Rusli dan Bu Ningsih. Amira memilih menetap di kota dan tinggal di indekos. Sekalipun dia tau kakaknya kaya raya, dia tidak mau memanfaatkan harta kekayaan kakaknya untuk berfoya-foya. Bahkan untuk masuk ke kampus impiannya itu, Amira lewat jalur prestasi. Tidak heran, karena adik bungsu Adnan itu Gadis yang cerdas. Dia memilih bekerja paruh waktu biar bisa belajar mandiri. Indekost yang dipilih juga kost khusus perempuan. Karena pergaulan Amira sedari kecil sudah terjaga. Wanita dengan hijab sage itu berjalan masuk ke kampus dengan perasaan gembira. Gadis cantik itu berhenti di depan ruangan fakultas kedokteran. Ya, Amira mengambil jurusan kedokteran. Gadis dengan hijab yang menutupi dada itu tersenyum lebar. Dia bahagia karena bisa berkuliah di kampus favoritnya juga fakultas impiannya. Hari ini hari pertamanya masu
Read more
Bab 48
Amira mengernyit heran mendengar namanya disebut oleh Dosen itu. Dokter Gibran tersadar dan wajahnya langsung memerah menahan malu. Dia terkenal dengan julukan Dosen Kulkas, karena selalu bersikap dingin. Alexa menatap sinis ke arah Amira. "Punya kelebihan apa gadis desa miskin itu? Jangan-jangan pake susuk lagi, kan biasanya orang kampung di pelosok gitu suka pake-pake begituan." Alexa berbisik pada teman di sampingnya."Bisa-bisanya Lo mikir sampe kesitu. Anaknya memang cantik kok, tanpa sentuhan make up sudah cantik begitu, Alami." Seketika teman Alexa yang bernama Aletta itu langsung menutup mulutnya. Dia nggak sadar sedang memuji Amira di depan Alexa. Reflek saja pujian itu meluncur dari bibirnya. "Maksud gue, bisa saja dia pake susuk. Lihat aja auranya beda begitu," imbuhnya dengan wajah bersalah. Alexa menatapnya dengan tatapan tajam membuat Aletta salah tingkah."Maafkan, tadi salah ngomong, lo yang paling cantik deh," ujar Aletta sambil menunjukkan wajah bersalahnya."A
Read more
Bab 49
Darel langsung menyenggol lengan Abhimana."Apa maksud Kamu kalah taruhan?" Amira bertanya dengan tatapan tajam. "Heh cewek tengil! Lo pasti pake susuk kan? Secara orang kampung di pelosok gitu kan suka pake susuk. Jangan-jangan Lo juga pinter guna-guna agar semua laki-laki suka sama Lo, dasar munaf1k! Pakaiannya aja tertutup, ternyata bersekutu dengan Iblis!" Bentak Alexa yang terlihat dikuasai cemburu. Amira tersentak dan melongo mendengar tuduhan yang keluar dari bibir wanita berambut pirang itu. Detik berikutnya Amira langsung membalas tatapan tajam Alexa. "Iya, Saya pinter guna-guna. Kamu nggak takut saya guna-gunain?" Amira menjawab dengan tatapan tajam ke arah Alexa. Wanita berambut pirang itu seketika nyalinya menciut."Ngadi-ngadi nih cewek! Kuyy ke Kantin." Darel langsung mengajak Abhimana ke kantin."Dasar cewek kampung! Jadi bener lo pake susuk? Jangan-jangan orang tua lo dukun lagi." Alexa tersenyum sinis ke arah Amira."Jaga mulut kamu ya! Silahkan kalau mau mengh
Read more
Bab 50
Lelaki berseragam satpam itu masih keheranan melihat wanita yang baru turun dari mobil itu. "Pak Rektor ada, Mang?" Zafira bertanya kepada lelaki yang tadi menegurnya. "Pak Rektor lagi ke LN Nyonya, tapi Pak Dekan ada," sahut lelaki itu dengan wajah segan. "Bisa antarkan saya ke ruangannya?" Zafira tampak tak sabar. "Bisa Nyonya," ujar Lelaki itu sambil mengangguk mantap. "Buk Zafira? Mari silahkan masuk. Kenapa nggak ngabarin dulu kalau mau kesini? Kan kami bisa adakan persiapan untuk menyambut." Pak Dekan tampak terkejut melihat kedatangan Zafira. Zafira hanya tersenyum simpul menanggapi. Dia langsung duduk di sofa dalam ruangan itu. "Ada apa Buk? Biasanya Ibu hanya memantau dari rumah. Kayaknya ada sesuatu hal penting sampai Ibu Zafira datang tanpa memberi kabar," ujar Lelaki berkaca mata itu menatap Zafira serius. "Apakah ada masalah disini?" tanya Zafira. "Sejauh ini nggak ada masalah apa-apa Buk. Semua terpantau aman," sahut Lelaki itu sambil tersenyum. "Aman? Ter
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status