All Chapters of Bukan Menantu Biasa: Chapter 31 - Chapter 40
53 Chapters
Bab 31. Kedatangan Debt Collektor
Bude Siti langsung pingsan melihat nominal yang tertera di layar Handphone nya Zafirah. Aira yang melihat Ibunya pingsan dari balik kaca mobil. Langsung turun dengan terburu-buru. "Sudah kubilang kan Bu, sudah kutebak bakal begini akhirnya. Dipikirnya bayar dokter dari kota sampai kesini murah apa? Malah sok-sok an mau balikin lagi. maaah mah." Wanita itu berjalan sambil ngedumel."Maaf Bik, tadi sudah Aira larang. Ibu maksa mau kesini, padahal kondisinya belum baik betul," ucap Aira sambil menatap Ibunya yang tengah terbaring itu."Ambil minyak putih di kamar Ibu," titah Bu Ningsih kepada Putri Bungsunya. Dengan cepat Amira langsung masuk ke kamar mengambil apa yang diminta Ibunya."Terima Kasih Bik, masih mau menolong Ibu meskipun kami sudah jahat sama Bibi selama ini," ujar Aira sambil tertunduk menyesali perbuatannya."Nggak apa-apa Nduk. Sudah lupakan saja." Bu Ningsih mengusap pelan pucuk kepala Keponakannya itu.Wanita yang berhati malaikat. Diperlakukan dengan sangat tidak
Read more
Bab 32. Terlilit hutang
Ponsel Aira berdering. Ada panggilan masuk dari nomor Ibunya. Wanita itu langsung menepikan mobilnya. "Ya, Halo?" "Aira, kamu sudah sampai mana? Ibu kamu pingsan lagi. Gara-gara di tagih hutang sama debt collector. Ini sampai kejang-kejang juga. Kamu buruan kesini ya," ujar Tante Rosmala dengan suara yang terdengar panik."Baik." Wanita itu langsung mematikan sambungan dan memutar balik ke arah rumah Ibunya lagi. Wajah wanita itu tampak panik. Meskipun Ibunya sangat jahat, namun wanita itu sangat menyayangi Ibunya. Melihat keramaian di depan rumah Ibunya, wanita itu langsung berlari menembus keramaian. "Apa yang terjadi?" tanya Aira dengan wajah panik."Mbak anaknya Pak Rusdi?" "Iya, Saya Aira anaknya Pak Rusdi dan Ibu Siti Marimar," jawab Aira."Jadi begini Mbak, Pak Rusdi meminjam uang di bank senilai 100 juta dan ini sudah jatuh tempo. Kami kesini untuk menagih. Namun, karena ada kejadian seperti ini. Kami berikan waktu tiga hari untuk mendapatkan uang itu! Kalau dalam jangka
Read more
Bab 33. Cerai
Alisya yang terkejut langsung berdiri dan menatap lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu dengan wajah panik."M–mas? Ini tidak seoerti yang kamu lihat, Mas." Alisya berusaha memberikan penjelasan kepada Jefri."Tidak seperti yang aku lihat? Apa maksudmu? Apa yang tidak seperti aku lihat? Jelas-jelas aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri!" Bentak Jefri dengan tatapan nyalang. "Kamu siapanya Jefri, Sayang?" tanya Lelaki tua itu."Dia…" "Saya suaminya yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami," jawab Jefri dengan pandangan lurus ke arah Alisya. Wanita itu hanya tertunduk katena ketakutan"Oh baguslah! Cepat ceraikan dia karena saya ingin segera menikahinya!" ujar Lelaki paruh baya itu dengan senyum sumringah."Mungkin karena kamu tidak bisa memuaskan hasratnya sehingga dia mencari lelaki lain yang bisa memuaskan dia di atas ranjang. Saat bersamaku dia sangat lihai mengimbangi permainanku di atas ranjang," ujar Lelaki itu dengan wajah santai yang kemudian membuat sua
Read more
Bab 34
