All Chapters of Warisan Utang Mertua: Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
BAB 11
Hai, Bos! Akhirnya kita bertemu di sini lagi," ku sapa mereka yang ada di situ. “Sinta...! Kenapa kamu di sini?” mata Kesya terbelalak melihat kedatanganku. “Kenapa? Kaget! Tidak menyangka ternyata wajah aslimu di belakang Mas Arman seperti ini.” Ku tarik sebuah kursi yang ada di situ kemudian duduk di dekatnya. “Aku..., aku di sini mau...” “Mau, apa? Selama ini kalian menjadikan Mas Arman sebagai bank berjalan. Ini yang kalian lakukan.” Kudekatkan wajahku di hadapannya. “Hentikan nada bicaramu yang sombong itu. Hei, wanita cantik.” Lelaki yang bertubuh gemuk itu berusaha memegang daguku namun gerakan tanganku lebih cepat untuk menepisnya.Kesya yang melihatku dengan wajah yang tegang karena dengan berani menentang bosnya. “Sin! Jangan berani kamu dia ini Bos yang disegani di sini," Kesya berbisik di telingaku.“Oh, Bos di sini. Baguslah! Mana cincin emas pernikahanku yang di berikan Mas Arman? Beraninya mengungkit barang yang tidak seharusnya diungkit.” “ Itu, itu... Aku beri
Read more
BAB 12
POV SINTASepertinya ulah Ibu makin menjadi- jadi. Kecelakaan tragis yang menimpanya kemarin rupanya tak membuat dirinya untuk berubah menjadi lebih baik. Setelah Mas Arman dijadikannya sebagai bank berjalan, sekarang giliranku yang akan dibuatnya seperti itu. Sertifikat rumah dan sertifikat tanah kontrakan ingin dipegangnya . padahal itu harta yang kupunya ketika aku belum mengenal Mas Arman. Segera ku menghubungi Mas Heri untuk bertemu. Diam – diam aku meminta tolong ke Mas Heri agar membantuku memalsukan sertifikat tanah palsu yang ngotot dipegang Ibu. Rasanya kali ini aku puas jika Ibu menyalah gunakan sertifikat palsu itu. Entah bagaimana cara Mas Heri agar bisa membantuku.“Bu, ini sertifikatnya yang Ibu bilang tempo hari.” Kuberikan sertifikat palsu itu kepadanya. Tampak jelas wajahnya sangat ceria ketika menerima dariku. “ Te-Terima kasih Sin! Ibu akan menjaganya dengan baik. Sekarang kamu fokus kerja saja ya.” Senyum Ibu makin mengembang ketika aku memberikan sertifikat p
Read more
BAB 13
Raut wajahnya berubah kemerahan melihat kedatanganku mendekatinya. Ibu! Ibu... kenapa bisa kembali lagi?” Tatapannya yang heran ke arahku“Tadi, Ibu tak sengaja melihatmu. Jadi, Ibu kesini sekalian memperjelas sertifikat tanah yang kamu berikan ke Ibu.” Kuperlihatkan padanya sertifikat tanah miliknya itu“ Apa! Berikan? Sejak kapan aku memberikan sertifikat tanah pada Ibu," tanyanya dengan mengelak. “Loh! Sin, bukannya kamu yang memberikan Ibu sertifikat tanah ini?” “ Ibu...Ibu memang orang tua dari suamiku. Tapi, aku tidak pernah memberikan sertifikat tanah ini padamu, yang ada Ibu yang memaksa agar aku menyimpannya pada Ibu.” Didekatinya diriku dan berbicara dengan nada yang keras sehingga orang-orang yang ada di situ pandangannya tertuju padaku. “ Tapi...tapi Sin, bukankah Ibu sudah pamit padamu untuk menggunakannya mengambil pinjaman di Bank?” “ Iya Ibu pamit. Tapi, aku mengiyakannya dalam keadaan terpaksa.” Selama ini kusalah menilainya ternyata menantuku ini adalah wanita y
Read more
BAB 14
Karena terlalu banyak pikiran aku sampai tak fokus melihat ke lantai yang kulewati licin. Tak sengaja kakiku terpeleset dan jatuh . Rasanya sangat sakit, kepala mulai terasa pusing darah segar mulai mengalir ke lantai dan aku mulai tak sadarkan diri.Beberapa saat kemudian aku bangun dan sadarkan diri. Tampak di sekelilingku terlihat ruangan yang asing. Mas Arman dengan setia menemani sambil memainkan gawainya .“Akhirnya kamu sudah sadar Sin." Dipegangnya telapak tanganku sambil mengelus kepalaku .“Aku...aku di mana Mas." Sambil melihat di sekeliling“ Kamu...kamu di rumah sakit Sin, tadi kamu jatuh di lantai kamar mandi sekolah.” “ Siapa yang antarkan aku kemari Mas? Gawaiku sama tasku mana?” tanyaku padanya dengan tidak sabar“ Tenang sayang. Gawai sama tas kamu ada di pada Ibu katanya simpan sama dia jauh lebih aman.” “ Apa? Aku tidak mau Mas. Aku tidak percaya pada Ibumu. Di mana dia sekarang?” Aku berusaha bangkit meskipun bagian bawahku masih terasa sakit“Eh,Sin! Kamu...
