All Chapters of Sandiwara Pernikahan Sang CEO : Chapter 11 - Chapter 20
126 Chapters
11. Hujan yang turun
Setelah sarapan, Lidya dan Ardiansyah memutuskan untuk berjalan-jalan di taman villa mereka. Suasana di sana begitu tenang dan menenangkan."Kamu tau, aku sering membayangkan tentang kehidupan kita kalau dulu aku tidak pergi ke Belanda." Ardiansyah berbicara tiba-tiba, membuat Lidya terkejut.Lidya menoleh ke arah suaminya dan tersenyum. "Ya, meski begitu, aku merasa tidak menyesal dengan apa yang terjadi saat ini.""Haha, sungguh, kamu selalu bisa membuatku merasa seperti di masa kecil lagi." Ardiansyah menggandeng tangan Lidya pelan.Mereka berjalan beberapa saat, sambil bercanda dan tertawa bersama. Melupakan kejadian tadi dan sandiwara pernikahan mereka. Namun, tiba-tiba hujan turun dengan lebat dan membuat mereka berlari ke paviliun di dekat kolam renang villa.Setelah menunggu sesaat, mereka berdua bisa merasa sedikit lega karena hujan mulai reda. Namun, tiba-tiba Lidya mengguncang-guncang badannya dan menggerakkan tangannya ke atas."Akhh, dinginnya!" teriak Lidya pelan."Hei,
Read more
12. Senyuman Nakal
Tapi begitu mereka sadar, keduanya kembali canggung. apalagi dalam keadaan basah seperti sekarang Lidya mengambil selembar tissue dari kotak tissue yang ada di atas meja dekat kolam renang dan mulai mengelap tubuhnya yang basah. Ardiansyah ikut mengambil tisu dan mengelap tubuhnya sendiri.Ada kecanggungan di antara mereka, seakan-akan suasana menjadi berubah setelah momen yang tadi."Lets go inside, kamu butuh mengganti bajumu." Ardiansyah memberi tahu Lidya."Mmm, iya." Lidya mengangguk dan mereka pun pergi ke dalam villa.Mereka menuju kamar tidur dan Ardiansyah membuka lemari baju Lidya, memilih baju untuk dibawa keluar. Tapi ia lupa jika Lidya tidak mempersiapkan baju saat bulan madu pura-pura ini.Tapi Pria itu segera ingat dengan beberapa paper bag yang entah ada di mana sekarang. Sebab saat itu, Lidya yang membereskan semuanya."Ku tak ada baju ganti, tapi beberapa paper bag kiriman kakek, pasti ada baju." Pria itu memberitahu."T-api ...""Kenapa?" tanya pria itu, memotong k
Read more
13. Undangan Kakek
"Apa harus begini?" gumam Lidya bertanya pada dirinya sendiri."Kamu tanya apa?" tanya Ardiansyah, yang mendengar gumaman tidak jelas dari istrinya.Lidya dan Ardiansyah duduk berhadapan di meja makan, membuat Lidya merasa sedikit gugup. Ini adalah makan malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri, sebab kemarin malam mereka baru sampai dan langsung beristirahat.Lidya memainkan makanannya, mengambil beberapa suap tanpa benar-benar merasakan apa pun, sementara Ardiansyah membersihkan kerongkongannya dengan air minum sebelum berbicara lagi."Jadi, Lidya, bagaimana kalau kamu menyesuaikan diri dengan kehidupan barumu sebagai istriku?" Ardiansyah bertanya dengan asal - sebab pertanyaan yang tadi tidak dijawab."Sejujurnya, aku agak keberatan. Aku belum pernah menikah sebelumnya, dan aku tidak tahu apa yang diharapkan dari pernikahan ini." Lidya menatap Ardiansyah dari makanannya - tatapan ragu."Apakah kau menyesal?" Ardiansyah kembali bertanya.Gadis itu hanya tersenyum tipis lalu
Read more
14. Empat Musim
"Lidya, hati-hati!" kata Ardiansyah sambil memeluknya erat.Lidya merasa hangat dan aman dalam pelukan suaminya, meskipun awalnya dia merasa risih."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ardiansyah dengan wajah cemas."Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih karena menolongku," ujar Lidya, memandang suaminya dengan tatapan yang lembut. Tapi langsung menundukkan wajahnya karena malu."Lupakan saja hal itu. Aku khawatir kamu terluka. Bagaimana kalau kita ke rumah sakit untuk periksa?" Ardiansyah masih merasa khawatir."Tidak! Tidak perlu," jawab Lidya panik.Gadis itu merasa sangat ceroboh karena melamun saat naik tangga hingga hampir terjatuh. Tapi ia juga merasa senang karena bisa melihat sikap Ardiansyah yang masih memiliki simpati dan perhatian padanya.Tapi jika diingat-ingat, Lidya tadi melihat Ardiansyah sudah berjalan terlebih dahulu dibandingkan dirinya. Lalu, bagaimana caranya Ardiansyah berada di belakangnya tadi?