Keesokan paginya, Saat Bu Ningsih tengah bersiap-siap pindah rumah, muncul Bude Siti dengan tampang memelas.Dengan air mata buayanya wanita itu langsung bersimpuh di kaki Ningsih."Ada apa ini Mbak? Kenapa begini?" Ningsih kebingungan melihat tingkah kakak iparnya itu.Sebelumnya Wanita itu tidak pernah mau merendah seperti itu. Dan kini dia sampai bersimpuh di kaki Ningsih, ada apakah gerangan? Ningsih bertanya-tanya, Anak dan menantunya juga tampak keheranan dengan sikap Bude Siti yang tampak berbeda dari biasanya. Wanita arrogan itu kini bersimpuh di Kaki orang yang selalu di caci maki dulu."Tolong Aku Ningsih, hanya kamu yang bisa menolongku. Tolong maafkan semua kesalahanku," ujar Wanita gempal itu dengan air mata yang berurai."Ada apa? Coba jelaskan? Aku tidak paham apa maksud Mbak? Apa yang bisa Ningsih bantu? Kalau bisa Ningsih akan bantu semampu Ningsih," sahut Ningsih sambil berusaha mengangkat tubuh gempal itu."Benar kamu akan membantu kami? Terima kasih Ningsih. Kamu
Read more
Bab 35
"Mah, dengarkan dulu penjelasan Papa." Lelaki itu panik melihat istrinya memegang pis4u buah.Bude Siti yang sudah di kuasai amarah tidak mau lagi mendengar ucapan suaminya. Bahkan sudah tidak mempertimbangkan resiko setelahnya. Dia menyerang dengan membabi buta. Wanita itu sudah gelap mata karena amarahnya. Dia menyerang ke arah dua manusia berbeda jenis itu.Pakde Rusdi berhasil mengambil pisau itu saat Bude Siti lengah. Pisau itu dibuangnya sejauh mungkin. Hingga wanita bertubuh gempal itu tak mampu meraihnya lagi.Bude Siti ngos-ngosan. Tenaganya terkuras habis, dan akhirnya dia terduduk lunglai.Pakde Rusdi masih membutuhkan Wanita itu. Dia tidak mungkin menceraikan Siti, karena rumah ini atas nama Siti. Jika dia menceraikan istri gempalnya itu, dia mau tinggal dimana? Dia tidak sudi tinggal di gubuk milik Inem. Dia berencana mau menikahi Inem secara sirri. Namun ternyata belum terlaksana niatnya itu, Sudah lebih dulu diketahui oleh istrinya. Lelaki itu masih membutuhkan Siti
Read more
Bab 36
Zafirah sengaja berkata begitu di depan warga agar Bude Siti kapok dan tidak bersikap sombong lagi. "Kamu sengaja mau mempermalukan saya, ya?" Wanita itu menatap Zafira dengan tatapan nyalang."Lho, kan saya nanya? Bude sudah baca dan menyepakati perjanjian itu kan? Mungkin Bude lupa dan perlu membaca ulang." Zafira berucap santai sambil memainkan kukunya."Kurang ajar kamu ya!" bentak Bude Siti dengan wajah memerah."Eh, jangan jadi kacang lupa kulit dong." Zafira mengembalikan ucapan yang sering di ucapkan Wanita bertubuh gempal itu."Mau saya bacakan disini atau Bude sendiri yang membacanya." Zafira memberikan pilihan kepada Wanita itu.Bude Siti langsung berjalan menuju rumahnya dengan perasaan dongkol.Wanita itu ngedumel sepanjang jalan menuju rumahnya.Zafira hanya menarik senyum simpul menanggapi ocehan Bude Siti."Silahkan baca lagi surat perjanjiannya Bude. Bukankah kemaren Bude sudah menyetujui? Silahkan dibaca lagi. Kalau Bude mau membatalkan perjanjian itu juga boleh
Read more
Bab 37
"Jadi kalian yang sudah membun*h Paman Rusli?" Alisya tampak syok mendengar percakapan Bude Siti dan Pakde Rusdi.Wanita yang datang dan berniat mengadu itu terperanjat mendengar kalau merekalah yang mem*unuh Rusli–suami Ningsih."Alisya?!" Bude Siti terkejut mendapati anaknya yang sudah terpaku dan syok di ambang pintu.Sejahat apapun Alisya, tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mem*unuh orang lain."Alisya! Jangan bilang ke siapa-siapa soal ini! Kamu nggak mau kan Papa dan Mamamu mendekam di penjara!" ujar Rusdi seraya berjalan mendekati putri bungsunya itu.Alisya langsung mundur karena takut kepada Ibu dan Ayahnya sendiri.Dia tidak menyangka mereka dalang dibalik kematian pamannya. "Kenapa kalian bisa berlaku sekeji itu? Aku tidak menyangka kalian penyebab kematian paman Rusli." Mata wanita itu berkaca-kaca tak percaya. Dia menutup mulutnya tak percaya. Astaga! Dia anak seorang pemb*nuh!"Jangan keras-keras suara ya Sya! Kalau kedengaran orang gimana? Kamu mau kami dip