Read more
BAB 15
Baru saja aku merasakan pembelaan dari Mas Arman namun kali ini dia tidak ada di pihak ku lagi. Sakit yang baru kualami ketika mengalami keguguran tak, sebanding dengan rasa sakit ketika Mas Arman mempermalukan aku dengan cara seperti ini. “Maaf Bu, kali ini waktunya kurang Pas. Jadi, saya harap jika Ibu mau ambil pinjaman di Bank segera menghubungi kami kembali. “ Kemudian kedua orang itu meninggalkan kami bertiga yang masih meredam amarah. “ Apa...?” Ibu mau ambil uang pinjaman di bank untuk apa.” Mas Arman berbalik ke arah Ibu“ Untuk selingkuhan Ibu kan? Tidak usah bohong semua sudah jelas.” Aku berusaha berdiri menghadapi keduanya. Ku beranikan diri ini untuk tetap kuat dan tegar“Sinta...! Tutup mulutmu. Siapa yang selingkuh?” Tatapan Ibu ke arahku“ Tidak usah bohong Bu. Meskipun saat ini aku belum tahu semuanya. Tapi, Sinta yakin Salah satu diantara kedua lelaki tempo hari adalah selingkuhan Ibu.” “Apa-apaan ini. Sinta, sejak kapan kamu berani dengan Ibu?“ Mas Arman tetap
Read more
BAB 16
Secepat inikah Mas Arman mendapatkan penggantiku. Kali ini Tuhan menguji kesabaran ku lagi. Hati mana yang tak sakit, tak dapat pembelaan dari suami. Bahkan dengan cepat dirinya mendapatkan penggantiku. “Kenapa? Kaget. Jangan berpikir Mas Arman akan tergila-gila padamu dan akan bertahan denganmu.” Jari telunjuknya tepat mengenai dadaku. “ Aku yakin ini bukan mau dari Mas Arman. Ini pasti cuma, sandiwaramu saja," jawabku untuk meyakinkan dirinya“ Terserah, apa tanggapanmu. Kakak iparku yang pelit. Jadi mulai sekarang kamu tak bisa mengancamku lagi.” Diambilnya koper Mas Arman kemudian bergegas menuju mobil wanita tapi mirip pria itu. Diriku masih berdiri mematung menatap keduanya pergi. Ingin rasanya aku menghubungi Mas Arman menantikan jawabannya. Tapi, rasanya kurang pas jika saat ini aku menghubunginya. Kulihat Jam di gawaiku menunjukkan pukul lima lewat sepuluh menit. Masih ada waktu untuk menunaikan ibadah salat asar. Segera kumenuju dapur mengambil air wudu kemudian bersiap
Read more
BAB 17
POV GayatriSejak aku mengenal Ibu Arman yang bodoh itu dari si Tedi selingkuhannya entah kenapa wanita ini terlihat sangat mudah dibodohi. Dia ingin aku menikahi anaknya yang berstatus suami orang. Aku sih oke saja. Selagi Bunda cantik ini bisa menghasilkan uang untukku. zaman sekarang siap sih yang tidak mau uang. Apa lagi... hanya melakukan pekerjaan untuk membodohi wanita tua ini. Pagi ini kucoba datang ke rumah Ibunya Arman untuk membawakan sarapan pagi yang sudah ku pesan khusus. Tak lupa pula makanan untuk si Tante kutaruh sedikit bumbu mantra agar dirinya semakin terpikat padaku. “Assalamu’alaikum, Bunda cantik!" Sudah kebiasaan aku dengan Ibu Arman jika bertemu cipika cipiki dulu biar lebih akrab. “Wa’alaikumussalam, eh Gayatri. Makin cantik saja.” “Tadi, kebetulan lewat Bu! Jadi, sekalian saja aku mampir untuk bawakan ini ke Yayang Arman. “ Ku berikan makanan dalam sebuah kantong kresek berisi bumbu mantra. “ Oh, terima kasih sekali. Ayo mampir dulu cantik. Kita mak
Read more
BAB 18
