All Chapters of Berubahnya Istri Penyakitan Yang Dikhianati: Chapter 31 - Chapter 40
137 Chapters
Persiapan Akting yang Memukau
“Oke, sekian meeting pagi kali ini. Saya harap semua bisa melakukan sesuai schedule sehingga liburan akhir tahun bisa kita nikmati dengan tenang,” ujar Mina mengakhiri meeting pagi kali ini.Di kehidupan sebelumnya, dia juga acap kali memimpin meeting seperti ini. Saat itu Tuan Yuka juga sudah tidak menemaninya. Hanya Bruno, suaminya yang menemani. Sama seperti kali ini, Bruno juga hadir dalam meeting pagi. Hanya saja dia duduk tidak bersebelahan dengan Mina.“Bu, untuk meeting antar manager dilanjut di ruangan Ibu?” tanya salah satu manager.Mina mengangguk. Memang ada beberapa hal penting yang harus ia bicarakan dengan para manager, termasuk juga Bruno.“Iya, kita lanjut ke ruangan saya, Pak. Saya ke toilet dulu.” Mina sudah meninggalkan ruang meeting lebih dulu. Selanjutnya para manager sudah masuk ke ruangan Mina untuk melanjutkan meeting internal.Mina sudah masuk ke ruangannya dan duduk di kursi kerjanya. I
Read more
Bertemu Saingan
“Ada apa, Melan?” tanya Mina.Melan tidak menjawab, membuka lebih lebar pintu ruangan Mina lalu berjalan berlenggak-lenggok menghampirinya.“Aku butuh tanda tangan Papa, tapi karena beliau tidak masuk terpaksa aku minta padamu.”Melan sudah mengangsurkan sebuah berkas ke arah Mina. Mina terdiam, menerima berkas tersebut dan memeriksanya. Ia membaca, membuka satu persatu halaman sambil membaca dan mencermatinya. Tentu saja ulah Mina itu membuat Melan menunggu lama.“Kak, apa kamu mau membaca semuanya?” protes Melan.“Tentu. Ini soal keuangan dan keuangan dalam sebuah perusahaan itu sangat riskan. Tentu saja aku tidak akan melepaskan uangku begitu saja untuk sesuatu yang tidak jelas dan tidak penting.” Mina mengatakannya tanpa mengangkat kepala dan terus mencermati satu persatu halaman.Melan berdecak sambil menggelengkan kepala.“Astaga, Kak!! Bahkan Papa saja tidak pernah melakukan
Read more
Permintaan Kakek
“Aku Alanis Alexander. Aku wanita yang seharusnya dijodohkan dengan Alby,” ketus Alanis. Mina hanya terdiam menurunkan kembali tangannya dan menatap dengan sopan wanita cantik di depannya ini. Alanis sangat cantik, kulitnya putih bak porselen bahkan urat nadinya bisa terlihat jelas. Matanya biru dengan rambut coklat tua, sepertinya Alanis bukan keturunan orang pribumi. Fisiknya saja lebih tinggi dari wanita pribumi umumnya. “Senang bertemu denganmu, Alanis,” sapa Mina dengan ramah. Alanis hanya tersenyum masam, terlihat sekali sinar kebencian di mata biru gadis itu. Namun, Mina tidak ambil pusing. Andai saja Alanis tahu kalau hubungannya dengan Alby hanya sebagai istri kontrak. Mina yakin Alanis tidak akan membencinya seperti itu. “Jadi apa keistimewaanmu hingga Alby memilihmu?” Alanis kembali bertanya. Mina hanya terdiam, berulang ia menelan saliva. Ternyata banyak dendam yang terlihat dari wajah wanita cantik itu. Mina sibuk memutar otak dan siap bersuara saat tiba-tiba Alby ber
Read more
Akting yang Sempurna