Read more
Bab 38
"Nyonya kenapa?" Seorang pelayan yang tengah memperhatikan Bude Siti Memasak langsung panik.Zafira terlihat sangat lemes karena terus mengeluarkan isi perutnya sejak tadi. Bu Ningsih dan juga Adnan juga ikut panik. Sedangkan Amira tidak ada di rumah karena sedang mengurus pendaftaran di kampusnya di temani oleh temannya Zafirah di kota. "Kamu kenapa Nduk?" Ibu mertuanya tampak panik."Sepertinya masuk angin Bu, mual terus dari tadi," sahut Zafira dengan suara yang lemes. "Atau jangan-jangan Nnyonya Zafira lagi hamil?" ucap Asisten rumah tangga itu dengan wajah takut-takut. "Maaf kalau saya lancang menjawab," sambung Wanita itu sambil tertunduk.Bu Ningsih yang mendengar ucapan Wanita itu langsung berbinar. Sedangkan Adnan baru selelsai menelpon dokter keluarga Zafira untuk datang."Hah?! Hamil?" Zafira langsung menampakkan binar wajah bahagia."Mas sudah telpon Dokter Zafran, Dia akan segera datang," ujar Adnan yang tampak panik.Lelaki itu menggosok-gosok minyak kayu putih di t
Read more
Bab 39
"Aduhhh, sakit sekalii Mas sshhh," desis Zafira sambil meringis menahan sakit yang termat sangat."Ya Allah, Nduk. Gimana ini?" Bu Ningsih panik hingga bingung mau berbuat apa.Adnan langsung membopong tubuh istrinya yang tengah kesakitan itu. Wajahnya sangat panik. Lelaki itu berlari sambil membawa istrinya dalam gendongannya. Mulutnya tak berhenti merapal doa untuk keselamatan istri dan janinnya.Bu Ningsih juga mengekor di belakang Adnan dengan air mata yang terus berurai.Tenaga Wanita paruh baya itu langsung kuat saat melihat menantu kesayangannya kesakitan."Cepat siapkan mobil!" Adnan yang sudah panik tanpa sadar membentak Tukang kebun merangkap sopir yang tengah menatap heran."Siap Pak!" Dengan cekatan Lelaki itu langsung menyiapkan Mobil. Lelaki itu langsung masuk kedalam mobil. Bu Ningsih juga ikut masuk. Wanita paruh baya itu memegang tangan menantunya erat. Air matanya sudah luruh sedari tadi. Mulut Wanita itu tak berhenti komat kamit merapal doa keselamatan untuk Calon
Read more
Bab 40
"Sepertinya ada yang merembes," ucap Zafira sambil memegang perutnya yang mules."Astagfirullah. Ya Allah selamatkan Istri dan anakku." Adnan tak berhenti terus merapal doa.Ningsih sudah sangat panik melihat wajah menantunya yang pucat pasi.Akhirnya mereka pun sampai di oelataran rumah sakit. Adnan langsung mengangkat tubuh Zafira dan membopongnya."Suster! Dokter! Tolong Istri saya!" Lelaki itu sudah tidak memperdulikan keadaan sekitar.Zafira langsung di naikkan di atas brankar dan di dorong menuju IGD. Adnan ikut berlari bersama Bu Ningsih. Brankar sudah di penuhi D4r4h. Andan mengusap wajah frustasi."Bapak tunggu di luar." Seorang lelaki langsung menghentikan Adnan."Saya ingin menemani istri saya, Pak!" Bentak Adnan kepada Lelaki yang menghentikannya."Yolong patuhi prosedur yang ada pak," ujar lelaki itu.Bu Ningsih langsung menarik tangan putranya. Wajah lelaki itu tersirat rasa kekhawatiran yang mendalam.Sedari tadi ia mondar mandir di depan pintu IGD.Ponselnya tiba-tiba
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status