Betapa sakitnya hati ini ketika Mas Arman lebih memilih untuk membela Wanita ondel- ondel itu dibandingkan aku istrinya. “ Mbak Nov, ayo kita pulang! Perasaanku semakin risih di sini.” Kutarik tangan Mbak Novita kemudian bergegas meninggalkan tempat itu. Mungkin kali ini mata Mas Arman sudah dibutakan oleh uang. Terlihat jelas wanita tadi menggunakan, rambut palsu untuk menutupi kepalanya agar terlihat mirip wanita tulen. Ingin secepatnya cerai dirinya. Namun, uangku belum dikembalikan akibat ulah Ibunya. “ Sin, kita mau ke mana? “ Mbak Novita bertanya padaku namun aku pura-pura tak mendengar“ Sin, jangan cepat- cepat jalannya! Aku tak kuat mengejar langkahmu.” Kali ini Mbak Novita semakin membesarkan suaranya namun lagi- lagi aku tak menghiraukannya. “ Auh...! Sakit. Sin, tolong aku!” Kakinya terkilir.” Mbak Novita tiba-tiba jatuh terperosok ke lubang jalan. Bagian lututnya mengeluarkan darah. Aku menoleh kemudian menolongnya untuk berdiri. Segera kumembawanya ke puskesmas t
Read more
BAB 19
“Jangan...Jangan kotori tanganmu untuk menyakiti mereka Yang.” Di gandengnya tangan Gayatri untuk keluar dari tempat ituMereka menuju jalan pulang. Sepanjang jalan mereka lebih memilih banyak diam. Tiba di persimpangan jalan, Arman yang menyetir mobil Gayatri segera berbelok menuju rumahnya. “Yang, jangan lupa bilang ke Ibu kamu! Aku boleh pinjam sertifikat rumahnya akan kugadaikan ke Bank. Gayatri janji akan mengembalikan secepatnya ditambah utang Ibu ke Sinta dua kali lipat juga akan ku bayarkan," bujuk Gayatri“Iya sayang, aku janji akan meminjamnya ke Ibu.” Dirangkul nya tangan Gayatri“Eh satu lagi Yang, kapan kamu ceraikan istri kamu yang sombong itu?“ “ Aku janji sayang secepatnya akan kuceraikan dia. Tapi...kamu harus bayar utang Ibu dulu.” “ Menurutku, ceraikan saja dulu dia. Biar kita bebas ke mana saja yang kita mau.” Bujuk Gayatri yang semakin menjadi. “Betul juga katamu! Oke sampai di rumah akan kubicarakan pada Ibu.” Mobil yang mereka naiki telah sampai di depan ru
Read more
BAB 20
“Yang, aku... aku pulang dulu ya. Masih banyak pekerjaan yang akan aku selesaikan!" Gayatri berdiri dan buru-buru ingin meninggal tempat itu. “ Oh iya, besok kita ke temuan lagi yang.” Arman memegang pergelangan tangan Gayatri. “ boleh Yang, tapi....tapi ada satu syarat.” Di palingkan wajahnya ke arah Arman. “Apa syaratnya Yang?" tanya Arman penasaran. “ Kamu jangan pernah memegang bagian wajahku, karena kita belum muhrim.” jawab Gayatri. “Loh, biasanya kan. Kita sering berpelukan aku juga kadang mencium kamu. Kenapa sekarang sudah berubah?" tanya Arman semakin heran. “ I-Iya setelah kupikir- pikir kita kan mau nikah. Gayatri tidak mau punya keturunan yang tidak baik. Jadi Gayatri ingin kita secepatnya merencanakan pernikahan demi menghindari zina, Yang.” Dilepasnya rangkulan Arman. “ Oke, jadi kapan aku datang melamar mu," tanya Arman dengan tak sabar. “ Nanti... nanti Gayatri berkabar ya.““Jangan lama- lama berpikir Yang. Ingat aku sudah sangat serius denganmu. Aku rela me
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status