“Hmmmppfftt ... Alby,” desis Mina lirih.Dia menjeda kecupan Alby dan meletakkan telunjuknya di bibir Alby. Mina benar-benar kehabisan napas dan tidak tahu kenapa tiba-tiba melakukan hal ini. Apa ini bagian dari akting mereka atau memang Alby sedang menginginkannya? Mina tidak tahu.Alby hanya membisu, matanya sayu menatap lembut ke arah Mina. Mina bahkan bingung mengartikan tatapan Alby kali ini. Pria tampan itu masih terdiam dan tetap merengkuh tubuh Mina sama seperti tadi. Perlahan Alby mendekatkan wajahnya mengecup sekilas leher Mina. Lagi-lagi Mina bergidik tak karuan dibuatnya.Lalu tanpa bertanya, Alby langsung mengangkat tubuh Mina. Mina tersentak kaget saat merasa tubuhnya tiba-tiba melayang. Suami gantengnya ini sudah membopong Mina ala bridal style. Mina memelotot ke arah Alby siap mengajukan pertanyaan. Namun, yang ada Alby malah tersenyum sambil berkata dengan sangat keras.“Kita lanjut di kamar, Sayang!!!”Mina
Read more
Serangan Beruntun
“Bagaimana kalau mulai hari ini kita tidur satu ranjang?” ucap Alby lirih.Sontak Mina terdiam, menghentikan kunyahannya dan menoleh ke arah Alby dengan mata mendelik. Alby langsung tersenyum melihat ekspresi Mina kali ini.“Kamu terlihat terkejut begitu. Padahal aku mengatakan itu untuk menghindari hal seperti ini dan kemarin malam,” imbuh Alby.Mina masih terdiam dan kini mulai meneruskan kunyahannya.“Kita tidur satu ranjang di keadaan darurat seperti ini saja. Asal kamu tahu, tubuhku sakit semua gara-gara kemarin malam tidur tidak nyaman.”Mina sudah menduga dan kini perlahan mengangkat kepala lalu mengangukkan kepala.“Tentu, aku setuju. Semalam tidur di sofa juga sangat tidak nyaman. Kita tidur satu ranjang untuk keadaan darurat saja.”Alby manggut-manggut dan kembali tersenyum sambil menatap ke arah Mina. Kemudian pria tampan itu mulai membuka suara lagi.“Tentang had
Read more
Menu yang Menggoda
“PA!!! PAPA!!!” Mina berseru memanggil Tuan Yuka begitu turun dari mobil.Lepas istirahat makan siang kali ini, Mina sengaja minta Pak Henry mengantarnya ke rumah Tuan Yuka. Mina sangat mengkhawatirkan kesehatan ayahnya kali ini. Apalagi ponsel Tuan Yuka tidak bisa dihubungi sejak tadi pagi.“PA!!! PAPA!!” Mina jalan bergegas masuk ke dalam rumahnya.Nyonya Jesica terkejut melihat kehadiran Mina dan berdiri mencegatnya dengan tatapan menyelidik.“Mina, ada apa kamu ke sini?” tanya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.“Papa mana? Kamu sembunyikan di mana dia?” Mina bertanya dengan ketus dan sama sekali tidak menunjukkan rasa sopan santunnya. Nyonya Jesica mengernyitkan alis melihat reaksi Mina yang beda dari biasanya.“Papamu ada di dalam, beliau baru saja beristirahat.”“Beristirahat?” Mina mengernyitkan alis sambil melihat Nyonya Jesica dengan tajam.
Read more
Bertemu Mantan Tunangan
“NYONYA!! Nyonya Mina!!!” Tiba-tiba Pak Henry berlari masuk menghampiri Mina.Mina urung memasukkan makanan ke mulutnya dan melihat Pak Henry dengan penuh tanya. Pria bertubuh tinggi besar itu sudah berdiri di depannya dan tampak sedang menyodorkan ponselnya.“Tuan Alby menelepon Anda, Nyonya,” imbuh Pak Henry.Mina hanya diam sambil menganggukkan kepala kemudian menerima ponsel yang disodorkan Pak Henry. Dia heran mengapa Alby menelepon melalui ponsel Pak Henry, bukan teleponnya langsung. Mungkin Alby menelepon berbarengan saat dia menelepon Dokter Louis tadi, hanya itu perkiraan Mina.“Iya, Sayang. Ada apa?” sapa Mina dengan nada manjanya.[“Apa kamu sudah makan siang, Sayang?”] Alby di seberang sana malah balik bertanya.“Eng ... aku di rumah Papa dan baru saja hendak makan siang. Ada apa memangnya?”[“Kebetulan sekali, kalau begitu temani aku makan siang. Aku di ...