Read more
15. Abaikan dulu
Lidya melihat Ardiansyah dengan mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah-olah memastikan bahwa ia telah salah dengar, atau memang mendengar dengan benar apa yang diucapkan suaminya tadi."Apa maksudmu kamu siap meniduri?" tanyanya bingung."Aku bilang aku siap untuk menidurimu, sayang," kata Ardiansyah dengan tersenyum lebar yang terlihat tengil.Lidya merasakan pusing yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Ia gugup dan tentunya tidak siap dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan hubungan antara "suami istri" yang normal.'Mungkinkah aku salah dengar? Ataukah ia benar-benar ingin meniduri aku?' batin Lidya khawatir."Ardi, k-amu bilang meniduri a-ku? A-pa maksud dari itu?" Lidya bertanya ragu."Oh maaf, aku salah ucap, ya? Hehehe ... Aku hanya ingin bilang aku siap menidurkanmu," jelas Ardiansyah sambil menepuk jidatnya, seakan-akan merasa malu dengan ucapannya yang salah.Lidya merasakan lega, tapi seakan-akan ing
Read more
16. Bukan dari kakek
"Ya, sebentar!" seru Lidya, saat pintu kamar diketuk dari luar.Saat ini hari sudah pagi. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, sementara suaminya sedang menghubungi seseorang di balkon kamar. Jadi, pria itu tidak mendengar ketukan di pintu kamar."Selamat pagi Nona Lidya, saya membawa paket untuk Nona dan tuan muda." Pelayan menyerahkan dua paper bag yang ada ditangannya."Oh, terima kasih banyak, bu. Dari siapa ini?" tanya Lidya sedikit terkejut."Tidak tahu, nona. Tadi yang datang pembawa paket ini adalah pelayan di rumah Tuan Besar," terang pelayan tersebut.Karena jawaban yang diberikan oleh pelayan tersebut, Lidya berpikir bahwa paket itu pastinya dari kakek Hendra juga. Ia teringat dengan undangan sang kakek untuk datang ke acara perusahaan Kusuma Group.Setelah Lidya menerima dua paper bag dan mengucapkan terima kasih, pelayan ijin undur diri untuk kembali melakukan pekerjaannya yang lain.Lidya mengambil paper b
Read more
17. Ketahuan
Saat Lidya dan Ardiansyah memasuki ruang acara, ia merasa perutnya terasa seperti ada ratusan kupu-kupu terbang di dalamnya. Dia merapikan gaunnya sekilas, meyakinkan dirinya sendiri untuk terus berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi.Tak lama kemudian, muncul kakek Hendra dan beberapa petinggi perusahaan yang menyambut kedatangan mereka."Selamat malam, kakek," ucap Lidya dengan lembut."Wah, cantik sekali! Cocok gaunnya dipadukan dengan anting-anting ini, cucuku," puji kakek Hendra sambil mencium pipi Lidya."Terima kasih Kakek, aku senang dengan hadiah dan gaun kiriman kakek," jawab Lidya berusaha melirik ke arah suaminya sambil tersenyum.Kakek Hendra yang memuji penampilan Lidya, melerai pelukannya. Ia bingung dengan jawaban yang diberikan oleh istri dari cucunya tersebut.Hal ini membuat Ardiansyah sedikit gugup, takut jika kebohongannya terbongkar. Ia sendiri yang mengatakan bahwa anting-anting tersebut adalah hadiah kakek Hendra untuk Lidya padahal sebenarnya itu adalah h
Read more