Read more
Setali Tiga Uang
“Mungkin tidak hanya ciuman saja yang akan kita lakukan nanti,” lirih Alby.Mina terdiam, mata mereka bertemu dan seakan saling bertutur satu sama lain. Bahkan Mina bisa merasakan harum mint yang keluar dari napas Alby. Pria tampan di depannya ini benar-benar membuatnya tergoda. Cukup lama mereka terdiam dalam situasi yang sangat dekat dengan jarak terbatas. Saat tiba-tiba pintu mobil bagian sopir terbuka dan masuk Juan ke dalamnya.Juan terkejut melihat interaksi yang terjadi antara dua majikannya itu. Dia hendak kembali keluar, tapi jadwal tuannya kali ini sangat padat. Akhirnya Juan memutuskan berdehem pelan. Seketika Alby terkejut dan mundur perlahan kembali ke tempatnya. Pria tampan itu sudah duduk di tempatnya dan memasang seat belt. Hal yang sama juga sedang dilakukan Mina kali ini.“Kita ke tujuan selanjutnya, Tuan?” tawar Juan.“Iya, Juan. Ke jadwal selanjutnya.”Juan mengangguk, menyalakan mesin dan mul
Read more
Pencuri yang Licik
“BRUNO!! Apa yang kamu lakukan?” seru Nyonya Jesica tertahan.Sosok pria yang sudah menyelinap masuk itu tak lain Bruno. Ia tersenyum sambil menatap liar tubuh sintal wanita di depannya ini.“Aku kangen, Tante. Apa salah jika aku berkunjung ke sini?”“Kamu gila, Bruno. Bagaimana kalau Melan tahu?”Bruno berdecak, tidur miring sambil menyangga kepalanya. Senyuman miring terukir di wajah manisnya kali ini. “Dia tidak akan tahu. Salah sendiri saat aku masuk ke kamarnya, Melan menguncinya. Jadi aku berbalik arah ke sini.”Nyonya Jesica hanya berdecak sambil menggelengkan kepala. Kemudian tampak sibuk menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Kali ini memang Nyonya Jesica sedang mengenakan baju tidur yang seksi dan menerawang. Sejak tadi mata Bruno sudah memindai tubuh wanita paruh baya di depannya ini.“Hentikan, Bruno!! Pergilah!! Aku tidak mau membuat masalah, kita sudahi saja hubungan gila
Read more
Siapa Dia
“Masalahnya semalam aku melihat Bruno keluar dari kamar Mama,” ucap Melan.Sontak Nyonya Jesica terbelalak kaget. Ternyata Melan mengetahui keberadaan Bruno di kamarnya. Ia tidak mungkin berkata terus terang. Bisa-bisa Melan marah dan berpikir Nyonya Jesica menyerobot kekasihnya.“Mama tidak tahu, Melan. Semalam seusai kamu pergi Mama tidur ke kamar papa. Jadi Mama tidak tahu kalau ada Bruno.”Melan terdiam tampak berulang mengetukkan jemari tangannya ke dagu.“Jangan-jangan dia sengaja datang untuk menemuiku, Ma. Sayangnya semalam aku mengunci kamarku. Atau bisa jadi juga dia sedang merencanakan sesuatu dan mengajak kita berunding.”Nyonya Jesica hanya menghela napas panjang sambil berusaha bersikap normal. “Bisa jadi, coba kamu tanyakan saja ke Bruno nanti.”Melan tersenyum sambil menganggukkan kepala, kemudian dia sudah berpamitan untuk berangkat kerja. Sementara itu Tuan Yuka sudah tiba di
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status