18. Tenang Saja
"Ada masalah di gudang, aku harus segera pergi," jawab Ardiansyah dengan serius, mencoba menyembunyikan rasa cemasnya.Lidya khawatir, sepertinya Ada yang tidak beres dengan suaminya. Dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri dan sedikit terkejut ketika Kakek Hendra tiba-tiba berdiri di depannya."Maaf, Lidya. Bisakah kakek meminjam suamimu untuk sebentar? Ada sesuatu yang perlu dibahas." ucap Kakek Hendra dengan menganggukkan kepalanya."Kakek ... ah, ya."Lidya memberikan senyuman lemah, sebelum memperbolehkan Kakek Hendra untuk membawa Ardiansyah pergi.Ketika Ardiansyah pergi, Lidya merasakan rasa cemas yang makin membesar dalam hatinya. Ia tidak tahu harus berbuat apa, ketika tiba-tiba seorang pria tampan duduk di sampingnya."Malam, Nyonya Lidya. Bolehkah saya menemani Anda selama menunggu Tuan Ardiansyah kembali?" ucap pria tampan tersebut dengan tersenyum ramah."Terima kasih, boleh." Lidya menjawab sambil t
Read more
19. Dikejar Rasa
"Wartawan?" gumam Lidya memperhatikan.Lidya merasa sangat tersudut dengan situasi ini. Keberhasilan karirnya sebagai seorang artis, kini dicap sebagai pencari "sensasi" oleh banyak media. Semuanya terjadi sejak pernikahannya dengan Ardiansyah berlangsung ditengah-tengah gosip yang menimpa dirinya.Semua orang penasaran tentang persiapan pernikahan yang terbilang mendadak, juga karena sebelum ini mereka tidak pernah terlihat bersama.Lidya menatap ke arah wartawan yang kini mulai mendekat dan terus memburunya. Hingga bisikannya terdengar pelan ke telinga suaminya yang berada tepat di sampingnya."Aku tak tahu lagi harus bilang apa kepada mereka untuk klarifikasi," gumamnya lirih."Tenang, aku di sampingmu. Kita akan mengatasinya bersama-sama sesuai peran kita," bisik Ardiansyah memeluk pinggangnya posesif."Tapi bagaimana kita bisa menenangkan situasi ini?" tanya Lidya cemas.Gadis itu tidak mau jika terjadi keributan di tengah acara pesta tahunan perusahaan. Apalagi itu hanya karena
Read more
20. Diluar Perkiraan
Lidya merasakan detak jantungnya meningkat dengan cepat saat Ardiansyah menjatuhkan bibirnya dengan lembut di keningnya yang sakit. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa suaminya yang keras kepala itu bisa selembut itu."Tidak apa-apa, Ard. A-ku baik-baik saja," ujarnya sambil menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya."Shttt ... kamu selalu keras kepala. Biarkan aku obati, sama seperti dulu." Pria itu berbisik lembut, meminta Lidya untuk diam.Lidya merasa kebingungan dan sempat mengalami gejolak dalam hatinya. Terlebih saat Ardiansyah membisikinya dengan suara lembut seperti ini, hingga membuat jejak bibirnya tercium oleh Lidya.Di saat yang sama, suara-suara para wartawan terus terdengar dibelakang mobil mereka."Ardi, apa yang kau lakukan?" bisik Lidya dengan wajah merah padam saat ingat situasi yang ada."Aku hanya ingin memastikan bahwa keningmu tidak sakit, dan memarnya hilang," bisik Ardiansyah dengan nada menggoda.
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status